THE RICHMAN

The Richman - Mr. Hot



The Richman - Mr. Hot

0Sheina berbaring di balik selimut, dimana Marcus juga berbaring memeluknya saat keduanya dalam keadaan yang telanjang. Kerinduan yang membuncah membuat malam ini menjadi begitu panas.     

"Berapa lama kau akan berada di Paris?" Tanya Marcus dengan suara parau.     

"Lusa aku pulang." Jawab Sheina.     

"Kau tak bisa menundanya?" Marcus menyipitkan matanya ke arah Sheina.     

"No." Geleng gadis itu. Entah mengapa kini dia merasa di atas angin karena Marcus yang menginginkannya. Sheina bahkan masih meremang setiap kali dia mengingat kejadian beberapa jam lalu saat Marcus dengan begitu "hot" memperlakukannya dengan begitu istimewa.     

"Kalau begitu kosongkan semua jadwalmu besok." Tukas Marcus, telunjuk jarinya mengusap-usap lengan Sheina dan gadis itu menikmati gerakan kecil yang seolah tanpa arti itu, tapi itu menunjukkan rasa sayang yang dalam sejujurnya. Beberapa pria tak mempedulikan lagi pasangannya setelah dia menemukan kenikmatan untuk dirinya sendiri. Tapi Marcus masih bisa menahan diri untuk tidak terlelap meski seperti layaknya pria biasa, rasa kantuk menyerang setelah mereka mengalami pelepasan hebat di atas ranjang.     

"Ok." Sheina tersenyum dan Marcus mengecup bibirnya sekilas. "Haruskah aku kembali ke hotelku?" Goda Sheina.     

"Of course not." Erang Marcus, dia mulai memejamkan matanya meski telunjuknya masih berputar-putar di lengan Sheina.     

Gadis itu mendongak menatap Marcus, "Apa kau tak berniat tinggal di Amerika?" Tanya Sheina.     

"Aku ke New York hampir seminggu dalam setiap bulan." Jawab Marcus dengan suara parau yang justru terdengar seksi, didukung dengan pelukan hangat tanpa busana yang bisa dirasakan Sheina, otot-otot pria itu bagaikan akar pohon yang kuat mencengkeram, dan memberikan rasa aman baginya.     

Sheina mengerutkan alisnya. "Dimana kau menghabiskan banyak waktumu jika kau ke New York hanya satu minggu?"     

"Di sini." Jawabnya singkat.     

"Why?" Sheina masih tak bsia menerima jawaban itu begitu saja.     

"Banyak gadis menarik di sini." Gurau Marcus dan Sheina memukul manja dada bidangnya hingga membuat pria itu kembali membuka mata dan dengan tatapan lebar juga senyum dia menindih tubuh Sheina, menarik tangannya ke atas kepalanya.     

"Once more?" Sheina berbinar dan Marcus hanya mengecup bibirnya sekilas.     

"No." Tolaknya. "Kita butuh banyak energi besok. Jadi simpan energimu utuk besok pagi." Marcus kembali rebah dan menggulung Sheina dalam pelukannya. Meski mereka berbagi ranjang, dan bahkan menikmati pengalaman seks luar biasa malam ini, tapi tidak ada kata cinta diantara keduanya.     

Sheina tahu bahwa situasinya tidak akan mudah bagi Marcus untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal. Dan Sheina tidak ingin merusak keajaiban pertemuan mereka setelah lima tahun hanya dengan ego untuk diakui sebagai pasangan. Terkadang memiliki hubungan tanpa menamai hubungan itu justru akan membuat hubungan itu mengalir dengan lebih ringan.     

Sheina bahkan tidak berpikir bahwa pernikahan menjadi sesuatu yang tidak wajib dilakukan untuk bahagia. Bahkan tanpa pernikahan banyak orang bisa menjalani hidup bahagia, dan yang dia butuhkan hanya itu meski dari seluruh silsilah keluarganya, keluarga orang tuanya, mereka semua menikah dan menikmati pernikahan mereka. Bahkan George dan Claire yang sempat goyah di awal tahun pernikahan mereka, ternyata bisa memperbaiki situasi dan melanjutkan pernikahan mereka meski jatuh bagun.     

