THE RICHMAN

The Richman - What to do now?



The Richman - What to do now?

0Ella terhuyung lemas dan jatuh terduduk di sofa. Dia memegangi kepalanya dalam kebingungan besar. "Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang." Bisinya lirih.     

Rahang Robert mengeras sekilas, dia merunduk dan berjongkok di hadapan Ella. "Tidak ada yang berubah, aku tetap orang yang sama." Robert berusaha meraih tangan Ella tapi gadis itu menolaknya.     

"Kau tidak mengatakan dengan jujur siapa dirimu sejak awal, mengapa?" Tanya Ella dengan suara bergetar.     

Robert menghela nafas dalam sekali lagi, "Jika aku mengatakannya sejak awal, kau mungkin akan menjauhiku." Ujar Robert dan Ella menatapnya, dengan mata berkaca-kaca Ella menngatakan kalimat yang begitu berat di ungkapkannya, "Sudah sharusnya aku menjauhimu Prince Robert." Ella menelan ludah. "Tolong keluar dari apartmentku."Ella memilih membuang pandangannya dan Robert tahu tidak ada gunanya memaksakan keinginannya untuk tetap tinggal malam ini.     

"Ok." Dia bangkit dari posisinya dan berjalan meninggalkan apartment Ella. Meski berat baginya meninggalkan gadis rapuh itu sendiri, tapi tidak ada pilihan lain. Dia akan mencobanya lain waktu untuk menemui Ella meski sejujurnya tidak banyak waktu yang tersisa dalam liburannya sebagai kepala operasi air force Britania Raya.     

George baru saja hendak kembali ke unit apartmentnya setelah sempat berada di lorong untuk mengawasi, dia tahu betul bahwa setelah Ella mengetahui kebenaran tentang pangeran Robert, hubungan mereka akan berakhir, entah hubungan apapun itu. George dan Robert berpapasan, seulas senyum tersunggung di bibir George karena rencananya berhasil, namun Robert tak menyangka sama sekali siapa pria yang baru saja berpapasan dengnanya, Robert bahkan tak tahu jika George memiliki kedekatan dengna Ella, gadis yang tengah berusaha di kencaninya.     

Ella meringkuk di sofa memegangi lututnya dan pikirannya menjadi begitu kacau. Setelah ciuman pertamanya dengan pangeran dari Britania Raya, dia tak lagi bisa berpikir jernih. Apalagi Ella sempat merasa bahwa mungkin Robert yang dia kenal sebagai Jasper Owen adalah pria yang berhasil membuatnya jatuh hati untuk pertama kali seumur hidupnya. Benar-benar jatuh hati dan sangat dalam, namun dalam hitungan tak sampai satu jam setelah ciuman pertama dengan cinta pertamanya itu, hati Ella hancur berkeping-keping mengetahui kenyataanya.     

Sementara itu Robert duduk di dalam SUV miliknya dan sempat teridiam beberapa saat dalam keadaan mesin mobil masih belum menyala. Ciumannya dengan Ella begitu nyata dan bisa dia rasakan, baik Ella maupun dirinya melakukannya dengan melibatkan hati mereka masing-masing, tak sekedar sentuhan fisik saja.     

Meskipun diluar sana mungkin hampir semua gadis Britania Raya mengangguk setuju jika Robert melamarnya, tapi entah mengapa Robert tak memiliki keinginan untuk berkencan. Robert memang di design untuk menjadi pewaris tahta yang sekarang tengah dipegang oleh ayahnya King Marthin. Sejak kecil Robert diajari dan dilengkapi dengan segudang kemampuan baik itu fisik maupun intelegensi yang akan sangat berguna saat dia menduduki tahta kelak. Robert bahkan menghabiskan masa mudanya dengan belajar dan menyelesaikan S3nya dengan cepat dan hasil yang memuaskan sebelum tergabung dalam militer terutama di angkatan udara. Sekalin kemampuan intelegensi, totalitas dalam hal bela negara juga tak di ragukan lagi, jiwa patriotisme Robert membara di dalam dirinya. Dan sekarang dengan semua kesempurnaan yang dia miliki dia jatuh hati pada seorang gadis biasa yang sangat rentan, rapuh dan bukan siapa-siapa.     

"Tok Tok." Seseorang membuyarkan lamunanya dan saat Robert menoleh itu adalah Marcus, pengawal pribadinya yang karena renana untuk menemui Ella bahkan harus dikesampingkan oleh Robert.     

