THE RICHMAN

The Richman - Dinner



The Richman - Dinner

0Pagi ini setelah dari kantor polisi, Oliver mendapatkan sebuah tawaran menggiurkan untuk liburan selama dua bulan. Dia memanfaatkan liburannya selama dua bulan itu untuk menyembunyikan Lucas Durant di Brooklyn dan berharap dapat merubah pola pikir anak muda itu. Sementara itu dia juga harus memperbaiki hubungannya dengan sang isteri yang hampir retak. Bahkan selama ini Oliver juga kehilangan keakraban dengan putera dan puterinya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.     

***     

Setibanya di Brooklyn, Oliver dan Lucas langsung menempati rumah kecil di sebelah rumah milik keluarga Oliver yang ditempati oleh anak dan isterinya.     

"Dad . . ." Putera bungsu Oliver, Lionel memeluk ayahnya itu. "Welcome home." Ujarnya.     

"Thank you." Oliver membalas pelukan puteranya itu singkat. "Ibumu tahu kau kemari?" Tanya Oliver sembari melihat ke arah rumah sebelah yang bahkan tak tersekat pagar.     

"Tahu." jawab Lionel. "Dia melarangku datang, tapi aku harus menyambut kedatangan ayahku setelah sekian lama, akhirnya daddy punya waktu untuk bersama dengan kami." Lionel yang masih remaja tampak tak tahu banyak hal tentang orang tuanya.     

"Hi." sapa Lucas saat Lionel meatapnya.     

"Hi brother." Lionel langsung menganggap Lucas sebagai saudara laki-lakinya dan memberikannya pelukan hangat meski sekilas. Lucas terlihat kikuk, dia tersenyum sekilas kemudian masuk ke dalam rumah saat Olvier memintanya.     

"Masuklah, kamarmu ada di lantai atas." ujar Oliver dan Lucas mengangguk paham. Sementara itu Oliver meminta Lionel untuk pulang dan mengatakan pada ibunya, bahwa mereka akan makan malam bersama di rumah. Olvier meminta Sheina menambahkan satu porsi untuk Lucas.     

***     

Setelah Lionel pulang, Oliver menyambangi Lucas. Dia masuk ke kamar pemuda itu dan duduk di sisi ranjang sementara Lucas masih berdiri di ambang jendela kaca besar yang menghadap ke arah rumah sebelah. Disana ada taman di bagian samping, dan saat Lucas menatap keluar, Elea, puteri Oliver Hawkins tampak sedang duduk di bangku taman dengan laptop di hadapannya.     

"Kau masih ingat apa yang harus kau katakan saat orang bertanya tentang siapa dirimu?" Oliver mengingatkan Lucas.     

"Putera temanmu." jawab Lucas singkat.     

"Satu hal lagi yang harus kau tahu, jangan pernah mendekati anak-anakku untuk alasan apapun." Ujar Oliver.     

Lucas menoleh, "Mengerti." jawabnya.     

"Istirahatlah, kita akan makan malam bersama untuk memperkenalkanmu pada keluargaku. Aku tidak ingin mereka salah menilaimu." Ujarnya.     

"Ok, Sir." Angguk Lucas dan Olvier meninggalkan kamarnya, sementara Lucas kembali memandang ke arah taman rumah sebelah, dimana Elea masih duduk di depan laptop yang menyala meski dia tampak tak sedang menggunakannya. Entah apa yang dia lakukan, tapi dia tampak murung. Reaksinya dalam menyambut kedatangan sang ayah sungguh berbeda dengan reaksi Lionel yang antusias, mengapa hubungan ayah dan anak ini tampak berbeda dari hubungan antara Lionel dan Oliver.     

Hari sudah menjelang senja, Elea tampak meninggalkan taman dan menuju dapur. Tepat saat ibunya tengah sibuk menyiapkan makanan.     

"Kau tak ingin membantu mommy?" Tanya Sheina.     

"Aku akan keluar sebentar, bertemu Michael." Ujarnya.     

"Ok, jangan terlalu larut pulangnya. Ayahmu ingin kita makan malam bersama malam ini." Ujar Sheina.     

