THE RICHMAN

The Richman - Nightmare



The Richman - Nightmare

0Seorang dokter keluar dari ruang operasi dan menyambangi Adrianna. Wanita itu bangkit dari tempatnya duduk dengan penuh harap, mendengar berita baik dari sang dokter.     

"Bagaimana keadaan suamiku, Dok?" Tanya Adrianna penuh harap, namun sang dokter menggeleng putus asa. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pelurunya menembus dan merusak beberapa organ vital di seputaran hati pasien." Ujar sang dokter terpotong, tiba-tiba Adrianna merasa kepalanya menjadi sangat ringan dan dia bahkan sulit untuk berdiri tegak.     

"Apa maksud dokter?" Tanya Adrianna dengan mata yang mulai berkaca-kaca.     

"Pasien kehilangan banyak darah dalam perjalanannya menuju rumahsakit, hingga kondisinya terlalu lemah, dan saat kami melangsungkan operasi, nyawa pasien tidak tertolong." Ucap sang dokter. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Dokter berjalan meninggalkan Adrianna dan wanita itu terhuyung jatuh ke lantai.     

"Tidak!!!" Teriaknya kuat-kuat. Dunia seolah menjadi gelap dalam hitungan detik, dan saat Adrianna kembali membuka matanya, Aldric sudah berada di hadapannya. Adrianna berlinangan air mata, nafasnya berderu dengan keringat bercucuran. Tangannya yang gemetar meraih wajah Aldric, dan saat jarinya menyentuh wajah Aldric tangisnya pecah, Aldric menggulung isterinya itu dalam pelukan.     

"Kau mimpi buruk." Bisik Aldric sambil terus mengusap-usap lengan Adrianna, sementara isterinya itu terus menangis. Butuh beberapa waktu untuk meredakan tangis Adrianna dan bisa membuatnya bicara, menceritakan apa yang menjadi mimpi buruknya itu.     

"Aku melihat semuanya dan masih terasa bagaiman kejadian itu begitu nyata." Adrianna memulai ceritanya. "Kita sudah bersiap untuk pergi dan sedang sarapan saat tiba-tiba dia datang dan mencoba menyerang dengan pisau makan , kau menghalaunya dan pisau itu terlempar. Tapi mendadak dia mengambil senjata api dan menembakmu." Adrianna menelan ludah, matanya berkaca-kaca seolah dia benar-benar melihat kejadian itu terjadi di depan matanya. Meskipun hanya mimpi buruk, tapi itu terasa begitu nyata bagi Adrianna. Rahang Aldric mengeras sekilas, dia segera meraih isterinya itu dan kembali menggulungnya dalam pelukan.     

Setelelah Adrianna menuntaskan ceritanya, Aldric menghubungi seseorang dan semua rencana Aldric yang hampir sama percis dengan apa yang ada di mimpi Adrianna, kini dirombak oleh Aldric. Dia meminta sarapan dikirim ke kamar setelah mereka siap untuk pergi. Aldric dan Adrianna memakan sarapannya di kamar sambil menunggu orang yang di hubungi oleh Aldric untuk menjemputnya. Rupanya koneksi Aldric cukup luas sehingga banyak orang yang siap untuk membantunya. Termasuk salah seorang rekannya yang bisa membantu Adrianna dan Aldric escape dengan jet pribadi milik mereka. Dia adalah Lorenzo Malini, salah satu kolega Aldric yang siap meminjamkan jet pribadinya untuk membawa Adrianna dan Aldric kembali ke New York.     

"Kita akan baik-baik saja." Aldric yang semula menganggap rencana pergi ini sebagai sebuah rencana biasa, kini berubah menjadi rencana yang lebih serius. Meski mimpi hanyalah bunga tidur, tapi kondisi psikologis isterinya juga menjadi pertimbangan utama Aldric. Adrianna terlihat benar-benar ketakutan dan cemas saat ini. Aldric bahkan meminta back up dari keamanan kapal untuk membawa mereka keluar dengan selamat sampai ke mobil orang-orang suruhan Lorenzo Malini yang akan menjemput mereka.     

***     

Adrianna dan Aldric dengan cepat keluar dari kapal dan segera menemukan sebuah suv hitam mewah milik Lorenzo Malini yang dikendarai oleh salah satu orang kepercayaannya untuk menjemput Aldric dan Adrianna.     

