THE RICHMAN

The Richman - Cartagena



The Richman - Cartagena

0Pagi ini, hari kedua liburan bulan madu dihabiskan dengan berkeliling di Cartagena mengunjungi objek-objek wisata ikonik di kota itu seperti teater romawi kuno, dan berbagai object wisata lainnya yang tak kalah indah dan bersejarah. Mulai dari gereja dan bangunan-bangunan kuno yang tersebar hampir di seluruh bagian Cartagena.     

Aldric sengaja berpakaian layaknya turis, mengenakan celana pendek dengan kemeja santai sementara Adrianna mengenakan dress selutut brlengan buntung dengan tas LV yang terlihat sederhana meskipun nilainya ribuan dollar.     

Malam ini tampaknya mereka tidak akan melakukan aktifitas apapun karena mereka menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan di Cartagena mulai pukul sembilan pagi setelah sarapan di kapal hingga pukul lima sore.     

Tak hanya berjalan-jalan, Aldric dan Adrianna bahkan sempat berfoto dengan beberapa penjaja buah-buahan segar yang menjajakkan dagangannya dengan kostum khas yang unik.     

Dan setelah puas berofot dan berjalan-jalan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kapal dan berisirahat. Aldirc memilih untuk langsung mandi, sementara Adrianna menunggu di sofa dekat balkon sambil melihat-lihat hasil jepretan sang suami. Aldric bukan hanya piawai mengambil gambar dengan engel yang baik, tapi dia juga bisa mengatur hasil jepretannya layaknya fotograger profesional.     

Setelah selesai mandi, Aldric keluar dari kamar mandi dengan celana panjang dan juga kaos sementara tangannya sibuk menggosok rambut basahnya dan berjalan ke arah Adrianna yang tampak sudah jatuh tertidur karena kelelahan dengan kamera di atas perutnya.     

Aldric tersenyum, dia mengambil kamera itu dari atas tubuh Adrianna dan meletakkannya di atas meja kemudian memilih untuk duduk di sisi sofa tempat Adrdiana berbaring dan jatuh tertidur. Dia menatap ke arah sang isteri dan tersenyum sekilas. Tangannya dengan hati-hati menyibakkan rambut Adrianna yang menjuntai menutup sisi wajahnya, dan Adrianna benar-benar sudah tertidur pulas hingga tak merasakan sentuhan suaminya itu.     

Aldric mengambil selimut dan menyelimutinya kemudian menutup pintu geser agar angin laut yang cukup kuat tak menembus hingga kedalam kamar mereka. Malam ini perjalanan mereka akan dilanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Gibraltar, British Territory. Perjalanan kapal mereka akan dimulai nanti malam pukul satu. Untuk sementara kapal masih akan berada di perairan Karibia.     

Beberapa wisatawan memilih untuk turun ke lounge untuk menikmati live musik dan sajian minuman, beberapa memilih untuk makan direstoran sementara Aldric meminta agar menu makan malam pesanannya diantar ke kamar sembari menunggu isterinya bangun.     

Pukul sepuluh malam dan Adrianna baru menggeliat, dia tampak mulai terbangun dan melihat Aldric duduk di sebelahnya sambil menikmati segelas sampange.     

"Hei." Sapanya.     

"Hei." Adrianna mengusap matanya untuk menjernihkan pandangan. "Aku ketiduran." Sesalnya.     

"Kau belum makan." Aldric meletakkan gelasnya beralih ke sisi sofa tempat Adrianna sekarang duduk.     

"Aku akan membawa makan malammu kemari." Ujar Aldric sembari berjalan ke arah troly tempat makanan mereka di letakkan. Aldric mengeluarkan beberapa menu yang disediakan dan Adrianna memilih untuk memakan daging panggang dan sayuran. Dia hanya makan beberapa potong lalu meninggalkannya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, setelah itu dia berjalan ke arah ranjang dan pergi tidur, meski Aldric masih berdiri di luar kamar untuk melihat pemandangan dari atas balkon kamarnya.     

Rasa kantuk menyerang, ditambah rasa lelah dan pegal di kakinya hingga sulit untuk Adrianna mengorek sisa energi bahkan untuk menyadari pukul berapa suaminya masuk ke dalam kamar dan mulai tidur.     

***     

Adrianna merasa dirinya sedang berada di sebuah pintu masuk, menuju sebuah lorong yang panjang penuh persimpangan. Dia berdiri sendiri di sana dan mulai bingung harus menuju ke arah mana. Kakinya yang gemetaran melangkah perlahan menyusuri lorong hingga dia melihat seorang pria yang berdiri di kejauhan. Adrianna memacu langkahnya dan segera menghambur ke pelukan si pria yang mulai dekat itu. Situasi cukup gelap hingga Adrianna tak melihat wajahnya dengan jelas, saat Adrianna mendongak yang dilihatnya bukanlah Aldric melainkan Javier.     