"Ok." jawab Elea. Sebenarnya gadis itu tak benar-benar menemui Mich, dia berjalan ke arah taman dan duduk sendiri di sana. Pikirannya begitu kacau apalagi setelah ayahnya kembali ke Brooklyn. Ini jelas berhubungan erat dengan percakapan yang tak sengaja dia dengar antara ayah dan ibunya, soal perceraian. Dan itu membuat pikirannya menjadi kalut.     

Sementara itu di rumah yang di sewa Oliver, Lucas tampak mendekati Olvier yang sedang duduk di depatn TV.     

"Sir, bolehkah aku berjalan di sekitar komplek ini?" Tanya Lucas.     

"Hanya di area ini. Pintu keluar di jaga oleh polisi. Jangan membuat ulah." Ujar Oliver dan Lucas mengangguk paham. Dia berjalan keluar dari rumah itu, tak tentu arah. Yang dia butuhkan hanya sebuah ponsel yang bisa dia pinjam dari seseorang untuk menghubungi Roberto. Pilihan terakhirnya adalah menjadi budak Anthonio seumur hidup, dan itu akan dia lakukan demi terbebas dari Oliver Hawkins dan bayangan tentang kehidupan normal di masa depan yang mustahil dia dapatkan.     

Langkah Lucas terhenti di sebuah taman, dia berdiri di sebelah seorang remaja yang tengah sibuk mendengarkan musik sembari membaca buku.     

"Hi." Lucas mendekat.     

"Hi." jawab remaja itu.     

"Bisakah aku meminjam ponselmu?" Tanya Lucas.     

"Tentu saja." Remaja itu meminjamkan ponselnya dan Lucas menghubungi Roberto dengan ponsel itu.     

"Jemput aku besok di tempat kita terakhir kali bertemu." Ujar Lucas cepat.     

"Ok." Roberto mengangguk paham dan segera mengakhiri panggilannya. Seulas senyum tersungging di wajah Roberto sebelum melapor pada Anthonio soal keputusan Lucas untuk menyerah. Sementara itu Lucas segera menghapus log panggilan dan mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.     

"Thank you." Ucap Lucas sembari mengulurkan ponsel itu pada pemiliknya. "You're welcome." jawab si remaja.     

Lucas berniat untuk kembali ke rumah Oliver, tapi langkahnya terhenti saat melihat Elea duduk sendiri, dia tampak menangis dan berbicara pada dirinya sendiri. Lucas berjalan mendekat, berniat untuk menghampirinya tapi sekali lagi langkahnya terhenti karena Micahel datang dari arah berlawanan dan langsung duduk di sebelah Elea dan memeluk gadis itu. Rahang Lucas mengeras sekilas, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah Oliver.     

Setibanya di rumah, Oliver tampak sudah bersiap untuk makan malam ke rumah isterinya.     

"Dari mana saja kau?" Tanya Oliver.     

"Taman, tidak jauh dari sini." Ujar Lucas singkat.     

"Bersiaplah, kita akan makan malam ke rumahku." Oliver menatap Lucas sekilas.     

"Ok Sir." jawab Oliver.     

"Jangan bicara jika tidak di tanya, dan jawab apa yang ditanyakan saja." Oliver mengingatkan sekali lagi dan Lucas tampak mengangguk. Pria muda itu benar-benar tak ingin rencananya untuk kabur disadari oleh Oliver dan gagal. Dia menurut bagaikan kambing yang tak mengembik saat bulunya di cukur. Tapi dalam kepalanya rencana pelariannya sudah dia rincikan dengan jelas. Dia hanya menunggu waktu saja untuk pergi tanpa jejak. Setelah berada dibawah kekuasaan Anthonio, Lucas akan mendapatkan kembali kehidupannya. Mobil mewah, tempat tinggal mewah, senjata api, dan kekuasaan.     