Kini Adrianna bisa bernafas lega karena Javier tidak berhasil mengikuti jejak mereka. Orang-orang Lorenzo Malini benar-benar bekerja dengan sangat terstruktur dan begitu bersih hingga tak mudah untuk mengejar jejak Adrianna dan Aldric.     

Bahkan kini mereka sudah bersiap terbang dari bandara Giblartar dengan jet pribadi milik Lorenzo Malini.     

"Apa dia orang yang sangat kaya?" Tanya Adrianna dan Aldric mengangguk, tangannya terus memegang tangan Adrianna dengan erat.     

"Kami rekan bisnis lama, dan aku baru ingat jika dia sedang mengembangkan resort di daerah ini." Terang Aldric. Penerbangan mereka dimulai dan untuk sementara mereka berdua bisa menghela nafas dalam. Sementara itu Aldric sudah meminta pada orang-orang kepercayaannya untuk menyelidiki Javier Walton. Siapa pria itu sebenarnya dan apa motivasi sesungguhnya dibalik semua ini? Apakah ini benar-benar murni soal Adrianna atau ada hal lain yang melatarbelakanginya melakukan semua ini?     

***     

Setibanya di New York, Adrianna dan Aldric segera di jemput oleh supir Aldric dan langsung kembali ke Apartmentnya. Tidak ada tempat yang lebih nyaman dari rumah, ungkapan itu benar adanya, karena Aldric langsung menyiagakan keamanan lebih dari biasanya untuk menjaga dirinya dan Adrianna sementara dia mencari tahu siapa Javier Walton dan apa motivasi dibalik semua tindakannya itu.     

Adrianna sudah selesai membersihkan dirinya dan kini sudah berganti pakaian, sementara Aldric baru saja berniat untuk mandi.     

"Istirahatlah, kau terlihat lelah sayang." Ujar Aldric.     

"Ya." Angguk Adrianna. Begitu suaminya masuk ke kamarmandi, Adrianna beringsut naik ke atas ranjang dan berbaring. Namun tampaknya dia tak akan bisa tidur nyenyak, bayangan soal mimpi malam itu seolah siap untuk di putar ulang dengan jalan cerita yang sama persis.     

***     

Aldric baru saja selesai mandi dan menyusul Adrianna ke atas ranjang, "Kau belum tidur?" Bisiknya.     

"Aku tidak bisa tidur." Jawab Adrianna.     

"Aku sedang mencari tahu tentang pria itu, dan kita pasti bisa menemukan fakta tentang siapa dia." Ujar Aldric, dia mengusap-usap lengan isterinya itu dan mengecup pundak Adrianna lembut. "Tidurlah, aku memelukmu." ujar Aldric meyakinkan, Adrianna berusaha untuk terpejam dan benar saja, pelukan hangat suaminya itu menenangkan seluruh syaraf-syarafnya hingga membantunya untuk bisa tertidur.     

Setelah memastikan Adrianna sudah tertidur pulas, Aldric beringsut perlahan tanpa membuat banyak suara, dia memastikan Adrianna tetap tertidur nyenyak dan merapikan selimutnya. Setelah itu Aldric mengambil laptopnya dan membuka email dari orang-orang kepercayaannya yang sudah puluhan tahun bekerja untuknya dan membantunya mencari data-data rahasia yang dibutuhkan oleh Aldric terkait riwayat seseorang atau sebuah perusahaan atau bahkan transaksi keuangan.     

Sebuah email masuk lengkap dengan beberapa attachment yang mendukung fakta-fakta yang disampaikan oleh sang pemberi informasi. Mereka adalah jaringan cyber bebayar yang bisa menyediakan informasi yang bahkan mungkin tidak bisa ditemukan dengan mesin pencari otomatis sehebat Google.     

Mata Aldric menuruni semua informasi tentang Javier Walton mulai dari riwayat masa kecil pria itu hingga semua usahanya dan semua kejadian penting dalam hidupnya.     

Tidak ada yang spesial dari Javier Walton selain dia pernah pindah ke Melbourne karena ayahnya pindah kesana. Lagipula ayaghnya bukan pengusaha besar seperti yang pernah didengar oleh Aldric, dia pemilik salah satu restoran bergaya eropa yang buka di Amerika dan membuka cabang di Melbourne.     

Aldric menggeleng, "Ini bukan soal Adrianna." Aldric menemukan fakta bahwa Javier Walton mengencani banyak pria, baik itu saat dia berada di Amerika maupun di Melbourne.     