Adrianna yang begitu ketakutan langsung menarik diri dan berusaha lari, tapi Javier mengejarnya hingga Adrianna terengah-engah dan terus berlari. Berkali-kali dia terhuyung dan hampir jatuh hingga dia benar-benar jatuh pada akhinrya dan Javier yang juga jatuh terpeleset berhasil merangkak cepat dan meraih kaki Adrianna hingga membuat wanita itu menjerit.     

"Adrianna..." Aldric mengguncangkan tubuh isternya itu, dan Adrianna yang sudah pucat pasi dengan keringan bercucuran terbangun dan menatap semuanya dengna bingung.     

"Apa yang terjadi?" Tanyanya bingung saaat menoleh ke arah Aldric.     

"Kau bermimpi buruk sepertinya."     

Selintas Adrianna mengingat mimpinya, ada wajah Javier disana, tampak sangat marah dalam kegelapan. Meskipun sudah lama tak berjumpa dengan pria itu, entah mengapa malam ini Adrianna memimpikannya.     

"Apa yang kau pikirkan, mengapa sampai bermimpu buruk?" Tanya Aldric, Adrianna menggeleng. "Entahlah." Bohongnya. "Bisakah kita kembali tidur?" Tanya Adrianna dan Aldric mengangguk. Dia meringkuk di belakang Adrianna dan memeluk isterinya itu erat-erat. Satu tangannya berada di atas tangan Adrianan dan menusap-usapnya lembut untuk memberikan ketenangan pada isteirnya itu.     

Dalam batin Aldric bertanya-tanya apa yang dimimpikan oleh isterinya itu hingga dia tampak begitu ketakutan.     

"Kau baik-baik saja, itu hanya mimpi buruk." Aldric meyakinkan isterinya itu dan Adrianna mengangguk tanpa menjawab. Matanya enggan terpejam karena setiap kali terpejam wajah Javier yang terbayang. Wajah penuh kemarahan yang jauh dari senyum ramah yang biasa menghiasi wajah Javier.     

"Bisakah kita kembali ke New York besok?" Tanya Adrianna mendadak.     

"New York?" Aldric terkejut mendengarnya. "Mengapa kau ingin kembali ke New York sebelum liburan kita selesai sayang?"Aldric mencondongkan wajahnya agar bisa menatap wajah Adrianna dari sisi samping.     

"Entahlah, aku hanya ingin kembali." Jawab Adrianna.     

"Ok jika itu yang kau inginkan." Aldric mengalah, namun Adrianna jelas merasakan ada yang tidak beres hingga mendadak isterinya mengajaknya kembali sebelum liburan bulan madu mereka usai. Namun Aldric tak ingin memaksa Adrianna untuk menceritakan semuanya, mungkin dia butuh waktu untuk menata hatinya sebelum akhirnya bercerita tentang apa yang mungkin sedang mengganggu hatinya itu.     

Rupanya Adrianna sempat melihat beberapa foto yang diambil Aldric dan ada seorang pria berdiri dari kejauhan, mengenakan sweater hodie berwarna hitam dengan masker menutup wajahnya. Dan Adrianna mengasosiasikan dengan Javier Walton karena postur tubuhnya yang begitu mirip.     

"Jika kau tidak keberatan, aku ingin mendengar alasanmu, mengapa kau ingin kembali ke New York besok?" Tanya Aldric memecah keheningan.     

"Aku merasa tadi melihat Javier." Jujur Adrianna, dan itu sontak membuat alis Aldric berkerut.     

"Apa kau serius?"     

"Aku tidak yakin, tapi aku sempat melihat beberapa foto yang kau ambil dan ada pria berdiri di kejauhan yang mirip dengannya."     

"Maksudmu dia sengajak menguntit kita?" Tanya Aldric memastikan.     

"Ya." Adrianna menjawab ragu.     

"Jika itu benar Javier, berarti dia ada di dalam kapal ini juga." Ujar Aldric, dia segera beringsut turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu untuk menguncinya dari dalam. Begitu juga dengan semua akses masuk ke dalam kamar, Aldric juga menutupnya rapat-rapat.     

Aldric segera mengambil kameranya dan mencolokkannya ke laptop yang dia bawa. Adrianna yang semula berbaring kini ikut duduk untuk memastikan foto itu, Aldric melihat satu persatu foto dan memang benar, dibalik foto Adrianna yang diambil olehnya, ada beberapa foto yang sempat menangkap seorang pria berdiri di kejauhan menatap ke arah Adrianna, dan kesemua foto itu adalah pria yang sama dengan pakaian yang sama.     