Marcus tampak jatuh terlelap dalam tidurnya sementara Sheina mengenang dengan jelas kejadian yang terjadi diantara mereka seperti film dengan kualitas HD yang diputar ulang di kepalanya. Bahkan darahnya masih berdesir setiap kali dia mengingat bagaimana Marcus menyentuhnya. Kenangan itu dimulai saat Sheina berniat untuk pergi dari penthouse mewah milik Marcus Durant, dan sebelum masuk kedalam lift Maarcus menarik tangannya. Setelah Marcus menariknya kembali dalam ciuman sebelum dia menginjakkan kakinya di lift untuk keluar dari penthouse. Marcus melepaskan ciumannya begitu Sheina terjepit antara dirinya dan tembok. Mereka saling menatap, dan rahang Marcus mengeras sekilas.     

"I can't stop thinking of you." Bisiknya.     

"Really?" Sheina membalas dengan bisikan juga.     

"He'em." Gumam Marcus, mendengar hal itu Sheina begitu ingin mendekatkan bibirnya ke bibir Marcus tapi diluar dugaannya, Marcus menarik diri. Dia meraih satu tangan Sheina dan menariknya ke atas, seperti ditempelkan di tembok, begitu juga dengan satu tangan lainnya hingga kedua tangan Shiena berada di atas kepalanya. Gadis itu menatap Marcus dengan dada naik turun, seolah tak sabar untuk disentuh atau menyentuh, tapi Marcus tak seperti penampilannya yang garang. Dia tak suka bermain dengan terlalu cepat tampaknya.     

Marcus mengecup bibir Sheina, dan gadis itu berusaha membalas namun Marcus segera menarik diri. Dia menatap Shiena lagi lebih dalam lagi lalu tersenyum.     

"Apa kau merindukanku?" Tanya Marcus dengan suara rendah. Sheina menggeleng kesal, "No." Jawabnya.     

"Aha?" Marcus menyipitkan matanya pada gadis itu. "Kau yakin?" Imbuhnya dan Sheina menelan ludah.     

"I miss you like a crazy." Jujurnya dengan wajah bersemu merah. Marcus tersenyum sebelum membenamkan ciumannya di telinga Sheina dan menuruni leher jenjang gadis itu hingga menemukan sudut lehernya. Marcus mengecup pundak Sheina sebelum melucuti pakaian gadis itu dan menyisakan hanya lingerie yang dia kenakan.     

"Unbelievable" Gumam Marcus seolah menemukan harta karun. Dibalik skiny jeans, Tshiert, jaket kulit dan sepatu boot, Sheina mengneakan lingerie super seksi berwarna merah menantang.     

"Kau berencana menggoda pria malam ini?" Gumam Marcus.     

Sheina tersenyum menatap pria itu dan berbisik, "May be you."     

Marcus tersenyum, "Of course I'm tempted now." Dia mencium Sheina sekali lagi mulai dari bibir, menuruni leher hingga ke tulang selangka dan pundaknya. Lalu Marcus memutar tubuh Sheina menghadap ke dinding kaca di sisi tubuhnya dan mengecup bekas luka di bagian punggung atas milik Sheina dengan bibirnya.     

"You remember that?" Bisik Sheina sedikit menoleh ke sisi kirinya.     

"Of course I am." Jawab Marcus. Dia menyibakkan rambut Sheina yang tergerai dam menciumi leher bagian belakang dekat dengan telinga Sheina untuk menhirup aroma tubuh gadis itu, yang selama ini membayanginya. Setiap kali Marcus berusaha melampiaskan hasratnya pada gadis lain, ekspektasinya tak pernah terpenuhi meskipun dia berusaha keras untuk mengubah ketertarikannya. Semua aktifitas seks yang dia lakukan selama ini hanya berakhir dalam kepuasan fisik semata, namun batinnya selalu menuntut keluasan yang tak pernah bisa dia dapatkan. Dan malam ini, Marcus begitu bergairah setelah seluruh selnya menerima informasi bahwa apa yang dia cari ada di depan matanya sekarang ini.     

Sekujur tubuh Sheina meremang, saat Marcus memutar tubuhnya kembali. Dia menciumi bibir Sheina sementara satu tangannya yang lain menyentuh miss. v miliknya dengan gerakan memutar yang mebuat sensasi kenikmatan datang dan pergi.     

Marcus melepaskan Sheina karena dia tak ingin memperlakukan wanita bergarga yang paling dia inginkan itu dengan tidak nyaman. Marcus benar-benar berniat memberikan malam yang tak mungkin dilupakan oleh Sheina seumur hidupnya. Dia menarik Sheina dalam dekapannya, sementara Shiena meliltikan kakinya di pinggan Marcus dan tanpa melepaskan ciumannya, Marcus memboyong Sheina ke kamar besar miliknya. Seleranya selalu sama, namun kali ini sedikit berbeda karena Marcus meletakkan batu alam di sebagian dinding kamar itu dan sisanya kaca yang tertutup tirai abu-abu sementara catnya dominan hitam dan abu.     

