THE RICHMAN

The Richman - Another Woman



The Richman - Another Woman

0Oliver sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa beberapa berkas terkait satu kasus penembakan seorang ibu rumahtangga di kawasan South Williamsburg.     

"Mr. Hawkins." Sorang wanita bernama Louisa melongkok ke ruang kerja Oliver. Pria itu menutup berkas di tangannya dan menoleh ke arah datangnya suara. Louisa adalah sekretaris barunya, yang baru dipekerjakan beberapa hari oleh Oliver karena Susan, sekretaris lamanya mendadak mengundurkan diri setelah kehamilannya yang cukup berat. Dia bahkan butuh bedrest karena beberapa kali mengalami pendarahan dan Oliver tak punya banyak opsi, dia butuh sekretaris segera. Louisa adalah sekretaris yang cakap, tapi penampilannya memang mencolok dibandingkan mantan sekretarisnya.     

"Masuk." Oliver berbicara tanpa menatap wanita itu, tapi Louisa melenggok-lenggok dengan rok pensil super pendeknya masuk ke ruangan bosnya itu.     

"Kau butuh istirahat." Louisa berdiri di belakang kursi Oliver dan memijit pundak pria itu. Sekilas Oliver menutup matanya, tapi kemudian dia teringat Lis, wanita itu sering melakukan hal yang sama jika dia terlihat kelelahan di ruang kerjanya.     

"Hentikan Lou . . . kau tidak perlu melakukan semua ini." Oliver menarik dirinya, tersenyum sekilas pada Louisa dan janda beranak satu itu akhirnya mundur. Oliver Hawkins bukan pria yang mudah tergoda meski dia sering mengenakan pakaian yang cukup terbuka di hadapan pria itu.     

"Aku masih akan ada di meja kerjaku jika kau membutuhkanku." Rayunya lagi.     

"Terimakasih, tapi kau bisa pulang sekarang." Tolak Oliver. Godaan memang terkadang datang tak tahu waktu. Tapi Oliver bukan pria yang mudah tergoda, dia sudah menghadapi berbagai bagian yang tragis dalam upayanya mendapatkan Sheina Anthony, tentu saja dia tidak akan bertindak bodoh yang akan membuat Shiena lari lagi darinya. Lagipula Louisa bukan typenya sama sekali. Dada besar, bibir sensual, bokong penuh dan senang menggoda. Oliver tak suka wanita yang agresif, dia justru tertarik pada gadis dengan postur tubuh sebaliknya. Dan selain cantik secara fisik, dia suka gadis yang cerdas dan sulit ditakhlukan.     

"Ok, hati-hati." Oliver tersenyum sekilas sebelum Louisa meninggalkannya sendiri di dalam ruangan itu.     

Oliver melihat ke arah ponselnya, harusnya hari ini dia ada janji untuk makan malam dengan Sheina, tapi tampaknya Clark tidak semuah itu melepaskannya. Dia memberikan pekerjaan ekstra bagi Sheina untuk mengalih tugaskan semua kasusnya pada pengacara lainnya sebelum dia meninggalkan kantor Clark. Dan untuk semua itu, harga yang harus dibayar adalah pembatalan janji makan malam dnegan Oliver Hawkins. Tapi Hawkins tahu betul bahwa kesabarannya tidak akan sia-sia. Dia akan mendapatkan Sheina Anthony seutuhnya setelah ini.     

Oliver menyalakan remote televisi di ruangan kerjanya, setidaknya dia menunggu kemacetan berkurang sebelum meninggalkan kantornya.     

"Sengketa perceraian seorang pengusaha kaya bernama Jordan Miller dengan isteri misteriusnya." Judul berita itu dibaca dengan hati-hati oleh Oliver, dan saat wanita yang berpakaian jas putih, kacamata hitam dan masker terlihat berusaha menghindar dari kerumunan wartawan yang berusaha mengorek informasi darinya.     

