THE RICHMAN

The Richman - Only Dream



The Richman - Only Dream

0Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu dan seolah ditarik dari satu tempat ke tempat baru yang membuat Ella merasa kebingungan. Dia memegangi dadanya dengan nafas memburu, dengan perasaan yang masih bingung Ella menebar pandangan dan tampaknya dia berada di dalam apartmentnya, dan tertidur di sofa masih dengan pakaian yang sama yang dia kenakan sepulang kerja tadi. Tas yang dia selempangkan juga buku-buku perkuliahan yang dia bawa masih tergeletak di tempat yang sama.     

"Shit!" Umpatnya dalam hati, Ella meremas wajahnya, No Prince Robert, No Seceret Garden, all about the dream. Suara bel pintu terdengar lagi tapi Ella enggan membukanya, dia menyeret langkahnya dan melihat siapa yang berdiri di luar, George, bukan pria yang dia harapakan berdiri di tempat itu. Ella kembali menyeret langkahnya hingga masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di ranjang.     

Dia meraih ponselnya dan membuka akun youtube untuk melihat postingan di youtube, dan ternyata video Prince Robert saat mengajar tadi pagi menjadi tranding topic youtube dengan judul "Pangeran muda yang Inspiratif", beberapa video di bawah juga tampak memotong bagian dari perkuliahan tadi pagi tapi dengan judul yang berbeda, "Prince Robert dating someone." dan banyak video lainnya.     

Ella melihat-lihat video lainnya dan menjadi semakin sulit baginya untuk melupakan Robert Owen Fredric Jr. Sementara itu George melangkah menuju unit apartmentnya dan berbaring di sofa. Dia jelas melihat bahwa Ella hadir di perkuliahan pagi dimana Robert menjadi pembicara, dan itu hal yang tidak begitu mengenakkan.     

Di satu sisi George benar-benar menginginkan hubungannya dengan Emanuella Dimitry bisa membaik, bahkan menjadi sangat sederhana seperti hubungan mereka sediakala. Dan sekarang, hubungan mereka menjadi rumit karena kehadiran seseorang yang memiliki power yang luar biasa, Robert, sang pangeran dari Royal Family. Meskipun Aldric dan Adrianna adalah yang bisa di bilang cukup kaya di New York, tapi jelas itu tidak sebading sama sekali dengan Royal Family, penguasa Britania Raya.     

***     

Di kamarnya Ellyn tengah duduk sembari menghisap rokoknya, tepat saat Robert masuk setelah mengetuk pintu.     

"Kau masih merokok?" Tanya Robert pada sang adik sembari mengambil alih rokok itu dari tangan adik perempuannya.     

"Robert!" Protes Ellyn.     

Robert melipat tangannya di dada. "Kau adalah seorang puteri, bertingkahlah seperti puteri." Ujar Robert.     

"Persetan dengan julukan itu." Ellyn beralih dari sofa ke atas ranjangnya dan tengkurap dengan wajah cemberut. Rob tersenyum, dia berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepi ranjang.     

"Robby, kau tahu, tekadang aku merasa mungkin lebih baik dilahirkan menjadi orang biasa." Ujar Ellyn dan itu membuat Robert tersenyum menatap adik kecilnya itu.     

"Mengapa kau berkata seperti itu?"     

"Di istana ini tidak ada seorangpun yang peduli padaku." Katanya dengan wajah sedih.     

Robert menautkan alisnya. "Aku peduli."     

Ellyn menghela nafas dalam. "Aku menyukai seseorang di kampusku, tapi orang itu tidak membalas perasaanku dengan alasan karena aku puteri dari keluarga kerajaan." Dengusnya kesal. "Tidak masuk akal."     

"Dia mengatakannya?" Tanya Robert.     

"Tidak secara terus terang, tapi aku tahu dia lebih memilih gadis biasa yang sangat biasa dan terlihat biasa saja." Ellyn mengatakan semuanya dengna sangat cepat dan emosional hingga terdengar seperti sedang meracau.     

"Oh Really?" Tanya Robert dengan menaikkan alisnya.     

"Ya." Angguk Ellyn. "Mengapa kalian para pria menyukai gadis biasa saja?!" Protes Ellyn.     

"Kalian?" Alis Robert berkerut. "Apa maksudmu dengan kalian?" Imbuhnya. "Siapa yang kau maksud dengna kalian?"     

