THE RICHMAN

The Richman - Meet Mr. Paul Wisley



The Richman - Meet Mr. Paul Wisley

0Volvo yang dikendarai Ben dari Las Vegas mengalami pecah ban di tengah jalan. Masih jauh dari alamat tujuan juga jauh dari tempat pertolongan. Ben tak mengengal siapapun di kota kecil ini hingga tak bisa meminta pertolongan, dan sayangnya tidak ada ban serep. Ben berdiri di tepi jalan, dia memanggil derek dan sepertinya butuh waktu sekitar tigapuluh menit berkendara.     

Mendadak dari kejauhan terlihat sorot lampu mobil, Ben yang tidak ingin membuang waktu menghentikan mobil itu dan seorang pria tua membuka jendela truk tuanya itu.     

"Ada apa anak muda?" Tanya pak tua dari dalam mobil yang mesinnya baru saja dia matikan.     

"Pecah ban dan aku tidak melihat bengkel di sekitar sini." Ujar Ben.     

"Panggil saja derek, mobil sebagus itu service centernya ada di Las Vegas." Timpal pak tua. "Kau hendak kemana?" Pria tua itu bertanya lagi pada Ben.     

"Aku tidak yakin, tapi ini tujuanku." Ujar Ben sambil mendekat ke arah truk dan menunjukkan map di ponselnya, alis pak tua itu mengkerut sekilas melihat tujuan Ben.     

"Kau ingin menemui seseorang di sana?" Tanya pak tua itu dan Ben mengangguk. "Seorang gadis." Jawabnya.     

"Ikutlah denganku, aku tahu tempat itu." Ujar pak tua dan Ben ikut dengan mobil tua milik Paul Wisley. Sementara dia sudah mengirimkan lokasinya pada bengkel yang akan menderek mobil sewannya itu.     

"Dari mana kau berasal?" Tanya Paul pada Ben.     

"New York." Jawab Ben ramah.     

"Oh . . . lalu bagaimana kau mengenal gadis di Henderson?" Tanya Paul lagi, sekilas dia menatap wajah anak muda yang duduk di sampingnya itu. Jika dilihat dari penampilannya pria muda itu cukup berkelas, tentu saja dia pasti punya cukup banyak uang untuk bisa berkendara dengan mobil tadi dan juga membeli setelan sebagus yang dia kenakan saat ini.     

"Dia bekerja di rumahku untuk merawat ibuku." jawab Ben jujur. Dia bahkan tak menyangka siapa pria yang memberinya tumpangan itu.     

"Lalu mengapa kau mendatangi gadis itu? Apa dia mencuri hartabendamu di New York, sampai kau harus jauh-jauh kemari untuk menemuinya?" Tanya Paul penuh selidik. Dalam hatinya masih ada tanda tanya besar mengapa puterinya itu tiba-tiba kembali ke Henderson tanpa mengabarinya lebih dulu. Paul sempat berpikir mungkin Leah puterinya lari dari sesuatu, dan sekarang dugaannya semakin kuat karena ada seorang anak muda dari New York yang mencarinya.     

"Tidak." Geleng Ben. "Dia tidak mencuri harta benda milik keluargaku, tapi lebih dari itu." Ujar Ben.     

"Apa yang dia curi?" Tanya Paul sungguh-sungguh, dalam hatinya dia benar-benar kawatir jika puteirnya terlibat kejahatan dan kembali ke rumahnya untuk melarikan diri dari kejahatan itu.     

"Dia mencuri hatiku." Ujar Ben singkat, dan Paul mendadak menginjak rem hingga decit keras terdengar dari mobil tua itu dan Ben hampir terlempar dari kursinya.     

"Apa kau baik-baik saja sir?" Tanya Ben pada Paul. "Apa kau baru saja mengalami serangan jantung?" Tanyanya lagi dan Paul menggeleng.     

"Maaf, mobil tuaku sering seperti ini." Bohong Paul. Perjalanan memang sudah cukup dekat, tapi tampaknya Paul masih ingin memutar agar dia bisa mengorek lebih banyak dari anak muda di sebelahnya.     

"Apa kau menyukai gadis itu sampai mencarinya ke tempat ini?" Tanya Paul lagi begitu mesin mobil menyala dan mobil tua itu mulai melaju pelan.     

"Entahlah, aku masih bimbang." Jawab Ben.     

"Mengapa bimbang, bukankah seorang pria harusnya bisa tegas." Paul terdengar protes.     

Ben menghela nafas dalam. "Aku tidak yakin apa dia menyukaiku atau tidak." Jawabnya.     