Aldric yang tengah sibuk mengamati data tentang Javier terkesiap saat Adrianna terbangun dan sudah berjalan ke arahnya. "Kau tidak tidur?" Tanya Adrianna saat duduk di sisi suaminya itu, dia bergelayut manja di lengan Aldric, dan Aldric meletakkan laptopnya itu untuk memberikan pelukan pada isterinya itu.     

"Kau terbangun karena mimpi buruk?" Tanya Aldric.     

"Tidak." Gelengnya. "Saat aku terbangun aku tidak ada di sebelahku, dan aku melihatmu di sini." Jawab Adrianna, matanya melirik ke arah layar laptop untu mencari tahu apa yang sedang dikerjakan sang suami. Adrianna langsung membebaskan diri dari pelukan Aldric dan mengambil laptop itu kemudian membaca email berisi begitu banyak data tentang Javier Walton.     

"Bolehkah aku membacanya?" Tanya Adrianna pada Aldric.     

"Tentu sayang." Jawab Aldric, "Aku tidak menemukan fakta apapun yang penting soal pria ini." Jawab Aldric, tapi Adrianna tampak sudah mulai sibuk membaca berbagai data dan fakta soal Javier Walton.     

Javier Walton, lahir di Chicago tanggal 16 Oktober tahun 1995. Orang tuanya bernama Michael Walton, pemilik restauran The Walton yang kemudian pindah ke Melbourne untuk membuka cabang usahanya di sana. Javier adalah putera tunggal, dan setelah perceraian Clara Mc. Courtny dengan ayahnya Michael Wlaton dia tinggal bersama dengan ayahnya saat usianya menginjak limabelas tahun dan ikut ayahnya pindah ke Melbourne karena ibunya menikah lagi dengan pria berkebangsaan German.     

Javier Walton kuliah di salah satu universitas swasta di Melbourne, pernah mengalami kecelakaan lima tahun lalu, dia menabrak seorang pejalan kaki hignga meninggal dunia karena berkendara dalam keadaan mabuk dan dipenjara selama satu tahun karena perbuatannya itu. Javier Walton keluar dari penjara dengan jaminan dari orang tuanya dan kembali ke New York tanpa pernah menyelesaikan kuliahnya.     

Adrianna memegangi wajahnya, "Apa yang kau temukan?" Tanya Aldric, tapi Adrianna tak lantas menjawab. Dia tampak shock dengan fakta yang dibacanya itu, tidak pernah ada kecelakaan mobil yang mengakibatkan Javier Walton mengalami luka parah hingga dia nyaris lumpuh yang berhasil membuat Adrianna sempat merasa begitu bersalah atas kejadian itu. Rupanya itu semua adalah cerita bualan yang sengaja diciptakan oleh Javier untuk merebut simpati Adrianna untuk bisa menerimanya kembali.     

Javier memang pernah mengalami kecelakaan tapi itu bukan kecelakaan yang membuatnya mengalami situasi buruk dan hampir lumpuh, Javier tidak membalas pesan Adrianna saat itu karena dia mendekam di penjara hingga tak memiliki akses untuk menghubungi Adrianna. Dia benar-benar pria brengsek yang sudah memanfaatkan sifat Adrianna yang mudah berempati untuk bisa meraih keuntungan dari wanita itu.     

Adrianna membaca deretan riwayat hubungan Javier dengan beberapa perempuan baik sebelum maupun sesudah Adrianna dan dari kesemuanya hampir rata-rata gadis dari keluarga kaya agar javier bisa mengeruk kentungan dari hubungan itu.     

Alis Adrianna bertaut dalam, dan Aldric hanya mengawasi ekspresi isterinya itu tanpa bertanya. Adrianna cukup terpukul karena selama ini dia hidup di negeri dongeng ciptaannya sendiri dan menjadikan Javier Walton sebagai tokoh utama pangeran sementara dia tak lebih dari pencuri yang sedang menyamar sebagai pangeran. Untung saja Aldric menyelamatkannya dari hal yang jauh lebih buruk, jatuh ke pelukan pembohong besar seperti Javier Walton.     

"Dia penipu." Adrianna menatap suaminya itu sesaat setelah meletakkan kembali laptopnya di atas meja.     

"Apa maksudmu sayang?" Alis Aldric mengkerut.     

"Dia sudah menjadikanku target sejak awal." Ujar Adrianna.     

Aldric menghela nafas dalam, "Bisakah kau jelaskan bagaimana kau bisa berpikri seperti itu?"     

