THE RICHMAN

The Richman - Holy Matrimony



The Richman - Holy Matrimony

0Aldric sudah bersiap sejak pukul tiga, mereka memilih untuk melangsungkan pesta di sore hari dan dilanjtukan dengan makan malam beberapa keluarga dan kerabat. Setelah begitu banyak kejadian butuk yang datang sili berganti mereka memutuskan untuk membuat semuanya jauh lebih privat dengan menggelar pesta pernikahan di Italia, tepatnya di Villa Pizzo, danau Como.     

Hanya mengundang tak lebih dari lima belas orang termasuk anggota keluarga inti mereka, pesta pernikahan itu diharapkan dapat berlangsung dengan romantic, sacral dan hangat dikelilingi keluarga dan teman dekat saja. Semua tamu undangan menginap di Villa bersama pengantin.     

Pukul empat sore waktu setempat, lima belas menit sebelum acara, Aldric berjalan menuju ruangan tempat calon isterinya sedang berhias.     

"Hei… mempelai pria tidak diperbolehkan masuk." Hardik Stefanie, salah satu sepupu Aldric yang memang berdomisili di Italy dan hadir di pernikahan itu.     

"Aku sangat ingin melihatnya." Ujar Aldric.     

"Simpan ini jadi kejutanmu, Al." Ujar Stef, dan Aldric akhirnya mengangguk setuju. Dia berjalan keluar dari vila menuju sebuah area terbuka yang memang dijadikan venue untuk pernikahan mereka.     

Dua orang sahabat Aldric yang sebenarnya tidak begitu dekat secara jarak tapi menyempatkan datang adalah Alfons, dia terbang dari Inggris dan Michael yang kebetulan berada di Kanada untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Mereka tumbuh dan besar si lingkungan yang sama saat mereka masih tinggal di Brooklyn. Bahkan hingga lulus SMA mereka masih kuliah di jurusan yang sama di universitas yang sama juga. Hingga mereka menjadi sahabat karib, dan kini mereka berpisah karena sudah memiliki kehidupan masing-masing.     

Alfons dan Michael adalah kejutan bagi Adrianna, dia tidak pernah tahu bahwa calon suaminya memiliki sahabat sedekat itu. Dia berpikir Aldric adalah pria independent yang tumbuh begitu saja dan sangat independent hingga tak memiliki teman karib di masa kecil.     

***     

Di dalam ruang ganti pengantin perempuan, Richard Anthony masuk kedalam ruangan dan melihat puterinya sudah siap dengan gaun pengantin mewahnya yang bernuansa putih dengan hiasan kepala yang menjutai hampir sepanjang gaunnya. Richard berdiri di kejauhan, sementara Adrianna yang melihat ayahnya masuk ke dalam ruangan dari pantulan cermin di hadapannya menoleh pada ayahnya itu. "Hi dad." Sapanya.     

"Hi." Richard berkaca, suaranya bahkan bergetar.     

"Are you crying dad?" Tanya Adrianna, dan Rich segera meraih sapu tangan dari dalam saku celananya. "Nope." Gelengnya, disusul senyuman lebar, tapi matanya masih berkaca.     

"Kau siap?" Tanya sambil mendekati Adrianna.     

"Don't cry." Adrianna menatap ayahnya itu sambil meraih tangannya.     

Richard menelan ludah, rahangnya sekilas mengeras, "I raise you till this time with all my heart, and now you will leave me and have a new life with another person, it just make me…" Richard tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.     

"I'm not going anywhere dad, I will always be your daughter."     

"I know." Richard tersenyum lebar, dia melipat sikunya dan Adrianna bangkit untuk melilitkan tangannya ke lengan sang ayah.     

Richard melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu bersama dengan Adrianna, dalam perjalanan menuju Altar mereka masih sempat berbincang. "Bisakah daddy meminta satu permintaan darimu?" Tanya Richard.     

"What?" Adrianna mendongak menatap ayahnya sementara kakinya melangkah mengayun gaun yang cukup berat itu.     

Richard membalas tatapan Adrianna, "Hiduplah dengan bahagia."     

"I give you my words dad." Adrianna berjanji.     

Richard mengangguk, sementara kakinya terus mengayun kedepan untuk mengantarkan pterinya itu sampai ke altar dimana sang mempelai laki-laki sudah menunggu.     