"Lalu mengapa kau tidak memilih gadis lain saja, kau pasti punya banyak uang dan kau juga tampan, kau bisa mendapatkan gadis yang kau inginkan anak muda, mengapa dengan bodoh menghabiskan waktu terbang ke kota kecil seperti ini." Paul berpura-pura tidak mengenal gadis yang sedang mereka bicarakan meski Paul begitu yakin bahwa gadis yang dimaksudkan oleh pria muda ini adalah Leah puterinya.     

"Aku tertarik padanya sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di rumahku. Bagaimana caranya merawat ibuku dengan penuh kasih sayang, dia juga gadis yang ceria." Ujar Ben.     

Mendengar penjelasan dari Ben, Paul tampak manggut-manggut, tapi dia memberikan opininya kemudian, "Dia menyayangi ibumu karena kau membayar mahal untuk itu, jadi mungkin saja itu bukan sifat aslinya." Ujar Paul dan Ben tergelak. "Ya, sebenarnya dia gadis yang berani, dan keras kepala. Dia pernah membentakku saat aku melarangnya pergi ke Nevada untuk menemui ayahnya."     

"Mengapa kau melarangnya?" Tanya Paul.     

"Salah satu asisten rumahtangga, temannya bekerja di rumah kami mengatakan bahwa ayahnya akan menjodohkannya dengan sorang pria di Nevada, jadi aku tidak memberinya ijin pulang. Dan kau tahu sir, dia sangat marah padaku, dia bahkan berani membentakku."     

Paul terkekeh, dia tidak menyangka, Leah puterinya yang pendiam itu bisa menakhlukan hati pria mud berkelas yang sedang duduk di sampingnya ini. "Jika dia pemberontak mengapa kau menyukainya. Ku beritahu kau, jika kau menikahi gadis pemberontak, rumahtanggamu tidak akan berakhir baik." Ujarnya.     

"Kau berpengalaman soal itu?" Tanya Ben, dia menoleh menatap pak tua yang tengah menyetir di kegelapan.     

"Ya, mantan isteriku." Jawab Paul. "Aku menikahinya karena aku tergila-gila padanya, meski aku tahu dia tidak akan mudah di atur." Kenangnya.     

"Lalu?" Tanya Ben.     

"Dia menemukan pria lain yang lebih menarik dariku dan meninggalkanku." Jawab pak tua itu.     

"Dan kau tidak menikah lagi?" Tanya Ben, sementara Paul menggeleng. Sejurus kemudian Paul memutar kemudi dan mobil itu memasuki halaman sebuah rumah kecil di pinggiran kota Henderson yang sepi.     

"Kita sudah sampai." Ujar Paul, dia mematikan mesin kemudian turun dari mobil. Ben sempat tak percaya, dia mengecek ulang gpsnya dan benar saja ini rumah yang dia tuju.     

"Terimakasih untuk tumpangannya." Ujar Ben sungkan.     

"Ya sama-sama." Paul berjalan menuju pintu rumah dan Ben tertegun melihat pria tua itu. Mengapa dia bisa membuka pintu itu tanpa meminta ijin pada si pemilik rumah. Dari dalam berlari seorang gadis menghampiri pak tua dan memberikannya pelukan singkat.     

"Ayah, mengapa pulang terlalu larut?" Protes Leah dari dalam rumah dan memberi ayahnya pelukan singkat.     

"Ada yang mencarimu, dia bilang kau mencuri sesuatu darinya." Ujar Paul, kemduian dia menoleh ke arah Ben dan mengangkat tangannya memberi tanda agar Ben mendekat.     

"Ini puteriku, Leah Wisley. Gadis yang kau cari." Paul tersenyum kemudian masuk kedalam rumah dan berjalan menuju kamarnya untuk mandi. Sementara Ben membeku di ambang pintu begitu juga dengan Leah yang hampir mati terkena serangan jantung karena terkejut melihat majikannya berdiri d i ambang pintu rumah tua milik ayahnya.     

"Hi . . ." Ben terlihat kikuk menyapa Leah.     

"Apa yang anda lakukan di tempat ini Sir?" Tanya Leah, selintas bayangan kejadian ciuman di ruang loundry membuat Leah bergidik.     

"Em, . . . boleh aku masuk?" Ben jelas tak ingin di usir begitu saja, langkah pertama adalah masuk ke dalam rumah agar bisa menjelaskan semuanya juga mengkarifikasi semua ceritanya yang sudah terlanjur dia ceritakan pada pria tua asing yang memberinya tumpangan yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Leah, gadis yang dia tuduh mencuri hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.