THE RICHMAN

The Richman - Bring the Disaster Home



The Richman - Bring the Disaster Home

0Lucas ditahan selama satu kali duapuluh empat jam untuk dimintai keterangan atas sebuah laporan seorang pemuda yang babak belur di hajar olehnya. Dan Oliver yang melakukan pemeriksaan pada pemuda itu.     

"Kau akan bebas, dan setelah itu kau akan berada di bawah pengawasanku selama dua puluh empat jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu sampai batas waktu yang belum di tentukan." Ujar Oliver dengan kesal.     

Lucas menatapnya dengan tatapan kemarahan, "Aku menolak." Jawabnya.     

"Ayahmu bersedia menjadi saksi untuk kejahatan yang dilakukan oleh musuhnya. Dan yang harus kau ingat, ini bukanlah sebuah penawaran, tapi pemberitahuan. Kau tidak berhak menolak." Tegas Oliver.     

"Aku ingin bicara pada ayahku." Ujar Lucas, dia tidak percaya pada apa yang dikatakan prosekutor di hadapannya itu. Oliver bangkit dari tempat duduknya dan memerintahkan penjaga untuk membawa ayahnya masuk ke ruangan pemeriksaan. Sementara itu Oliver menunggu dari balik kaca tebal dimana dia bisa melihat ke dalam ruangan itu tapi orang yang berada di dalam ruangan itu tidak bisa melihatnya. Oliver benar-benar ingin tahu apa yang dibicarakan ayah dan anak itu.     

"Dad . . . apa yang kau lakukan!" Protes Lucas penuh kemarahan. "Setelah ditahan selama enam tahun, mengapa sekarang daddy ingin menjadi saksi?" Tanya Lucas pada sang ayah.     

Marcus terdiam, rahangnya mengeras, "Kau punya jalanmu sendiri, kau tidak perlu mengikuti jalan yang sudah kulalui." Ujar Marcus.     

"Tidak ada jalan lain bagiku selain meneruskan apa yang sudah daddy lakukan." Tolak Lucas.     

"Lucas, dengarkan Daddy. Mereka akan membunuhmu, cepat atau lambat. Dan satu-satunya cara untuk lepas dari mereka adalah bersama dengan prosekutor Oliver Hawkins. Kau akan aman dan kau bisa menentukan langkahmu sendiri, kau bisa memulai kehidupan yang lebih baik."     

"No!" Tolak Lucas.     

"Jangan bodoh, jika kau mengikuti jejakku. Kau akan berakhir sepertiku." Marcus memeluk puteranya itu sekilas kemudian pergi dibawa oleh dua orang penjaga, sementara di dalam ruangan itu Lucas tampak begitu terpukul. Selama ini ayahnya begitu keras padanya, mendidiknya menjadi pria yang tak memiliki rasa takut, kekhawatiran ataupun perasaan. Meski sejujurnya Lucas masih memiliki semua itu di dalam dirinya. Semua sifat humanis yang dia dapatkan dari darah ibunya, berbeda dengan sang ayah yang selalu mengutamakan dunianya dibandingkan dengan anak dan iserinya.     

***     

Prosekutor itu datang lagi dan Lucas akhirnya setuju untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh ayahnya, untuk ikut dengan prosekutor Oliver Hawkins dan menyerah pada pengawasannya yang lekat selama satu kali dua puluh empat jam.     

"Masuk ke mobil." Ujar Oliver. "Kita akan ke Brooklyn, setelah itu kembali ke Manhattan." Ujarnya.     

"Mengapa kau tak meninggalkanku di sini?" Tanya Lucas. "Kembalikan ponsel dan dompetku." Lucas melunak, berharap sang jaksa bisa diajak negosiasi, tapi sialnya Oliver sudah kenyang menghadapi berbagai kejahatan, mulai dari yang masih ringan hingga yang kelasnya sudah berat seperti yang dilakukan oleh Marcus Durant dan orang-orang sejenisnya yang tergabung dalam organisasi gelap, Mafioso.     

Oliver menoleh ke arah Lucas dan menjawab, "Aku tahu apa yang ada di dalam kepalamu, anak muda." jawabnya, mendengar jawaban itu Lucas terlihat kesal. Dia memang berencana untuk kabur dari sang prosekutor, Oliver Hawkins jika ada kesempatan. Hidupnya yang selama ini bebas, penuh dengan hingar bingar dunia malam mendadak harus berada dalam pengawasan seorang jaksa selama duapuluh empat jam, itu akan membuatnya mati bosan.     

Oliver berniat untuk memberikan kejutan ulang tahun untuk puteranya sebelum akhirnya kembali ke Manhattan. Hubungannya dengan sang isteri belakangan tampak tak begitu harmonis apalagi setelah Oliver memutuskan untuk menjadi jaksa, Sheina harus kehilangan banyak waktu dengan suaminya itu, bahkan untuk hal-hal penting dalam hidup anak-anaknya, Oliver sering sekali absen.     