***     

Aldric berdiri di depan altar dan menunggu pengantinnya datang. Sang ibu mertua dan ibunya juga ayahnya sudah duduk bersebelahan di bangku paling depan. Sementara Alfons, si pria lajang yang tampak begitu flamboyant menjadi pendamping bagi Aldric, dan Michael berdiri di sisi lain bangku paling depan dengan isteri dan puteri kecilnya. Selain itu saudara dan keluarga mereka duduk di sekitar Altar menempat kursi yang sudah disiapkan untuk tamu undangan.     

Nuansa mewah dan elegan serba putih begitu mempesona semua yang hadir di tempat itu. Seolah mereka di giring pada dunia fantasi dimana pernikahaan seorang puteri kerajaan dilangsungkan di negeri dongeng.     

Musik mulai mengalun dari simple orchestra yang mengiringi pernikahan mereka hari itu dan dikejauhan tampak Adrianna berjalan menuju Altar diantarakan oleh sang ayah. Sesampai di depan Altar Aldric turun untuk menjemput Adrianna.     

Aldric menyapa Richard, "Sir." Hubungannya dengan Richard tak pernah secair dulu sejak kejadian dimana Aldric dan Adrianna tertangkap basah membuat surat perjanjian untuk melakukan pernikahan dengan syarat. Rahang Rich sedikit mengeras, tapi akhirnya dia meraih tangan puterinya dan menyerahkannya pada Aldric.     

"Bahagiakan puteriku." Ujar Richard singkat.     

"Yes Sir." Jawab Aldric.     

"Aku membesarkannya penuh cinta dan tidak pernah menyakitinya sama sekali, jadi aku memintamu untuk mencintainya dan menyayanginya melebihi apa yang kulakukan selama ini." Richard tampak ingin memastikan janji Aldric lebih dulu dibandikan janji menantunya itu dihadapan altar dan dihadapan Tuhan.     

"Yes Sir. " Aldric mengangguk, sekilas dia meremas lembut tangan Adrianna, sementara setelah menghembuskan nafas beratnya, Richard bergeser dan menuju sebuah kursi kosong dimana isterinya berdiri.     

Aldric tersenyum ke arah Adrianna, mata mereka berbinar saat saling menatap didepan Altar dengan pendeta yang sudah siap untuk membantu prosesi pernikahan mereka.     

Pendeta memulai prosesinya. "Hadirin yang bebahagia, hari ini kita semua berkumpul di tempat ini dengan hati yang bahagia untuk menjadi saksi pernikahan Mss. Adrianna Anthony dan Mr. Aldric Bloom. Mereka sudah saling mencintai dan kini mantab untuk mengikatkan janji yang suci dihadapan Tuhan."     

"Say your words Sir." Sang pendeta memberikan kesempatan pada Aldric, dan pria itu mengangguk. Dia meraih tangan Adrianna dan mengatakan janjinya dengan mantap, penuh perassaan, dengan tatapan yang menyentuh hingga ke lubuk hati Adrianna.     

"Adrianna Anthony, aku memilihmu menjadi isteriku. Aku berjanji akan mencintaimu, menjagamu dengan segenap kekuatanku, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat maupun sakit. Inilah janjiku dihadapan Tuhan dan dihadapan hadirin." Ucapnya dan Adrianna berkaca-kaca mendengar janji itu.     

"Your words." Sang pendeta memberikan kesempatan pada Adrianna berikutnya.     

"Aldric Bloom, aku menerimamu sebagai suamiku dan aku berjanji akan mengabdikan diriku dengan mencitaimu setulus hatiku dalam suka maupun duka, dalam untung dan malang dan dalam sehat maupun sakit. Aku berjanji." Air mata Adrianna berjatuhan saat mengungkapkan semuanya itu dan Aldric langsung menyeka jejak-jejaknya.     

"Time for wedding kiss." Ujar sang pendeta, Adric dengan lembut mendaratkan ciuman di bibir Adrianna dan dibalas oleh gadis itu diiringi tepuk tangan dan air mata bahagia juga keharuan dari para kerabat yang hadir terutama kedua orang tua mereka.     

Kebahagiaan benar-benar membuncah memenuhi seluruh area terbuka itu. Mereka bahkan melakukan berbagai ritual termasuk melemparkan bunga, melepaskan merpati dan balon juga berdansa karena langit senja di italia begitu mempesona saat itu. Setelah prosesi pemberkatannya selesai mereka melanjutkan dengan acara makan malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.