THE RICHMAN

The Richman - Two Month Later



The Richman - Two Month Later

0Pagi ini Ben tidak beranjak dari tempat tidurnya meski Richard sudah membawa Christabell jalan-jalan keluar rumah dengan kursi roda. Ingatan dan kemampuan gerak Christabell semakin menurun, namun penerimaan terhadap kondisi Christabell oleh semua anggota rumahtangga itu semakin membaik.     

"Kau tidak membangunkan tuan muda untuk sarapan?" Tanya Mala pada Leah.     

"Aku?" Leah mengkerutkan alisnya. "Mengapa harus aku?" Tanya Leah.     

Mala meminta gadis itu untuk mendekat dan berbisik di telinganya begitu Leah mendekatkan telinganya pada Mala. "Aku melihat caranya menatapmu, dan aku yakin betul bahwa dia menyukaimu." Mala terkikik di akhir ucapannya dan itu membuat Leah mengkerutkan bibirnya.     

"Jangan bermimpi." Ujar Leah sebelum meninggalkan dapur.     

"Tolong antar sarapan tuan muda ke kamarnya." Perintah Mala pada Leah dan gadis itu menolak.     

"No." Tegasnya.     

"Hei, . . . jangan sia-siakan kesempatan." Mala membulatkan matanya dan Leah tetap menolak. Dia justru berjalan cepat untuk membersihkan kamar Adrianna, tapi justru malah menabrak Ben yang baru saja keluar dari kamarnya. Ben yang spontan memegangi Leah yang hampir terjatuh karena terpental setelah menabraknya.     

"Maaf." Leah menatap Ben dari balik bulu matanya.     

"Mengapa kau berjalan terburu-buru?" Tanya Ben.     

"Em . . . aku akan membersihkan kamar nyonya." Jawab Leah.     

"Bagaimana jika membersihkan kamarku dulu." Pinta Ben.     

Leah tertegun untuk beberapa saat, "Mala biasa melakukannya."     

"Bagaimana jika aku ingin kau yang melakukannya?" Ben menatap dalam ke mata Leah dan gadis itu mengangguk. "Ok. Tapi setelah aku membersihkan kamar nyonya."     

"Ok." Ben melepaskan Leah dan berjalan kembali ke kamarnya, tampaknya libur akhir pekan ini akan benar-benar dia gunakan untuk bermalas-malasan.     

***     

Satu jam kemudian, pintu kamar Ben diketuk dan itu adalah Leah.     

"Permisi." Wajah manisnya menyembul dari balik pintu.     

"Oh, masuk saja." Pinta Ben, sementara dia masih tampak berbaring di ranjangnya dengan tengkurap. Leah memulai dengan mengganti sarung bantal sofa yang ada di kamar Ben, sebenarnya di kamar itu tidak ada banyak barang, tidak ada pernak-pernik atau hiasan apapun setelah Ben kembali ke kamar itu. Ben meminta kamar itu di dekorasi ulang dengan warna-warna kayu dan juga tanpa ornamen apapun. Kamar itu benar-benar dibuat menjadi kamar super minimalis dinama hanya ada ranjang, walking closet dan kamar mandi. Semua di buat sangat luas dan kosong. Sebenarnya tidak perlu banyak effort untuk membersihkannya.     

"Anda ingin aku mengganti bed covernya Sir?" Tanya Leah dan Ben menjawab. "No." Jawabnya.     

"Tirainya?" Tanya Leah lagi, dan Ben lagi-lagi menjawab "Tidak."     

Leah terlihat kebingungan, "Aku akan menyedot debu, tapi mungkin akan sedikit berisik, apa anda tidak keberatan."     

"Rapikan saja rak buku itu." Pinta Ben sambil menunjuk ke rak buku yang ada di kamarnya. Isinya tak lebih dari dua puluh buku saja. Leah tampak hampir protes tapi dia berusaha untuk menahannya, sebenarnya membersihkan kamar orang lain di rumah ini bukanlah pekerjaan pokok Leah, tapi karena Ben adalah orang yang membayarnya jadi Leah melakukannya meski tidak dengan sepenuh hati.     

Hanya butuh waktu dua menit untuk Leah merapikan rak buku itu. SEbenarnya tidak ada yang perlu dirapikan lagi, rak buku itu bahkan sudah disusun dengan sangat rapi.     

"Susunannya sama." Ujar Ben, dan itu membuat Leah menoleh padanya. "Rak buku ini sudah rapi, apa yang perlu di rapikan?" Tanya Leah.     

"Ubah saja susunannya, asal tidak seperrti susunan sebelumnya." Perintah Ben lagi, meskipun itu terasa begitu aneh di telinga Leah. Wanita muda itu mengubah susunan bukunya asal saja yang penting posisinya berubah, dia berpikir dengan begitu Ben tidak akan memprotesnya lagi.     

"Sudah?" Tanya Leah, dan Ben yang sekarang berbaring dengan posisi memiringkan kepala untuk melihat Leah mengerjakan pekerjaannya itu tampak mengerucutkan bibirnya. "Kalau menurutmu susunan itu lebih baik."     