"Sir." Marcus berdiri di sisi pintu dan Robert membuka lock center hingga Marcus bisa menarik gagang pintu dan Robert turun untuk berpindah ke belakang. Sementara Marcus masuk ke dalam mobil dan mengambil alih kemudi untuk membawa pangeran Robert Owen dengan selamat kembali ke istana.     

"Bagaimana kencan anda Sir?" Tanya Marcus.     

"Hancur." Jawab Robert dan Marcus tersenyum. "Behenti mempermainkan hati gadis biasa." Selorohnya.     

"Aku tidak sedang bermain Marcus." Jawab Robert dengan gelengan kepala tak percaya. "Kurasa dia berbeda dengan gadis lainnya." Imbuhnya.     

Marcus melihat majikannya itu dari spion depan, "Saya sudah mendampingi anda lebih dari tujuh tahun dan ini kali pertama anda berlaku berberda, jadi saya mungkin setuju bahwa gadis itu spesial." Ujar Marcus.     

"Ya." Angguk Robert.     

"Ratu tidak akan pernah setuju jika anda menikahi seorang gadis Amerika."     

"Dia bukan warganegara Amerika." Jawab Robert. "Tolong cari tahu tentangnya Marcus, every detail about her." Ujar Robert dan Marcus mengangguk paham. Pria muda berkulit sawo matang itu benar-benar bisa diandalakan dalam setiap situasi dan dia juga begitu loyal hingga Robert tak pernah mengganti pengawalnya karena dia percaya semua rahasianya dan juga keamanannya terjaga selama dia bersama Marcus.     

***     

George mengetuk pintu apartment Ella dan Ella membiarkannya berkali-kali mengetuk tanpa membukanya. Berkali-kali juga George coba menghubungi Ella tapi gadis itu tak juga menerima panggilannya.     

Ella hanya mengirimkan pesan singkat pada George. "Aku butuh waktu sendiri." Tulis Ella dan George dengan gontai berjalan ke arah unit apartmentnya. Sebelumnya George beasumsi bahwa setelah mengetahui siapa Robert Owen sebenarnya, hati Ella mungkin akan hancur dan George akan menjadi satu-satunya pria yang dengan sangat berani datang menemuinya dan memberikan pelukan juga bahunya untuk tempat mencurahkan semua kesedihan yang dialami gadis itu. Namun ternyata tidak, dengan menjatuhkan Robert di hadapan Ella, itu tidak merubah apapun, Ella yang terluka juga tidak berbalik padanya.     

Ella justru memilih untuk diam dalam kesendiriannya dan menikmati semua luka itu sendiri. Baik Robert Owen maupun George Bloom sebenarnya memiliki posisi yang sama, mereka sama-sama melukai hati Ella dengan cara mereka masing-masing.     

Ella beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya, dia melihat jaket yang dikenakan Robert masih tergeletak di kursi belajarnya. Pria itu keluar dari kamar Ella tanpa membawanya dan saat itu Ella mengusirnya tanpa kesempatan untuk memberi penjelasan lebih lanjut.     

Ella menghampiri jaket berwarna coklat yang terbuat dari kulit asli berkualitas premium keluaran brand ternama itu dan mengambilnya. Dengan hati terluka Ella memeluk jaket itu dan menangis tersedu membayangkan sang pemilik yang baru saja berhasil mencuri hatinya dan seketika menghancurkannya berkeping-keping tanpa ampun.     

Sementara itu di dalam mobil yang melaju mulus Robert menatap keluar jendela, ditengah derasnya hujan malam itu dan jarak pandang yang pendek dan samar Robert membayangkan wajah Ella saat terakhir kali mereka bertemu tadi, juga beberapa saat sebelumnya, mulai dari pagi hari di kedai kopi, siang hari di perpustakaan hingga malam hari mereka menghabiskan waktu untuk makan malam bersama. Senyumnya, caranya menatap dirinya, roan merah di wajahnya setiap kali dia malu akan sesuatu hal, dan juga bagimana dengan polosnya Ella membalas ciumannya, semua tergambar jelas di benak Robert dan itu membuatnya tersiksa. Rasa sakit yang dia rasakan bahkan lebih buruk dari semua cedera yang pernah dia alami selama dia bertugas di angkatan udara dan itu membuat Robert sesak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.