THE RICHMAN

The Richman - Bibury Part II



The Richman - Bibury Part II

0Ella dan Robert dan juga Marcus menghabiskan sepanjang malam di Bibury. Marcus memilih untuk berada di kamarnya, sementara Ella dan Robert berada di depan perapian sepanjang malam. Setelah kejadian sentimental itu mengguncang baik Robert maupun Ella hingga masing-masing dari mereka mengakui perasaannya, kini Ella dan Robert berbaring bersebelahan di perapian.     

Percikan-percikan api membuat suasana di dalam ruangan dengan lampu remang itu terasa semakin hangat. Robert dan Ella bahkan hanya berbaring di karpet bulu tebal karena kasur mereka berada di kamar masing-masing tapi Robert memilih untuk bermalam di depan perapian.     

"Kau kedinginan?" Robert membungkus tubuh Ella Dengan Selimut dan gadis itu tersenyum sekilas. "Thanks."     

Robert menatap Ella, "Mengapa ini memakan waktu terlalu lama bagimu untuk mengakui perasaanmu?" Tanya Robert.     

Ella tertunduk sekilas. "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakanya." Ujar Ella lirih.     

"Kau bahkan membiarkanku terluka dengan penolakanmu yang tak hanya sekali itu." Protes Robert.     

"Maafkan aku your highness, tidak seharusnya aku melakukannya."     

"Entah hukuman apa yang tepat bagimu." Robert tersenyum sekilas."Thank you karena pada akhirnya kau mengatakan semuanya dengan jujur." Ujar Robert.     

Wajah Ella bersemu merah, "Aku malu." Ujarnya lirih.     

"Mengapa harus malu." Robert meraih wajah Ella dan membuat gadis muda itu menatapnya.     

"Look at me, aku gadis biasa dan anda adalah seorang pangeran, your highness. Betapa lancangnya aku." Sesal Ella dan itu membuat Robert tersenyum lebar.     

"Kau tahu, itu yang membuatku menyukaimu. Kau selalu membuatku jatuh cinta padamu karena keluguanmu. You are so real Emanuella Dimitry." Robert menatap gadis itu dalam-dalam.     

"Sudah puluhtan tahun aku hidup di istana itu, dan kau tahu semua orang sibuk menggunakan topeng mereka masing-masing untuk terlihat elegan, terliahat menawan, terlihat bijaksana, terlihat terhormat, bahkan terlihat bisa di percaya, tapi kau, dengan begitu polos menampilkan wajah aslimu sementara yang lain memilih topeng terbaik mereka untuk mempesonaku." Ujar Robert. "Aku merasa benar-benar hidup saat berada di dekatmu Emanuella. Lelucon yang sebenarnya tak lagi lucu bagiku, tapi saat kau yang mengatakannya itu membuatku tertawa." Ujarnya.     

"Terkadang ekspresimu saat kau sedang sibuk di ruangan kerjamu." Ujar Robert.     

"Bagaimana anda bisa melihatku di ruang kerjaku?"     

Robert tersenyum, "Banyak kamera yang ku pasang untuk mengawai staffku." Ujar Robert.     

"Anda memata-mataiku?" Protes Ella.     

"Ya untuk sebagian besar waktumu yang kau habiskan untuk menatap fotoku, aku melakukannya." Jujur Robert dan seketika wajah Ella bersemu merah.     

"Anda begitu kejam." Protes Ella. "Apa saja yang anda lihat?" Tanya Ella lirih.     

"Semua, termasuk saat kau mengomel hari itu." Ujar Robert.     

"Mengomel?" Ella tampak tak mengingat moment yang di maksudkan Robert.     

"Saat aku memaksamu melihatku mencium Clara." Robert membantu memberikan clue.     

"Oh, anda memang benar-benar menikmati ciuman itu." Tuduh Ella dengan nada cemburu.     

"Aku hanya berusaha membuatmu cemburu." Sangkal Robert. "Dan aku berhasil." Imbuhnya,     

"Anda juga memasang cctv di kamarku?" Tanya Ella.     

"Kau berpikir aku serendah itu?" Protes Robert. "Kamarmu adalah privasimu, tapi ruang kerjamu adalah bagian dari ruang kerja stafku, kau bekerja di bawah tanggungjawabku, aku harus tahu etos kerjamu, setidaknya itu cukup jadi alasan yang logis mengapa aku memasang kamera pengintai di ruanganmu."     

"Anda mendengar semua percakapanku dengan Queen?"     

"Ya." Angguk Robert.     