Aldric menatap ke arah Adrianna, "Kau yakin itu dia?" tanya Aldric.     

"Ya." Angguk Adrianna cemas.     

"Jangan cemas sayang, aku akan mengatur kepulangan kita ke New York besok."     

"Bagaimana jika dia merencanakan sesuatu?"     

"Dia tidak akan bisa menyakitimu." Aldric menutup laptopnya dan segera menggulung isterinya itu dalam pelukannya.     

"Jika dia mengikuti kita sampai ketempat ini, aku khawatir dia memiliki rencana gila lainnya." Ujar Adrianna.     

"Kita akan segera pergi diam-diam."     

"Ok." Angguk Adrianna mengerti.     

"Tidurlah sayang, aku akan menjagamu." Aldric mengecup kening Adrianna dan memintanya berbaring di atas ranjang. Setelah menyelimuti Adrianna, Aldric segera melakuakan pemesanan tiket pesawat juga pemesanan mobil sewa untuk menuju bandara saat mereka tiba di Giblartar nanti. Setelah mempersiapkan semuanya, Aldric berjalan ke arah Adrianna dan menyusul isterinya itu untuk ikut berbaring, meski matanya sulit terpejam.     

Pikiran Aldric dipenuhi dengan berbagai kemungkinan rencana buruk yang ada di kepala Javier Walton? Mengapa brandalan itu tak jera meski sudah sempat medekan di penjara beberapa hari? Jika tahu bahwa Javier Walton mungkin akan berulah kembali, Aldric tidak akan setuju untuk memberikan uang jaminan agar pria itu bebas. Kebebasan Javier Walton ternyata menjadi bumerang bagi Aldric dan Adrianna.     

Aldric yang tak juga bisa tertidur memilih untuk mengemasi pakaian dan mengepak semuanya kemudian mengirim pesan singkat pada manager yang bertugas di bagian housekeeping untuk mengatur pengiriman paket koper mereka ke alamat Aldric yang berada di New York besok pagi.     

Setelah itu Aldric dan Adrianna akan turun seolah-olah mereka ingin berwisata di Giblartar, mereka hanya akan ke bandara dan segera terbang ke New York. Namun Javier Walton yang sekarang ini mungkin ada di satu kapal dengan mereka belum diketahui keberadaan juga identitasnya. Apakah dia mendaftar dengan identitas asli atau identitas palsu, apapun itu Aldric merasa ada yang tidak beres dan mungkin akan berakhir buruk jika Javier Walton kembali berbuat nekat.     

Hingga hampir pagi, Aldric belum juga bisa tidur. Kenangan tentang kejadian buruk yang menimpa Adrianna karena kenekatan Javier Walton masih lekat di ingatannya dan masih sangat mungkin bagi Javier untuk melakukan banyak hal yang lebih nekat.     

Jika saat itu dia tidak benar-benar melukai Adrianna karena dia menyimpan perasaan pada isteri Aldric itu, dan sekarang mungkin proyeksinya berubah. Javier tak lagi mengincar Adrianna melainkan Aldric. Aldric mengirimkan pesan pada Stefanie untuk mengirimkan salinan foto-foto pernikahan mereka dan kebetulan Stef masih terjaga hingga bisa langsung mengirim hasil-hasil jepretan fotograger untuk pernikahan Aldric dan Adrianna. Dengan saksama Aldric memeriksa satu persatu foto dan ternyata ada satu foto terselip, tampak sekali wajah Javier Walton ada di pesta itu meski bukan sebagai tamu undangan. Dia bahkan tampak mengenakan rompi pramusaji. Dia bahkan tertangkap kamera bebreapa kali berada di sekitar meja tempat meletakan koktail dan berbagai makanan, tatapannya jelas tertuju ke arah Adrianna dan Aldric yang sedang berdansa.     

Rahang Aldric mengeras sekilas, dia bahkan tampak menghela nafas dalam sembari menatap foto itu. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Gumam Aldric masih menatap foto yang sama.     

Dia mengirim pesan lagi pada sang manager house keeping untuk membantunya mencari tahu secara diam-diam apakaah ada penumpang kapal atas nama Javier Walton. Dan setelah menunggu sekitar setengah jam, sang manager mengirim pesan balasan, tidak ada pria bernama Javier Walton dalam daftar tamu.     

Ada sekitar tiga ratus tamu dan tidak ada nama itu, Aldric tidak mungkin punya waktu untuk memeriksa nama-nama itu sementara dia tidak memegang salinan identitas masing-masing orang lengkap dengan fotonya, hingga sangat sulit bagi Aldric untuk mencari tahu Javier Walton menyamar atas indentitas siapa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.