Dengan lembut Marcus merebahkan tubuh Sheina di atas ranjang dan gadis itu menarik kekinya ke atas dalam posisi tertekuk dengan lutut rapat. Marcus menatapnya dari ujung kaki hingga ke atas kepala Sheina begitu pria itu merangkak di atas tubuhnya. Marcus benar-benar tahu bagaimana memanjakan wanitanya dengan sentuhan yang membangkitkan gairah dan memberikan kenikmatan baik bagi wanitanya, ataupun bagi dirinya sendiri yang semakin bergairah setiap kali mendengar desahan dan erangan Sheina dibawah kekuasaannya.     

Sheina dan Marcus bukan pasangan yang sudah berpengalaman di atas ranjang, tentu saja keduanya bisa memberikan kepuasan satu dengan yang lainnya. Bercinta malam itu dengan Marcus menjadi kenangan tersendiri bagi Sheina, apalagi setelah lima tahun dia hidup dalam fantasinya, andaikan Marcus ada dan dekat dengannya.     

***     

Malam begitu indah bagi pasangan itu, Marcus bisa tertidur nyenyak setelah bertahun-tahun dia sering terbangun tengah malam mengingat beberapa kejadian dimasalalunya. Malam ini, ketika dia memeluk Sheina, Marcus merasakan kedamaian yang sama seperti yang dirasakan Sheina dalam pelukan pria gagah itu. Marcus merasa damai karena malam itu mimpi buruknya tak mungkin datang saat wanita yang selalu ada dalam mimpinya tengah berbaring dalam damai di pelukannya. Sementara Sheina memimpikan mimpi yang indah, kali ini cukup lancang.     

Mimpi yang begitu itu jelas, Mereka berada di sebuah kapal dimana Sheina mengenakan dress bergaya bohemian tipis tanpa pakaian dalam dan duduk di dalangan kapal menikmati sinar matahari pagi hari. Sementara itu Marcus berenang di laut yang jernih tempat dibawah kapal. Beberapa saat kemudian Sheina membuka mata saat marcus berdiri menjulang di atasnya dan menutupi bayangan matahari di atas wajahnya.     

Sheina mengerjapkan matanya dan menatap Marcus yang masih basah dengan air laut. "Aku akan mandi." Ujarnya.     

"Ok." Sheina menutup matanya lagi.     

"Aku ingin kita mandi bersama." Ujar Marcus lagi, dan Sheina membuka matanya, dia tersenyum melihat Marcus celingukan setelah mengatakannya lagi.     

"Bagaimana jika aku tidak ingin mandi bersamamu?" Canda Sheina, tapi pria tinggi besar itu tidak terbiasa menerima penolakan. Dia segera membopong Sheina masuk ke dek kapal dan membawanya mandi. Dibawah pancuran shower mereka bercinta sekali lagi, dengan sangat panas. Seusai bercinta, Marcus dan Sheina masih menikmati berciuman di bawah shower sembari membersihkan diri mereka.     

"Live with me." Bisik Marcus ditengah ciumannya yang deras. "Marry me." Imbuhnya.     

Shiena mengusap wajahnya dari derasnya air yang mengalir dari shower. "Kau melamarku?" Alis Sheina berkerut, dia menekan tombol off dari shower meski sejujurnya shower itu memiliki sensor gerak. "Tanpa cincin?" Protesnya.     

Marcus meraih handuk dan berjalan keluar dari area shower, "Tunggu di sini." Pria itu keluar beberapa saat lalu masuk lagi dengan handuk yang melilit pinggangnya.     

Dia berlutut dan meminta Sheina, "Would you marry me?" Tanya Marcus.     

"You propose to me when I'm naked?" Sheina menatap pria itu tak percaya.     

"Because I love you as you are, like a naked baby. I dont care with the rest." Marcus menatap Sheina dalam dan wanita itu mengangguk. Dia mengulurkan tangannya dan Marcus memasangkan cincin itu di jari manis Sheina.     

"I love you." Bisik Marcus di telinga Sheina sebelum dia menarik handuk dan menyelimuti wanitanya itu kemudian membopongnya keluar dari kamar mandi.     

"I love you too." Jawab Shiena.     

Meski itu terjadi di dalam mimpinya, tapi Sheina merasakan semua itu sungguh-sungguh terjadi. Gadis itu bahkan tersenyum didalam tidurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.