Oliver memperhatikan perempuan itu dengan saksama, dia bahkan sempat mempause gambar yang menampilkan wajah wanita itu, kemudian menekan tombol zoom. Oliver menatap wajah wanita itu meski tak banyak yang bisa dia lihat, tapi dia mengenali tanda di tangan sang wanita yang tengah menyibakkan rambut ke belakang telinganya. Oliver mematikan televisi itu, karena entah mengapa, melihat wajah Andrea meski tidak terlalu jelas di layar televisi membuat hatinya bergetar. Rahangnya sekilas mengeras, "It's been so long time Andrea." Desis Oliver untuk dirinya sendiri.     

Rahang Oliver sempat mengeras sekilas, dia melihat wanita yang dulu pernah dikenalnya itu. Dia sempat menghilang untuk beberapa waktu, cukup lama dan sekarang dia muncul dengan berita menghebohkan. Jordan Miller adalah salah satu pengusaha kaya yang terkenal di New York. Dia juga kolektor barang-barang antic, tapi beberapa orang menduga bahwa Jordan memperdagangkan barang-barang itu di pasar gelap. Dia juga mungkin terlibat di jaringan mafia atau sebagainya. Yang membuat Oliver heran adalah Andrea yang setelah hilang puluhan tahun, muncul dengan berita mencengangkan seperti itu.     

Tapi toh, dia hanya bagian masalalu, Oliver tampak tak ambil pusing soal berita itu. Dia memilih tetap fokus pada masa depannya, Sheina Anthony. Pria itu mengemasi barangnya dan bergegas keluar dari ruangannya. Dia menuruni lobi dan meninggalkan kantornya. Karena acara makana malam dibatalkan, maka Oliver bisa datang ke apartment Shiena untuk memberinya hiburan setelah hari yang berat di kantor Clark.     

Oliver kelur dari lift dan berniat untuk melintasi lobi. Mendadak suara seseorang menghentikan langkahnya.     

"Mr. Hawkins." Ujar seorang wanita. Oliver menoleh dan sekuriti yang berjaga terlihat menyesal, "Maaf Sir, saya sudah menjelaskan bahwa kita sudah tutup tapi wanita ini tak mau mendengar." Ujarnya.     

Oliver mendekati wanita berkacamata hitam itu dan juga kerudung yang dia gunakan untuk menutup kepalanya.     

"Kami akan buka besok pagi pukul sembilan, silahkan membuat janji dan datang lagi besok." Ujar Oliver dengan nada yang lebih mengenakkan di telinga dibandingkan sekuriti yang berjaga malam itu.     

"Ok." Wanita itu berjalan meninggalkan Oliver, tapi dari caranya bicara itu mengingatkan Oliver pada wanita yang beberapa menit lalu dia tonton di televisi. Rahang Oliver mengeras sekilas. Setelah dia melupakan wanita itu selama bertahun-tahun, mengapa dia muncul lagi sekarang?     

Oliver mendengus, dia meninggalkan kantornya itu dan berjalan menuju mobilnya. Dalam perjalanannya menuju apartment Sheina, dia sempat membelikan buket bunga untuk kekasihnya itu.     

***     

Tok Tok     

Oliver berdiri di ambang pintu dan tak berapa lama Sheina membuka pintu, di masih mengenakan rok pensil juga kemeja putihnya dengan aksen renda di bagian kerah lehernya.     

"Hi." Sapanya dengan wajah lelah.     

"Kau terlihat begitu mengerikan." Gumam Oliver dengan senyuman sembari menyodorkan buket bunga mawar untuk Sheina.     

"Clark sialan itu membuatku kesal hari ini." Sheina mengambil buket bunga itu dan menciumnya, "Thanks, setidaknya kau membuat penutup hariku lebih baik." Sehina tersenyum sekilas sebelum Oliver mendarakan kecupan di bibirnya.     

"Akan ku hangatkan makanan di microwive." Ujar Sheina.     

"Ada makanan apa?" Tanya Olvier.     

"Daging tadi pagi." Ujar Sheina.     

"Aku memesan pizza, sebentar lagi akan datang." Jawab Oliver.     

