THE RICHMAN

The Richman - Moving to the New Place



The Richman - Moving to the New Place

0Geroge tampak gelisah sejak semalam, bagaimana tidak, hari ini adalah hari terakhir dia bisa bertemu dengan Ella, meskipun judulnya adalah magang selama liburan musim panas, ternyata Robert meminta Ella untuk pindah saat ini juga, itu berarti selama enam bulan kedepan Ella akan tinggal di istana, tiga bulan sebelum liburan musim panas dan tiga bulan sisanya selama musin panas.     

Setelah semalam perayaan keberhasilan interviewnya gagal total karena George tak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan isi hatinya sementara Ella menokanya terang-terangan, maka hari ini George tak enak hati untuk datang pada Ella dan memintanya memikirkan ulang keputusannya.     

Sementara itu di dalam unit apartmentnya Ella yang memang tak punya banyak barang sudah mengemas kopernya, satu berisi pakaian dan dua kardus berisi buku-buku miliknya. Saat ini dia duduk memengangi ponselnya dan membuka halaman pesan, sudah tertulis nama George dan terpampang riwayat perpesanan diantara mereka. Bagaimanapun jika tanpa dukungan dari George, hari ini tidak akan pernah terjadi dalam hidup Ella dan dia benar-benar berhutang terimakasih dan juga permintaan maaf. Apalagi setelah semalam pria muda itu berusaha mengungkapkan perasaannya, dan Ella menolaknya, situasi menjadi sangat dingin diantara mereka hingga akhirnya George memilih untuk pulang.     

Ella masih mempertimbangkan untuk mengirim pesan berisi ucapan terimakasih dan juga permintaan maaf namun tiba-tiba terdengar suara bel. Dia bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah pintu. Tampaknya supir dan pengawal yang di kirim oleh Robert sudah datang.     

"Hi." Ella membuka pintu dan mereka berdua mengangguk sopan.     

"Anda sudah siap nona?" Tanya Marcus sang pengawal.     

"Ya. Tentu." Ella mengangguk dan membuka pintu untuk dua pria itu. Mereka masuk dan membawa barang bawaan Ella hingga gadis itu tak membawa apapun selain rangsel kecil tempatnya meletakkan laptop dan dompetnya.     

Ella sempat memandangi bagian dalam apartmentnya untuk beberapa saat dan menghirup nafas dalam, seolah berat meninggalkan tempat itu karena meskipun baru beberapa bulan, tapi rasanya sudah begitu banyak kenangan yang terjadi di tempat itu.     

Ella menutup pintunya dan mengetuk pintu apartment George untuk mengembalikan kunci pintu apartment yang di sewanya.     

"Hi." Ella menyapa saat George muncul dari balik pintu.     

"Hi." Jawab George.     

"Thanks untuk kebaikanmu. Aku tahu apartment itu milikmu George." Ella tersenyum sekilas dan itu menjadi tamparan keras bagi George. Tak hanya Robert yang menyembunyikan sesuatu darinya, bahkan George juga melakukan hal yang sama.     

George terdiam, tidak banyak yang bisa dia lakukan. Ella berlalu meninggalkannya tanpa dia bisa berbuat apapun. George masuk kembali ke dalam apartmentnya sementara Ella masuk kedalam mobil dan duduk diam di sana. Perasaannya berkecamuk tak menentu, dalam benaknya semua tercampur aduk dan membuatnya menjadi sangat bingung. Di hatinya ada George dan juga Robert, mereka berada di posisi yang sama di dalam hati Ella tanpa bisa memilih. Bedanya hanyalah Ella menyayangi George sebagai temannya sementara Robert, pria itu berdiri di posisi yang sulit di jelaskan. Ingin di miliki tapi tak mungkin, satu hal yang pasti, Ella mencintainya.     

***     

Begitu tiba di istana Ella langsung di sambut oleh salah satu pegawai istana yang paling senior. Dia yang mengatur tentang semua hal yang ada di sitana meskipun masing-masing pegawai memiliki tugas mereka masing-masing. Tapi yang tidak boleh dilupakan di sana adalah soal sopan santun. Dan begitu mendapatkan ruangan sebagai kamarnya, Ella langsung mendapatkan penjelasan tentang semua peraturan yang ada. Mulai dari memberi hormat, cara memanggil orang-orang di istana dengan panggilan kehormatan masing-masing juga perkenalan seluruh keluarga istana meskipun sejujurnya tidak banyak orang yang termasuk keluarga inti di istana.     

Raja Peter, Ratu Elisabeth dan putera sulung mereka Prince Robert, sementara puteri bungsu mereka Princess Elleonore.     

"Kau mengerti?"     