"Halo." Soerang kepala polisi menghubungi Oliver.     

"Katakan." jawab Oliver cepat.     

"Salah satu anak buahnya tertangkap, anda ingin datang untuk menginterogasinya sekarang Sir?" Tanya sang kepala polisi.     

Oliver menghela nafas dalam, "Aku sedang dalam perjalanan ke Brooklyn, aku akan memutar arah." Jawab Oliver sebelum panggilannya berakhir. Sementara dia mencari jalan untuk memutar arah, mendadak panggilan masuk dari isteirnya.     

"Sheina." Jawab Olvier.     

"Hari ini puteramu berulang tahun, apa kau lupa?" Tanyanya.     

"Ya, aku ingat." Jawab Oliver lagi.     

"Kau ingat tapi kau tak bisa datang, selalu seperti itu." Protes Sheina.     

"Aku dalam perjalanan ke Brooklyn, tapi ada hal penting yang harus kulakukan di Manhattan, aku harus memutar arah."     

Sheina menghela nafas dalam, "Oliver, dengarkan aku." tampaknya emosi Sheina hampir tak bisa dia kendalikan lagi, "Aku ingin kita bercerai." Imbuhnya.     

"Apa yang kau maksud dengan bercerai?" Tanya Oliver lagi.     

"Aku sudah lelah dengan semua ini." jawab Sheina.     

"No way!" Jawab Oliver. "Aku akan datang dan kita akan bicara." Oliver menutup panggilannya. Bagaimana dia bisa melepaskan wanita yang paling dia cintai bagitu saja? Apakah ini hanyalah trik Sheina agar dia datang di acara ulang tahun puteranya?     

Lucas menatap sang jaksa sekilas, "Kehidupanmu tampak rumit Mr. Hawnkins. Sebaiknya lepaskan aku, karena aku yakin seratus persen, aku hanya akan membuat kehidupanmu semakin rumit." Ujarnya.     

"Tutup mulutmu dan jangan banyak bicara." Ujar Oliver. Lucas memilih diam selama mereka berkendara menuju Brooklyn.     

***     

Bahkan setiba di Brooklyn, tempat kediaman keluarga Hawkins berada, Oliver melarang Lucas untuk turun dari mobil.     

"Tetap di mobil, aku akan kembali satu dalam lagi." Ujarnya.     

Lucas mencurigai sang jaksa, entah apa yang coba disembunyikan pria itu darinya. Mengapa dia menjadi akrab dengan ayahnya yang seorang mafia dan apa yang melatar belakangi sang ayah mempercayakan Lucas pada pria itu.     

Karena rasa penasannya, Lucas berjalan ke dalam rumah sang jaksa, tempat mobil itu di parkirkan. Sementara itu Oliver tampak masuk di dua rumah yang berdekatan dengan rumah sang jaksa. Entah apa yang coba dilakukan pria itu.     

Sementara menunggu sang prosekutor, Lucas mencoba mencari tahu siapa pria bernama Oliver Hawkins itu sebenarnya. Sementara di halaman belakang rumah besar itu musik terdengar mengalun, mungkin saja semua orang sedang sibuk berpesta di sana, Lucas mencari jalan masuk dan dia menemukan bahwa pintu samping dimana tempat itu cukup gelap, ternyata tidak terkunci. Lucas menyelinap masuk untuk mencari tahu siapa sebenarnya jaksa yang sedang bersamanya itu. Dan mengapa ayahnya, seorang Marcus Durant yang ditakuti di kalangan mafia bisa tunduk di hadapan Oliver Hawkins.     

Lucas masuk dan melihat ada foto keluarga yang di pajang dalam bingkai kecil-kecil. Seorang wanita muda yang cantik dengan dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Luke bisa membayangkan bahwa wanita itu mungkin seumuran dengan mendiang ibunya.     

Mata Luke terhenti pada foto seorang gadis muda dengan senyum yang menawan, "Puterimu mempesona Mr. Prosekutor." Gumam Luke sembari mengagumi gadis di dalam foto itu.     

***     

Elea tengah menikmati mengobrol bersama dengan teman-temannya saat kekasihnya Michael datang. "Hi." Michael memberikan ciuman pipi pada Elea dan memberikan salam pada Sheina yang berdiri di kejauhan. Sementara itu Elea berniat untuk mengambilkan minuman untuk Michael saat seseorang berlari ke arahnya dan minuman itu tertumpah di bajunya.     

"Sorry." Sesal pemuda yang adaah teman sekolah adiknya.     

"It's ok. Aku akan mengganti pakaianku." Senyum Elea, dia memberikan kode pada Michael bahwa dia harus berganti pakaian dan Michael mengangguk.     