"Ok, kita tunggu saja kalau begitu." Sheina melemparkan dirinya ke sofa, tempat Oliver sudah duduk lebih dulu. Wanita itu bergulung di pelukan Oliver.     

"Thank you." Ujar Sheina.     

"My pleasure." jawab Oliver.     

"Bagiamana harimu?" Tanya Sheina lagi.     

"Baik-baik saja, hanya sebelum aku pulang ada seorang wanita yang ngotot ingin bertemu. Tapi aku memintanya datang besok." Jujur Oliver, meski dia tak langsung mengungkapkan identitas wanita itu, tapi setidaknya Oliver tak berusaha untuk membohongi Shiena tentang apa yang terjadi padanya hari ini.     

"Kau tak mengenalnya?" Alis Sheina bertaut.     

"Dia memakai kacamata hitam dan penutup kepala, agak sulit mengenalinya. Lagipula aku buru-buru jadi aku tak bertanya banyak." Jawab Oliver. "Apa Clark mempersulitmu?" Tanya Oliver balik dan Sheina mengangguk.     

"Sangat." Jawabnya. "Aku sudah mengajukan surat pengunduran diriku tiga hari yang lalu dan baru hari ini dia mengajakku bicara." Jawab Shiena. Dia memintaku bekerja seminggu lagi untuk memindah tugaskan beberapa kasus yang ku tangani. Dan sayagnya salah satu klien perceraian yang menuntut hak asuh anak memintaku tetap menjadi pengacaranya." Jujur Sheina.     

"Tidak masalah, kau bisa menyelesaikan kasus itu lebih dulu." Ujar Oliver.     

"Perebutan hak asuh anak memakan waktu lama dan sidang yang panjang." jawab Shiena.     

"Apa alasan Clark tidak bisa meyakinkan kliennya bahwa pengacara lain bisa menggantikanmu?" Tanya Oliver.     

"Wanita itu membayar mahal, dan Clark tidak ingin kehilangan klien platinumnya." Ujar Sheina, itu membuat Oliver tertawa.     

"Kau tahu, Clark tahu bahwa kau adalah berlian. Dan berlian dijual dengan harga mahal, itu sudah wajar." Ungkapnya.     

"Aku bukan komoditas." jawab Sheina kesal.     

"Kita penjual jasa sayang, jasa yang kita perjual belikan. Dan kau sangat cemerlang di bidangmu." Ujar Oliver.     

"Jadi kau juga menjadikanku berlianmu?" Alis Sheina berkerut.     

"Aku bisa mendapatkan pasangan sekaligus partner kerja sebaik dirimu, tidak akan pernah kulepaskan kesempatan semacam itu." Jawab Oliver dan itu membuat Sheina mencubit perutnya hingga dia terkekeh minta ampun.     

Tok Tok.     

Pengantar pizza datang, dan Oliver mengambil pesanannya. Mereka menyantap pizza medium itu bersama.     

"Maaf, seharusnya kita makan malam di restoran yang kau pesan." Sesal Sheina.     

"Tak peduli makan apa dan dimana, asal bersamamu." Jawab Oliver.     

"Kau mulai menggombal Mr. Hawkins."     

Oliver tersenyum, "Aku sungguh-sungguh." jawabnya sembari menatap Sheina dalam. "Aku tidak ingin pulang malam ini, bolehkah?" Tanyanya ragu. Sehina mengigit bibirnya sekilas, "No." Geleng Sheina.     

"Please." Rayu Oliver.     

"No." Geleng Seina sekali lagi.     

"Aku sudah terlalu lelah untuk menyetir pulang." Oliver menatap Sehian dan gadis itu akhirnya menyerah, setelah memutar matanya dan berkata, "OK"     

"Good." jawab Oliver.     

"Kita hanya akan tidur, no seks." Tegas Sheina.     

"Sure." Jawab Oliver. Dia benar-benar harus sangat perlahan mendekati Sheina Anthony, gerakan yang terlalu terburu-buru hanya akan membuat gadis itu pergi darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.