"Ya." Angguk Ella.     

"Kau diminta untuk menemui Prince Robert di ruangannya."     

"Ya." Angguk Ella. Gadis itu bergegas menemui Prince Robert, meski dia masih sedikit bingung dengan jalan menuju ruang kerja prince robert karena istana ini begitu besar dan begitu banyak ruangan di sana.     

Tok Tok     

Ella mengetuk pintu, sejurus kemudian terdengar jawaban dari dalam ruangan. "Come in." dan itu jelas suara Prince Robert.     

"Your highness." Ella memberihormat saat masuk ke dalam ruangan prince Robert.     

"Wow, kau belajar dengan cepat." Puji Prince Robert.     

"Thankyou your highness."     

"Have a seat please." Robert meminta Ella untuk duduk dan gadis itu duduk di hadapannya.     

"Begini Mss. Emanuella Dimitry, sebelumnya aku ingin menjelaskan mengapa aku sangat membutuhkanmu di tempat ini." Robert memulai kalimatnya.     

"Selama ini aku sibuk berada di pusat pelatihan angkatan udara, pergi ke camp pengungsian, ditugaskan untuk misi-misi kemanusiaan dan saat aku kembali aku seperti tersesat." Ujar Robert, sementara gadis itu tampak memperhatikan dengan saksama. Tak hanya terlihat berwibawa, ketampanan dan semua tentang Robert Owen jelas mematikan lawan bicaranya, apalagi perempuan.     

"Ternyata belakangan ini senjata yang paling ampuh untuk menyerang musuh bukan lagi rudal atau nuklir, ada yang jauh lebih mematikan." Robert menatap Ella dalam-dalam memastikan bahwa lawan bicaranya itu paham dengan apa yang dia katakan.     

"Dan itu adalah sosial media." Ujar Robert.     

"Yes your highness."     

"Aku ingin meminta pendapatmu, seberapa penting seseorang memiliki sosial media saat ini?"     

Ella menghela nafs tipis, "Sebenarnya tergantung dengan seberapa besar pengaruh orang itu. Jika seperti anda Your highness, anda adalah pangeran dari seluruh Britania Raya dan sangat penting bagi rakyat untuk tahu apa saja kegiatan anda yang positif sehingga itu akan memberikan inspirasi pada rakyat anda dan membuat mereka bisa menilai anda your highness dari konten sosial media anda. Selain untuk menyapa masyarakat, mungkin sosial media penting untuk membangun citra seseorang akhir-akhir ini."     

"Ok. Aku setuju denganmu." Jawab Robert. "Jadi sebaiknya sosial media apa saja yang haru kumiliki untuk saat ini?"     

"Anda bisa memulai dengan Instagram, tweeter, dan facebook. Setelah itu mungkin youtube."     

"Mengapa kau memilih empat jenis itu?"     

"Pertama karena penggunannya, dan kebanyakan dari pengguna ke empat sosial media adalah anak muda. Anda adalah trend center bagi anak muda kekinian, anda bisa tampil trendi dan tidak terlalu kaku, selain itu anda juga bisa datang ke acara-acara yang sedikit kurang formal untuk bisa membaur dengan masyarakat, itu akan lebih baik."     

"Maksudmu seperti kunjungan ke kota-kota kecil?"     

"Ya. Tentu saja dengan misi, jadi kunjungan anda akan diabadikan dalam bentuk postingan yang tak hanya warga Inggris tapi juga seluruh dunia akan melihatnya. Yang ingin anda suarakan adalah hal yang positif dan insiratif, maka mulai dari hal yang paling kecil, your highness."     

"Ok." Robert tampak terpesona dengan kecerdasan dan kepercayaan diri yang dimiliki gadis yang duduk di hadapannya itu. "Aku akan memberikan jadwalku selama setahun kedepan dan kau bisa menyisipkan beberapa hari di sela-sela jadwal kosong untuk kegiatan-kegiatan yang kau katakan tadi. " Ujar Robert. Dia juga mengambil sesuatu dari dalam lacinya.     

"Ini peralatan kerjamu." Sebuah laptop baru yang masih berada di dalam kardusnya, ponsel baru dengan teknologi yang lebih canggih, juga sebuah flashdisk. "Semua dokumentasi kegiatanku selama sebulan terakhir ada di situ. Terserah padamu, apakah kau akan memulai dengan kegiatan yang akan datang, atau kau akan mulai dengan beberapa kegiatan yang sebelumnya. Kau bisa bertanya padaku tentang kejadian saat foto itu diambil jika kau butuh untuk membuat narasi fotonya. Aku akan dengan senang hati menceritakan kejadian di setiap foto yang ada di flashdisk itu padamu. " Robert menyodorkan semua itu dan Ella tampak begitu terkejut dengan semua fasilitas yang diberikan padanya.     

