THE RICHMAN

The Richman - Uncover the Fact Part I



The Richman - Uncover the Fact Part I

0Di jaman digital seperti ini tidak ada yang tidak mungkin untuk dilacak. Jejak digital bisa mengungkap tabir gelap yang tersembunyi dibalik setiap kejahatan. Jikapun tidak ada mata manusia yang menyaksikan saat kejahatan itu dilakukan tapi terdapat banyak kamera yang mungkin mengamati.     

Dan benar saja, tak butuh waktu lebih dari tiga kali duapuluh empat jam untuk mengungkap siapa pelaku dibalik tersebarnya kontrak yang dibuat dan ditandatangani oleh Aldric Bloom dan Adrianna Anthony, dia adalah Zack Pedro. Seorang pria yang bekerja sebagai tenaga outsorsing dari perusahaan penyedia layanan cleaning service. Pria itu baru bekerja selama dua minggu di perusahaan itu dan kini nasibnya menjadi begitu buruk karena harus mendekam dibalik jeruji besi karena kasus pencurian dokumen rahasia.     

Yang belum terungkap adalah dalang dibalik pencurian itu, karena hingga kini belum ditemukan siapa dalangnya. Perintah itu dilakukan oleh seseorang melalui orang lain dan itu sudah pihak kesekian, begitu juga dangan bayarannya. Dia menerima tunai sehingga tidak ada jejak transaksi perbankan yang bisa dilacak untuk mengetahui sumber dananya.     

Siang itu Aldric memiliki janji makan siang dengan Adrinna, lebam di wajah Adrianna sudah berangsur pulih dan kini hanya menyisakan sedikit luka biru di sudut bibir saja. Mereka makan siang di salah satu restoran yang dekat dengan kantor Adrianna. Sejak kemarin dia sudah mulai aktif kembali di kantor ayahnya dengan status pemegang saham 30% setelah Aldric memindahkan tigapuluh persen saham perusahaan Richard Anthony yang dimilikinya menjadi atas nama Adrianna Anthony calon isterinya.     

"Apa polisi menemukan bukti baru?" Tanya Adrianna begitu mereka mulai menyantap makanannya.     

"Tidak." Geleng Aldric. "Pria itu akan ditahan karena perbuatannya sendiri, tidak ada bukti yang mengarahkan bahwa ada pihak lain yang memintanya. "     

"Jadi penyelidikannya akan berhenti sampai di sini?" Tanya Adrianna kembali, dalam hati dia berniat untuk membuktikan dugaannya bahwa ada keterlibatan Javier Walton di sini, tapi dia masih bingung bagaimana melakukannya.     

"Aku akan tetap menyelidikinya, meskipun polisi sudah menetapkan pria itu sebagai terksangka."     

Adrianna meraih tangan Aldric, "Tidak bisakah kita berfokus pada rencana pernikahan kita saja?" Tanya Adrianna, dan Aldric tersenyum dibuatnya. "Aku hanya ingin fokus padamu."     

"Berhenti menggombal Mr. Bloom." Adrianna memutar matanya.     

"Apa rencanamu hari ini?" Tanya Aldric.     

"Aku akan kembali ke kantor." Jawab Adrianna singkat.     

Alis Aldric berkerut. "Bukankah kau harusnya punya acara dengan ibuku dan ibumu untuk memastikan persiapan terakhirnya?"     

"Mereka akan lebih asik pergi berdua saja tanpaku." Adrianna tersenyum lebar.     

"Ya, kurasa mereka akan menjadi besan yang sangat kompak."     

Acara makan siang santai sepasang kekasih itu berlangsung tak seberapa lama karena Aldric akan melakukan rapat setelah makan siang dengan koleganya sementara Adrianna mengurungkan niatnya untuk kembali ke Kantor. Dia berniat untuk menuntut penjelasan dari Javier Walton, karena keyakinannya semakin penuh bahwa ada keterlibatan Javier dibalik semua kekacauan hari itu.     

Adrianna menghubungi Javier untuk mengetahui keberadaan pria itu, dan Jav mengatakan hari ini dia tidak berada di kantornya. Dia berada di rumahnya, akhirnya Adrianna memutuskan untuk menyetir sendiri kendaraannya menuju rumah Javier dimana peta lokasinya dikirim ke ponsel Adrianna melalui pesan singkat.     

Aldric yang kala itu tengah menunggu koleganya datang untuk rapat santai di sebuah cafe yang letaknya di pinggir jalan melihat mobil Adrianna melintas ke arah berlawanan dari arah kantornya berada.     