"Jadi yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Ella. "Setelah semuanya ini." Imbuhnya lirih.     

Robert menghela nafas, dia meraih tangan Ella dan mengecupnya, "Aku akan bicara pada Ratu."     

Ella memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Robert, dengan mata nanarnya dia bertanya, "Hukuman apa yang akan diberikan padaku setelah anda mengungkapkan kebenarannya, your highness?" Tanya Ella polos.     

"Jika kau hidup di jaman raja Henry, mungkin kau akan di hukum mati karena sudah menggoda pangeran." Seloroh Robert dan itu membuat Ella mengerucutkan bibirnya protes, dan George terkekeh, dia menarik Ella dalam pelukannya. Tapi gadis itu tampak menolak.     

"Bagaimana jika Marcus melihatnya?" Tanya Ella.     

Robert tersenyum sekilas, "Marcus di design untuk melihat tapi tidak untuk bicara." Ujarnya.     

"Dia juga manusia." Protes Ella.     

"Dia adalah orang paling loyal di seantero UK, jangan khawatir soal Marcus. Lagi pula aku sudah mengunci pintunya." Ujarnya dengan senyuman sebagai penutup kalimat dan seketika mata Ella membulat. Robert jelas memiliki alasan khusus mengapa dia mengunci pintu sementara hanya ada mereka berdua di dalam ruangan itu.     

"Your highness, mengapa anda mengunci pintu itu?" Tanya Ella lirih.     

Robert tersenyum sekilas, dia memutar tubuhnya hingga terlengtang dan membaringkan kepalanya di satu lengan yang terlipat.     

"Agar kita bisa tidur nyenyak malam ini Ella." Jawab Robert.     

"Ok." Ella memutar tubuhnya memunggungi Robert, "Good night your highness." Bisiknya lirih. Meski demikian, sudah barang tentu dia tidak akan bisa tidur semudah itu saat di sampingnya berbaring Prince Robert Owen, pangeran dari Royal Family. Seorang pria yang tak pernah terbayang dalam benak gadis biasa seperti Emanuella Dimitry.     

Selama kurang lebih setengah jam mereka berbaring tanpa suara, meski masing-masing belum juga bisa memejamkan mata. Ella sibuk mendengar debaran jantungnya yang terasa begitu keras menghentak-hentak seluruh dirinya sementara Robert sibuk memadamkan gairahnya. Bagaimana tidak, selama ini Emanuella Dimitry adalah gadis yang membuatnya begitu frustasi, dan saat ini mereka berbaring di ruangan tertutup yang hangat, di sebuah desa yang letaknya jauh dari Istana dan hanya ada mereka berdua aja. Jelas begitu sulit bagi Robert untuk memandamkan hasratnya malam ini dan hanya berbaring sepanjang malam tanpa berbuat apapun.     

"Kau sudah tidur?" Tanya Robert.     

"E'hem." Jawab Ella.     

"Kau masih bisa menjawabku." Robert memutar tubuhnya.     

"Dalam tidurku, your highness." Jawab Ella lirih.     

Robert beringsut dan itu membuat jantung Ella semakin keras menghentak-hentak kerongkongannya. "Your highness . . ." Ella berbalik dan menjadi sangat defensif.     

"What?" Robert tersenyum bingung, pria itu hanya memutar posisiya dari terlentang menjadi miring memunggungi Ella.     

"Sorry . . ." Ella kembali berbaring, dalam bayangannya Robert beringsut mendekatinya padahal Ella hanya mendengar suara dan tidak melihatnya langsung tapi dia sudah sangat ketakutan.     

Robert menautkan alisnya menatap Ella, "Is that your first time, berada di ruangan tertutup bersama seorang pria?" Tanya Robert.     

"Ya." Angguk Ella dengan jawaban lirih.     

Robert menghela nafas dalam, dia tampak membasahi kerongkonannya, "Jadi kau, . . ." Robert benar-benar tak sampai hati menanyakan apakah gadis di sampingnya itu belum pernah tersentuh oleh pria manapun.     

Ella memeluk tubuhnya, memunggungi Robert, dan dia memilih diam tak menjawab.     

"Kau tidak berkencan dengan pria manapun sebelumnya?" Tanya Robert, dan pria itu hanya menangkap gesture berupa gelengan tanpa jawaban.     

"Emanuella Dimitry." Robert menghela nafas dalam sesaat setelah mengeja nama wanita di sampingnya. "Kemana saja kau?" Batin Robert. Dia semakin penasaran dengan gadis itu, mengapa dia bisa begitu lugu dan polos, dan mengapa mereka baru bertemu sekarang.     