"Aku berharap kau senang bekerjasama denganku."     

"Ini sebuah kehormatan bagi saya, your highness."     

"Ok, kau bisa mulai bekerja sekarang. Mungkin kau bisa bekerja di perpustakaan. Aku tahu kau suka buku." Robert menunjukkan arah ke perpustakaan yang tampaknya hanya bersebelahan dengan ruang kerja Robert.     

"Terimakasih banyak yourhighness." Angguk Ella.     

"Kau tahu jam kerjamu, bekerjalah sesuai jam kerja saja dan sisakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahmu."     

"Terimakasih your highness." Jawab Ella.     

"Jika kau ada jadwal kuliah, kau bisa pergi ke kampus dan mengerjakan tugasmu dari kampus."     

"Terimakasih your highness."     

"Ini diluar catatan, jika hanya ada kita, kau bisa memanggilku Robert atau sir. tidak perlu menyebutku your highness."     

"Baik your . . ." Ella menautkan bibirnya, "Sir." Dia segera mengkoreksi dan itu membuat seulas senyum mengembang di bibir Robert.     

"Kau bisa mulai bekerja." Robert mempersilahkan Ella keluar dari ruangannya dan gadis itu dengan begitu bersemangat pamit undur diri dan segera menuju ruang kerjanya di perpustakaan.     

Isatana ini begitu luas dan penghuninya tidka banyak, jadi terlihat sangat sepi. Beigtu masuk ke ruang perpustakaan Ella terpesona dengan rak-rak buku tinggi yang di tata sedemikian apik juga sebuah kursi di sudut ruangan lengkap dengan mejanya.     

Ella menyapu seluruh ruangan dengan tatapan terpesona, dia juga menyentuh meja itu dan mengitarinya sebelum akhirnya duduk dan meletakkan semua barang yang dia bawa.     

Gadis itu tersenyum untuk dirinya sendiri saat mengetahui untuk enam bulan kedepan dia akan memiliki ruangan kerja, sebuah tempat kerja yang bahkan tak pernah terbayang olehnya. Ruang kerja di dalam istana yang juga dihuni oleh Royal Family.     

Gadis itu duduk dan mulai sibuk dengan barang-barang yang dibawanya. Hal pertama yang dia lakukan adalah membuka benda-benda elektronik mahal dan canggih itu dari dalam kardusnya. Satu persatu Ella mulai menyalakannya dimulai dari laptop kemudian telepon pintar. Dia menseting password baru untuk laptop juga ponselnya. Setelah semua itu dia mulai dengan melihat foto-foto milik prince Robert yang tersimpan di flashdisk.     

Foto yang sangat menyentuh hati Ella saat pertama kali dia buka adalah foto dimana Robert memangku seorang anak kecil dengan rambut keriting dan sangat kurus. Tapi gadis kecil itu tertawa saat Robert mengajaknya berfoto, terlihat sangat natural dan juga. Ella menyalin foto itu ke dalam ponsel dan memilih foto lainnya lagi, setelah lima foto dia akan mengirimkan foto-foto itu pada Robert dan meminta untuk di ceritakan.     

Ternyata memandangi setiap foto tentang Robert membuat Ella terhanyut dan melupakan waktu, tak terasa dia sudah menghabiskan berjam-jam. Ella tampaknya melupakan makan siangnya dan bahkan sekarang sudah tiba waktu makan malam.     

Tok Tok.     

Ella terkesiap dan segera bangkit berdiri untuk melihat siapa yang datang.     

"Hei . . ." Robert masuk ke dalam ruangan sebelum Ella meninggalka mejanya.     

"Kau melewatkan makan siangmu." Robert berjalan ke arah meja Ella. "Dan sekarang waktunya makan malam." Imbuhnya.     

"Ya." Ella tersenyum malu.     

"Apa yang kau dapat?" Tanya Robert.     

Ella menghela nafas dalam, "Semua yang ada di flashdisk ini sangat menarik untuk diposting di sosial media, semuanya menarik, tapi aku perlu tahu cerita di balik foto-foto ini untuk membuat ketarangan menarik dari setiap fotonya."     

"Aku punya sepanjang akhir pekan untuk menceritakan semuanya." Ujar Robert.     

"Sekarang tutup laptopmu dan nikmati makan malam." Robert tersenyum sebelum keluar dari ruangan Ella. Gadis itu merapikan semua pekerjaannya dengna dada berdebar-depar gugup setelah kunjungan mendadak sang pangeran ke ruang kerjanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.