Ellyn beringsut dan duduk menghadapi kakaknya dengan memeluk guling. "Para pria." Ujar Ellyn segera mengkoreksi, dia tidak ingin Robert menyadari bahwa dia mengetahui hubungannya dengan Ella, salah satu kenalannya di kampus.     

"Kau mengeneralisasi, aku tidak menyukai gadis yang biasa saja." Sangkal Robert, meski dalam hati Ellyn berkata bahwa dia tahu segalanya.     

"What's your plan?" Tanya Ellyn mendadak mengalihkan pembicaraan.     

Robert mengkerutkan alisnya. "Rencana apa?" Tanya Robert.     

"Kau sudah berusia tiga puluh lima tahun Robert Owen, apa kau tidak ingin menikah?" Ellyn menjelaskan maksud dari pertanyaannya.     

"Oh, mommy masih ingin menjadi ratu dalam jangka waktu panjang. Jadi aku tidak terburu-buru mencari penggantinya." Seloroh Robert.     

"Hei . . . aku serius." Ellyn meraih tangan kakaknya itu dan mengenggamnya. Usia mereka memang terpaut cukup jauh, kurang lebih lima belas tahun dan itu membuat Robert tak sering bicara dengan adik kecilnya itu soal kehidupannya, apalagi asmara. Tapi saat ini adik kecil yang selalu dia anggap kecil itu sudah tumbuh menjadi gadis dewasa dan dia sudah memiliki pandangannya sendiri, opininya, bahkan dia sudah bisa mempertanyakan rencana kehidupan sang kakak.     

"I have no plan, just go with the flow." Ujar Robert.     

"Kau akan di kirim ke luar negeri untuk misi-misi perdamaian lain jika kau tidak segera menikah dan punya anak." Ellyn menatap kakanya itu dan Robert mengusap kepala adiknya.     

"Kau masih terlalu muda untuk menjadi lawan bicaraku dalam hal ini." Robert bangkit dari tempatnya duduk dan berniat meninggalkan kamar adiknya. "Berhenti merokok Elleonore, kau adalah seorang puteri. Setidaknya kau harus bersikap seperti layaknya seorang puteri."     

"Mengerti!" Teriak Ellyn. "By the way, mommy dan Gladys membicarakan tentang rencana membuatkan kencan buta istana untukmu." Seru Ellyn lagi, setidaknya dia tahu setelah mendengar secara tidak sengaja, atau menguping lebih tepatnya, pembicaraan antara ratu dan asisten pribadinya.     

"Akan kutangani mommy." Senyum Robert mengiringi langkahnya keluar dari kamar sang adik, sebelum Robert menutup pintu kamar adiknya itu kembali dia masih sempat mendengar seruan Ellyn, "Good luck then."     

Robert tersenyum, kemudian melangkahkan kaki menuju ruang kerja ibunya.     

"Mom . . ." Sapa Robert karena tak ada seorangpun di ruangan itu kecuali mereka berdua.     

"Son . . ." Sang ibu meletakkan kertas dan pena di tangannya kemudian menelangkupkan tangannya di atas menja sementara tatapannya tertuju pada Robert yang berdiri di hadapannya. "Please have a seat." Ujar Ratu dan Robert duduk di depan ibunya itu.     

"Mommy serius soal blind date?" Tanya Robert ragu, meski Ellyn mengatakannya tapi setidaknya Robert sudah tahu lebih dulu tentang itu hanya saja belum sempat mengkonfirmasi langsung pada sang ibu.     

"Kau sudah mendengar tentang rencana itu?" Tanya sang Ratu dan Robert mengangguk. "Ya aku sudah mendengarnya."     

Sang ratu tersenyum. "Good." Ujarnya singkat. "Aku tidak perlu repot-repot menjelaskan padamu jika begitu, kau hanya harus memilih salah satu di antara mereka dan mommy akan menyiapkan pesta pertunanganmu."     

"Mengapa terburu-buru mom?" Tanya Robert.     

"Mengumumkan pertunanganmu menjadi salah satu cara untuk membangun optimistis masyarakat kita terhadap Royal Family."     

"Ini bukan soal perayaan mom, tapi ini lebih seperti kebutuhanku." Terang Robert     

"Ini memang soal kebutuhanmu, tapi juga kebuhuhan rakyatmu sayag." Sang ratu memberikan pelukan hangat unuk Robert puteranya sebelum mengkonfirmasi kemungkinan ketidak hadriannya di pesta itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.