Aldric segera mengirim pesan pada calon isterinya itu. "Kau jadi kembali ke kantor?" Tanya Aldric dan pesan itu tidak dibaca apalaagi dibalas olehnya. Sejurus kemudian koleganya datang dan dia langsung menyambut dua orang pria yang menjadi rekanannya di bisnis baru rintisannya itu. Aldric langsung sibuk dengan berbagai pembicaraan tentang strategi bisnis, target market, rencana pengembangan dan lain sebagainya termasuk melihat proposal yang disiapkan oleh dua orang itu sementara dia akhirnya mengabaikan pesannya yang masih belum berbalas dari Adrianna.     

Dua jam kemudian dua pria itu pamit undur diri setelah mereka sepakat untuk membuat kontrak kerjasama yang akan mereka review lagi bersama nanti. Barulah Aldric melihat ke arah ponselnya lagi. Tidak ada jawaban dari Adrianna, dan itu membuatnya sedikit curiga. Aldric mencoba menghubunginya tapi tidak juga di angkat, akhirnya dia menelepon ke kantor.     

Sekretaris Adrianna menerima panggilan itu.     

"Selamat siang sir, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang sekretaris ramah di seberang telepon.     

"Apaakah Mss. Anthony ada di kantor?" Tanya Aldric cemas.     

"Beliau belum kembali sejak makan siang Sir." Jawab sang sekretaris.     

"Beritahu padanya untuk menghubungiku begitu dia kembali ke kantor." Aldric akhirnya memilih untuk meninggalkan pesan saja. "Em, atau jika dia menjawab pesanmu, mintalah share lokasinya dan kirimkan padaku."     

"Yes Sir."     

Setelah mengakhiri panggilannya, Aldric masuk kedalam mobil dan segera mencoba menghubungi ponsel Adrianna berkali-kali dan tetap tidak diangkat. Hal itu membuatnya cemas, karena dia merasa sudah pasti ada yang tidak beres jika sampai calon isterinya itu tidak menjawab panggilannya.     

***     

Sementara itu Adrianna yang sudah berada di dalam rumah Javier kini tengah duduk berhadapan dengan pria itu.     

"Apa yang membuatmu begitu ingin menemuiku?" Tanya Javier santai.     

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Adrianna sedikit ragu karena Javier tidka menunjukkan gelagat bersalah, dia terlihat sangat santai hingga seolah-olah tidak terlibat sama sekali dalam kasus itu. Meski dalam hati Javier sangat bahagia karena mungkin alasan Adrianna mendatanginya adala karena rencana pernikahannya dengan Aldric Bloom sudah gagal.     

"Javier, satu-satunya orang yang..." Kalimat Adrianna terhenti karena Javier mendadak mengangkat tangannya dan bangkit berdiri. "Sangat tidak sopan saat temanku berkunjung dan aku tidak menamunya dengan minuman. Kau ingin minum apa?" Tanya Javier lagi-lagi dengan kesan begitu santainya.     

Adrianna bergidik, dia menolaknya. "Tidak terimakasih."     

"Ayolah, jangan membuatku merasa buruk." Paksa Jav.     

"Ok, apa saja." Yang ingin dilakukan Adrianna adalah mencari tahu fakta dan pergi dari tempat ini. Saat Javier sedang sibuk menyiapkan minuman, Adrianna sempat melihat ke arah ponselnya. Pesan dari Aldric dan panggilannya berkali-kali jelas harus dia abaikan untuk sementara, karena dia melakukan semua ini sembunyi-sembunyi dari Aldric.     

Sementara sekretaris Adrianna sempat meminta share lokasi bosnya itu dan Adrianna mengirimkannya tanpa berpikir panjang, sebelum bertanya peruntukan share lokasi itu tiba-tiba Javier muncul dengan nampan berisi dua gelas orange juice dan itu membuat Adrianna gugup hingga ponselnya terjatuh.     

"Easy..." Javier menatap ke arah ponselnya itu lalu mengambilnya. Tapi buru-buru Adrianna merebut ponsel itu dan memasukkannya kedalam tas.     

"Kau tampak gugup Adrianna."     

"Tidak." Adrianna bergidik, dia segera mengambil gelas juice dan meneguknya beberapa teguk untuk menghilangkan kegugupannya.     

"Ok, lanjutkan. Apa yang membuatmu begitu ingin menemuiku hari ini?" Tanya Javier.     

Adrianna menghela nafas, "Aku tidak menceritakan soal perjanjian..." Adrianna mengerjapkan matanya berkali-kali karena pandangannya mulai kabur. "Jav... apa kau mencampurkan sesuatu dalam..." Belum selesai mengatakan kalimat itu Adrianna sudah terhuyung jatuh ke sofa dalam keadaan tidak sadarkan diri.     

Javier tersenyum lebar melihatnya. "Harus ku apakan kau Adrianna Anthony?" Bisiknya bgitu dia berada begitu dekat dengan Adrianna yang sudah kehilangan kesadarannya sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.