"Kau pernah berciuman dengan seseorang?" Tanya Robert berikutnya, memecah keheningan.     

"Apakah pertanyaan itu sungguh harus anda tanyakan, Your Highness?"     

"Aku ingin tahu." Jawab Robert.     

Ella terdiam beberapa saat, kemudian menjawab lirih, "You stole my first kiss." Kali ini robert benar-benar beringsut mendekat, dia bahkan mednekatkan wajahnya ke sisi wajah Ella dan membuat gadis itu membatu.     

"Kemana saja kau selama ini?" Bisik Robert.     

Ella tersenyum, meski jantungnya masih menghentak-hentak kencang, " Saat anda remaja mungkin aku baru saja di lahirkan di salah satu rumahsakit di Amerika." Jawabnya dan itu membuat Robert tersenyum, Ella bisa merasakan rambut halus di wajah Robert yang menyentuh wajahnya dengan lembut.     

"Dan saat aku berumur dua puluh tahun?" Tanya Robert lagi.     

"Aku sedang belajar membaca dan memakan makananku sendiri." Ujar Ella.     

"Mengapa aku setua itu?" Robert dengan perlahan melilitkan lengannya di pinggang Ella dan membuat gadis itu kembali membeku. Seperti seekor kura-kura yang di sentuh, dia akan bersembunyi di balik cangkangnya.     

"Aku tidak akan menyentuhmu jika kau tak menginginkannya." Bisik Robert.     

"Anda menginginkannya your highness?" Tanya Ella.     

"Sangat." Bisik Robert. "Tapi tidak malam ini." Imbuhnya cepat.     

Ella mengigit bibinya. "Why?" Tanyanya.     

"Aku akan bicara pada Queen lebih dulu sebelum menyentuhmu." Ujar Robert. "Setidaknya itu akan lebih adil bagimu." Ujarnya.     

"Bagaimana jika aku benar-benar di jatuhi hukuman mati karena telah menggoda pangeran?" Bisik Ella dan itu membuat Robert tersenyum.     

"Mungkin aku akan menikahi Clara setelah kau di eksekusi." Candanya.     

Ella memutar tubuhnya dan menunjukkan ekspresi marahnya, dan itu justru membuat Robert semakin gemas dengan gadis manis nan lugu di hadapannya itu. "Mengapa kau begitu mempesonaku Mss. Dimitry."     

"Aku dilahirkan dengan pesona itu, bisa apa aku?" Senyum Ella lebih percaya diri.     

Robert menghela nafas, "Aku akan membiarkanmu pergi dari istana besok. Kau secara resmi akan di berhentikan dari pekerjaanmu." Ujar Robert.     

"Why?" Ella menautkan alisnya semakin dalam. "Anda membuatku tersenyum sekaligus menangis dalam waktu yang bersamaan your highness."     

Robert meraih wajah Ella dan membuat gadis itu menatapnya dalam, "Look at me." Tegasnya, "Jika kau di dalam istana dan aku mengatakan semuanya pada ibuku, maka kau berada di sarang singa dan kau bisa diterkam kapan saja oleh ibuku. Sebagai informasi, ibuku lebih buas dari seekor singa betina yang kelaparan." Robert menyelipkan lelucon, memastikan agar Ella bisa menerima informasi itu tanpa merasa terancam.     

"Dengan begitu saya tidak akan bisa melihat anda sesering yang saya inginkan?" Ella menatap Robert dan pria itu tersenyum. "Untuk sementara waktu seperti itu."     

"Bagaimana jika saya memilih untuk tetap menjadi asisten sosial media?"     

"Ini akan rumit Ella." Robert tampaknya berusaha menjelaskan lebih keras lagi. "Queen tidak akan memebebaskan Clara begitu saja sampai tujuannya tercapai."     

Ella tertunduk lesu. "Saya juga berpikir begitu." ujar Ella. "Mungkin sebaiknya kita tidak berpikir telalu jauh, your highness." Gadis itu berusaha menelan kembali perasaanya yang sudah sempat dia lontarkan.     

"Kau memintaku mundur?" Tanya Robert, seolah baru saja terluka egonya dengan kalimat yang dilontarkan Ella.     

"Untuk kebaikan anda." Gadis itu menjadi bimbang. "Aku sudah mengatakan perasaanku, dan akan seperti itu, your highness. Meskipun anda menikahi wanita lainnya, itu tidak akan merubah perasaanku." Ujar Ella berusaha meyakinkan Robert.     