Sementara itu di tempat lain Oliver tengah bercengkrama dengan puteranya yang hari ini sedang berulang tahun, sampai akhirnya menyisakan dia dan isterinya untuk berbicara soal kata "Cerai" yang sempat terucap dari bibir Sheina.     

"Sepertinya kita harus bicara." Ujar Oliver.     

"Ya." jawab Sheina singkat.     

"Kau sadar bahwa kau baru saja mengancamku dengan perceraian demi memintaku datang di acara ulangtahun puteraku sendiri?" Tanya Oliver dengan suara tertahan.     

"No." Geleng Sheina. "Aku sudah memikirkannya dan aku serius untuk apa yang sudah ku katakan."     

"Kita berbicara di tempat yang lebih tenang." Oliver benar-benar hilang akal menghadapi isteirnya itu. Hari-harinya penuh dengan tekanan dan kerumitan, dan kini ditambah dengan kerumitan lainnya, soal rumahtangganya dengan sang isteri. Rasanya dada Oliver hampir meledak.     

Sementara itu Elea masuk kedalam rumah dan saat dia membuka pintu, Luke terkesiap dan langsung berlari ke arah tangga tanpa membuat keributan. Luke yang saat itu gugup memilih bersembunyi di salah satu kamar.     

Dan sialnya kamar itu adalah kamar Elea, Gadis itu masuk ke dalam kamar dan segera melepas kaosnya yang basah oleh minuman kemudian menggantinya dengan kaos yang lainnya.     

Elea sempat curiga karena posisi pintu kamarnya saat dia masuk tidak tertutup rapat.     

"Sepertinya aku menutup pintu sebelum ke halaman belakang tadi." Gumamnya, tapi Elea tampak mengabaikan hal itu. Dia memilih keluar dari kamarnya dan mendengar pertengkaran dari kamar sang ibu. Sheina menghentikan langkahnya dan berdiri di ambang pintu untuk mendengarkan keributan itu dari luar.     

Saat dia menemukan bahwa percakapan antara kedua orang tuanya itu membahas soal perceraian, mendadak Elea jatuh tertuduk dan menangis dalam diam. Dari tempatnya bersembunyi, Luke bisa melihat bahwa gadis itu tengah menangis di kegelapan. Alis Luke berkerut, tapi dia tak bisa melakukan apapun selain menatapnya menangis diam-diam.     

Sampai akhirnya dia menghapus air matanya dan berjalan meninggalkan tempat itu. Luke masih berada di tempatnya bersembunyi, bahkan sampai Oliver dan Sheina keluar dari ruangan itu setelah mereka sepakat untuk berpisah.     

Luke diam-diam meninggalkan tempat persembunyiannya untuk keluar, tak ada yang dia cari di tempat itu, bahkan foto Oliver saja tak di pajang di rumah itu. Luke baru saja sampai di ambang pintu saat Michael membuka pintu, dia mencari keberadaan Elea. Dan saat memergoki Luke, pria tak dikenalnya, respon spontan Michael membuatnya berteriak dan menghajar Luke. Tak terima di pukul, Lucas pun melemparkan bogem mentah berkali-kali bahkan hingga hidung Michael berdarah. Mendengar suara keributan semua orang berlari ke arah sana dan mendapati Michael dan Luke tengah berduel.     

Oliver Hawkins yang marah segera menghentikan perkelahian itu dan menyeret Lucas kembali ke mobil setelah menjelaskan singkat bahwa Luke bersamanya.     

"Dia bersamaku, dia bukan pencuri, dan aku akan segera kembali ke Manhattan dengan pria ini."     

"Dad . . ." Sang putera merengek tak ingin ditinggalkan secepat itu. "Mengapa pergi begitu cepat?"     

"Daddy akan kembali secepatnya." Oliver meninggalkan tempat itu, menyisakan kekacauan di pesta ulang tahun puteranya sendiri dan dengan marah dia menyeret Lucas masuk ke mobil dan membawa anak muda brandalan itu kembali ke Manhattan.     

"Sudah ku katakan, tetap di mobil!" Bentak Oliver.     

"Aku hanya mencari minum." Bohong Luke.     

"Shit!" Umat Oliver dengan kesal, dia menyalakan mesin mobil dan memutar kemudi juga menekan pedal gas dengan kakinya cukup dalam hingga mobilnya melesat meninggalkan Brooklyn. Kekacauan tak hanya terjadi di pesta puteranya, hati Sheina juga menjadi kacau balau, dan tak hanya itu, Eleapun demikian. Setelah pesta berakhir dengan kekacauan, semua tamu pulang. Sheina duduk terdiam di kamarnya demikian juga Elea yang kebingungan dengan perasaannya yang berkecamuk setelah mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.