***     

Oliver masuk dan menuju beranda tempat keluarga itu biasa menikmati waktu makan, baik itu makan pagi, ataupun makan malam bersama. Di sana sudah duduk Sheina, Elea dan Lionel. Saat Olvier datang bersama dengan Lucas, satu-satunya yang menyambut hangat adalah Lionel, sementara Sheina menatap mereka dengan penuh tanya, dan Elea terlihat acuh.     

"Mari kita mulai makan." Sheina berusaha memecah keheningan diantara mereka. "Lucas, anggap saja ini rumahmu sendiri." Ujar Sheina.     

"Terimakasih Mrs. Hawkins, anda sungguh baik." Lucas berbasa-basi.     

"Bagiamana kau bisa mengenal suamiku?" Tanya Sheina, sementara itu Lionel terlihat sibuk makan, Oliver makan dengan waspada dan Elea hanya memainkan makanan di dalam piringnya dan tak memasukkannya ke dalam mulut.     

"Ayahku adalah teman Mr. Hawkins." Jawab Lucas.     

"Dia juga seorang jaksa?" Tanya Sheina dan Lucas tampak celingukan. Oliver langsung menyambar untuk membantu menjawab, "Ya. Keluarganya mendapatkan ancaman, jadi Lucas dititipkan padaku." Bohong Oliver.     

Elea menatap Lucas dan pria muda itu membuang muka, dia memilih untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya dan mengunyah tanpa melihat ke arah manapun selain ke arah piringnya.     

"Tapi dia sudah dewasa Dad." Ujar Elea.     

"Sayang, tak hanya anak-anak yang mendapatkan perlindungan dalam beberapa kasus yang mengancam nyawa. Semua orang yang butuh perlindungan akan mendapatkannya, dan dalam hal ini Lucas membutuhkan perlindungan. Karena itu aku harap kalian bisa menerimanya tinggal di sekitar kalian untuk dua bulan kedepan. Kebetulan aku juga sedang dalam masa cuti selama dua bulan, jadi aku akan berada di rumah itu bersama Lucas dan bisa dekat dengan kalian." Ujar Oliver dengan senyuman, sementara itu Sheina justru terlihat tak terlalu bahagia mendengar kabar itu dari suaminya.     

"Aku sudah kenyang." Elea meninggalkan meja, dan berjalan masuk.     

"Elea, kau bahkan belum menyentuh makananmu sayang." Teriak Sheina.     

Melihat semuanya semakin kacau, Oliver meminta Lucas menyelesaikan makannya dengan cepat dan kembali ke rumah yang disewa Oliver sementara Lionel juga menyelesaikan makan malamnya dan naik ke lantai dua untuk masuk ke dalam kamar. Menyisakan Olvier dan Sheina di meja makan.     

"Apa maksudmu tinggal dekat dengan kami?" tanya Sheina.     

"Bukankah itu baik?" Oliver menatap Sheina, "Kita bisa memperbaiki hubungan kita." Ujarnya.     

Sheina melipat tangannya di dada, dia bahkan sempat memutar matanya, "Setelah sekian lama, mengapa baru sekarang?" Kesal Sheina.     

"Kita bisa memulai lagi dari awal, aku akan memperbaiki semuanya."     

"Tidak ada yang tersisa lagi." Jawab Sheina.     

Oliver menghela nafas dalam, "Aku lelah hari ini, kita akan bicara lagi besok. Terimakasih untuk makan malamnya." Oliver menghindari pertengkaran yang lebih sengit dan memilih pergi, sementara itu Sheina meremas wajahnya dan menghela nafas dalam, dia duduk tertegun di meja makan. Kepalanya penuh dengan semua masalah yang selama ini dia alami selama menjadi orang tua tunggual di Brooklyn sementara dia masih memiliki suami yang lebih memilih sibuk dengan pekerjaannya dibandingkan dengan berada dekat keluarganya.     

Dan setelah semua perjuangan dan hari-hari buruk yang dialami oleh Sheina, mengapa saat dia sudah benar-benar ingin menyerah, Oliver justru datang dan berniat untuk menyisihkan banyak waktu untuk keluarganya dan berada dekat dengan mereka lagi? Situasi itu membuat Shiena kebingungan dengan perasaannya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.