"Bagaimana aku bisa melepasmu Ella, kau begitu tulus dan kau penuh dengan kebaikan. Aku tidak akan menemukan gadis lain sebaik dirimu jika aku melepasmu."     

"Mss. Benedict sempurna untuk menjadi ratu anda saat anda menduduki tahta nanti."     

Robert terdiam, "Kau ingin aku menikahinya?"     

"Untuk kebaikan anda." Jawab Ella tanpa berani menatap Robert.     

"Tatap aku dan katakan bahwa kau tidak mencintaiku Emanuella Dimitry, dan katakan apa maumu." Robert memegangi wajah Ella dengan kedua tangannya.     

"Say it." Bisik Robert dengan tatapan dalam pada gadis itu, dan Ella tak bisa mengatakan apapun. Matanya berkaca dan Ella tak bisa mengatakan barang sepatah katapun pada Robert di bawah tatapan dalam sang pria dengan pesona mematikan ini. Seluruh syarat Ella seolah mendadak lumpuh hingga dia tak menemukan kalimat apa yang harus dia utarakan.     

Robert menghela nafas dalam, "Aku sudah final dengan keputusanku, Kau akan tetap kuliah dan menikmati waktumu sebagai mahasiswi selama aku mencari jalan keluar untuk kita."     

"Akankah itu memakan waktu yang lama?" Tanya Ella polos.     

"Setidaknya sampai kau selesai dengan kuliahmu."     

Ella menghela nafas dalam. "Aku tidak bisa membiarkan anda menunggu terlalu lama, begitu juga Queen." Mata gadis itu berubah nanar, "Anda pasti akan dipaksa menikahi Mss. Benedict dalam waktu dekat." Ujar Ella.     

"Aku komandan operasi air force untuk United Kingdom, dan aku bisa menggunakan itu untuk menghindari pernikahan dalam waktu dekat." Ujar Robert.     

"Kembali melakukan misi perdamaian?" Tanya Ella.     

"Smart girl." Puji Robert.     

"Tapi itu membahayakan keselamatan anda, your highness." Gadis itu kini terlihat cemas.     

"Aku akan melakukan apapun yang bisa kulakukan dengan kekuatanku untuk bisa memilikimu, meskipun itu harus membahayakan nyawaku."     

"Why?" Ella menatap nanar, semakin dalam ke mata Robert.     

"I don't know." Geleng Robert frustasi. "Sejak aku melihatmu ditotoar itu, dan melihatmu lebih dekat setelah kau selamat dari kecelakaan konyol itu, aku tidak bisa melupakanmu." Ujarnya.     

"Anda seorang pangeran dari Royal Family, anda pewaris tahta setelah ayah anda, dan anda juga adalah seorang komandan operasi untuk UK Air Force, mengapa anda memiliki selera yang begitu rendah, your highness." Ella melengos, membalik posisinya memunggungi Robert kembali. Dan entah mengapa Robert mendekatkna dirinya semakin lekat kemudian mengecup bahu Ella.     

"Aku berharap yang berbaring saat ini adalah Emanuella Dimitry Fredric, bukan lagi asisten sosial mediaku." Robert berbisik, "Mungkin aku bisa berbuat lebih banyak." Robert terdengar seperti sedang merengek.     

"You have your power, you can ask what ever you want." Goda Ella.     

"Not tonight." Jawab Robert. Dia benar-benar mati-matian berusaha menjadi pria yang baik yang tidak melanggar norma kesopanan apalagi hubungannya dengan Clara belum jelas sampai sekarang. Ditambah dia belum bisa memberikan jaminan status apapun pada Ella. Robert baru akan memperimbangkan hubungan fisik yang lebih jauh.     

Robert hanya memeluk Ella lebih ketat dan membiarkan dirinya jatuh tertidur, sementara Ella masih sulit untuk terpejam. Bagaimana tidak, seumur hidupnya, ini kali pertama dirinya berbaring dalam pelukan seorang pria dan itu adalah pangeran dari Royal Family.     

Ingatanya terbang pada sebuah kalimat "Mungkin sesuatu yang kau anggap buruk terjadi dan memang harus terjadi karena itu bagian dari langkah awal kau memulai takdirmu berikutnya."     

Dalam benak gadis itu, keputusan Robert soal membiarkannya keluar dari istana, seolah-olah memecatnya padahal sedang berusaha menjauhkannya dari Ratu, juga terdengar sedikit membingungkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.