"Dia masuk ke sekolahku saat kami berada di SMA karena ingin mencari kekasih yang kaya, itu yang dia lakukan sebelumnya pada Barbara Clinton, Audrey Herby, Lala Jhonson, dan aku." Ujar Adrianna. Nama-nama mantan kekasih Javier Walton, semua nama itu adalah nama dari puteri seorang pengusaha di kota New York yang sering didengar oleh kalangan pengusaha.     

"Ya, aku mengenali nama belakang mereka meski aku tidak mengenal secara personal." Aldric mengangguk setuju.     

"Dia menargetku sejak saat itu, setelah tahu siapa orangtuaku." Adiranna menelan ludah. "Lima tahun lalu, kami berpisah saat dia mengatakan orang tuanya pindah ke Melbourne, dia bilang orang tuanya berbisnis, memang benar tapi tidak sebesar yang kubayangkan. Orangtuanya pengusaha restoran." Ujar Adrianna, dia terlihat begitu marah saat mengatakannya.     

"Dia mengatakan bahwa saat itu dia tidak lagi menghubungiku karena mengalami kecelakaan yang begitu parah hingga membuatnya hampir lumpuh." Adrianna terlihat menahan dirinya agar tidak berlebihan karena Aldric tampak menaruh perhatian penuh pada penjelasannya.     

"Dia tidak pernah mengalami kecelakaan separah itu, dia dipenjara untuk perbuatannya, menyetir dalam keadaan mabuk hingga menabrak penjalan kaki dan meninggal dunia. Dia menipuku dan memanfaatkan rasa kasihanku." Ujar Adrianna. Adrianna meraih tangan Aldric, "Maafkan aku sayang." Ujarnya.     

"Untuk apa?" Tanya Aldric.     

"Untuk beberapa waktu aku sempat mempertimbangkan untuk kembali padanya karena rasa bersalahku. Aku sempat berpikir untuk meninggalkanmu, sorry..." mata Adrianna berkaca saat mengatakan semuanya itu.     

Aldric tersnyum, "Dan kau tidak melakukannya." Aldric menggulung isterinya itu dalam pelukan. "Satu persatu teka-teki terpecahkan."     

"Ya." Angguk Adrianna.     

"Akan kupastikan pria itu tak bisa berbuat macam-macam pada keluarga kita." Janji Aldric lagi-lagi berusaha menguatkan isterinya. "Mungkin motifasinya hanya sebatas uang." Aldric berasumsi.     

"Sudah malam, sebaiknya kita pergi tidur. Aku akan memastikan fakta-fakta ini besok."     

"Ok." Angguk Adrianna. Aldric mematikan laptopnya dan membawa Adrianna dalam gendongannya untuk berpindah ke ranjang dan pergi tidur. Jika melihat fakta yang dikirimkan oleh black cyber bayaran itu, sepertinya profil Javier sedangkal itu, tapi Aldric tak bisa percaya sepenuhnya karena tidak mungkin sesederhana itu.     

Walaupun Adrianna menemukan fakta untuk dirinya sendiri, tapi Aldric tidak akan mudah puas sebelum menemukan sebuah motif yang lebih masuk akal dan kuat dibandingkan motif ekonomi. Jika dia ingin uang, mungkin cara mudahnya adalah menculik Adrianna dan meminta tebusan dalam jumlah besar.     

Tapi itu tidak dia gunakan, dia bahkan tak melukai Adrianna sama sekali sampai Aldric hampir percaya bahwa motifnya mungkin adalah soal asmara di masa lalu. Itu yang jauh lebih masuk akal saat ini bagi Aldric, pria itu berada di tempat-tempat penting dalam moment pernikahan Adrianna dan Aldric tapi dia tidak membuat kekacauan, seolah dia ingin menggertak atau mengancam Aldric bahwa sesuatu yang lebih buruk mungkin terjadi dan dia lakukan.     

Adrianna yang sudah menemukan fakta tentan Javier kini benar-benar membenci pria itu. Bagi Adrianna saat ini, Javier Walton tak lebih dari sekedar seorang pria brengsek yang mencincar para gadis kaya untuk dimanfaatkan. Rasa marah, kesal dan dendam itu meleburkan rasa bersalah yang selama ini sempat bersemayam di dada Adrianna. Dan sejujurnya itu kabar baik. Hanya bagi Aldric semua permainan Javier Walton belum berakhir, pria itu menginginkan lebih dari sekedar uang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.