Leah menjadi kikuk, "Ada lagi yang harus ku kerjakan Sir?" Tanyanya.     

"Malam ini kau ada acara?" Tanya Ben canggung.     

"Aku selalu menjaga nyonya duapuluh empat jam, dan hanya itu acaraku selama anda membayarku untuk bekerja di rumah ini." Jawab Leah.     

Ben beringsut bangun, dan duduk di tepi ranjang. "Apa kondisi ibuku cukup baik malam ini?" Tanya Ben.     

"Hasil pemeriksaan rumahsakit kemarin, kondisi nyonya cukup stabil." Jawab Leah.     

"Aku ingin mengajakmu keluar nanti malam." Ben menatap Leah dan gadis itu menjadi kikuk mendengar ajakan dari bosnya itu.     

"Keluar?" Alisnya berkerut, Leah bahkan tak berani mengatakannya dengan keras.     

"Ya, kurasa kau butuh refreshing." Jawab Ben. "Kau bekerja penuh waktu selama dua bulan terakhir, kurasa kau butuh off day, atau setidaknya sesekali pergi untuk membuatmu tidak jenuh. Ini bagian dari caraku mentreat orang-orang yang bekerja untukku." Ujar Ben. Untuk sesaat lalu Leah sempat merasa dia begitu istimewa, tapi sejurus kemudian kenyataan menghempaskannya dengan keras ke bumi hingga hatinya hancur berkeping-keping.     

"Aku akan mengambil liburan, jadi anda tidak perlu repot memikirkanku." Jawab Leah, tapi Ben justru tampak terkejut mendengarnya.     

"Oh ya? Aku belum mendengar soal itu. Setidaknya kau belum meminta ijin untuk liburanmu." Ujar Ben.     

Leah tersenyum sekilas, "Aku sudah meminta ijin dari Mr. Richard dan beliau memberikanku ijin." Jelas Leah.     

"Daddy tidak mengatakan apapun padaku." Gumam Ben, "Memangnya kau mau pergi kemana?" Tanyanya kemudian.     

"Minggu depan aku akan pergi ke Nevada untuk seminggu, Sir." Ujar Leah.     

Alis Ben bekerut dalam. "Mengapa daddy memberimu ijin selama itu, bagaimana dengan penjaga mommy?" Ben terlihat keberatan.     

"Tenang Sir, penggantiku akan bertugas dengan baik selama aku cuti. Kami bekerja di bawah perusahaan penyalur, mereka bertanggungjawab untuk semua pekerjaan kami." Jawab Leah. "Termasuk soal cuti atau ijin." Imbuhnya.     

Ben Berdehem, dia menyipitkan matanya ke arah Leah. "Mengapa kau pergi selama itu ke Nevada?" Tanyanya penasaran.     

"Ada urusan keluarga." Jawab Leah. Sebenarnya dia mendapat kabar bahwa ayahnya sakit, dan masuk rumahsakit kemarin siang, tapi tentu saja perkerjannya tidak memungkinkan untuk terbang saat itu juga ke Nevada. Akhirnya Leah memutuskan untuk mengunjungi ayahnya sekaligus berlibur.     

"Ok. Kau boleh keluar." Ujar Ben, dia tampak sedikit kesal tanpa alasan. Tak berapa lama setelah Leah keluar dari kamarnya, Ben keluar untuk mengambil air mineral di dapur dan tak sengaja bertemu dengan Mala di sana.     

"Mengapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Ben dengan nada kesal.     

"Tidak." Geleng mala, wanita berusia empat puluh tahun itu sudah cukup berpengalaman soal asmara, dia tahu betul bagaimana perasaan Ben pada Leah dari setiap tatapannya.     

"Apa Leah sudah meminta ijin pada anda untuk cutinya minggu depan?" Tanya Mala tiba-tiba, entah mengapa wanita itu tampaknya memiliki ide jahil untuk Ben dan Leah.     

Ben menghentikan aktifitasnya dan menoleh pada Mala, "Apa kau tahu mengapa dia merencanakan untuk pulang ke Nevada selama satu minggu?" Tanya Ben penasaran, dan senyum licik mengembang di hati Mala. Dia jelas merasakan betul adanya rasa penasaran dari tatapan Ben saat menanyakan hal itu pada Mala.     

"Em, . . . yang aku dengar ayahnya ingin menjodohkannya dengan anak teman ayahnya." Mala dengan usilnya mengarang cerita itu tanpa sepengetahuan Leah.     

Ben mengkerutkan alisnya, rahangnya bahkan sempat mengeras sekilas. "Apa kau yakin?" Tanya Ben.     

"Tapi tampaknya Leah tidak ingin siapapun tahu soal ini Sir, jadi tolong jaga rahasia ini." Ujar Mala.     

Ben meletakkan gelas itu dengan cukup keras di atas meja dan meninggalkan dapur begitu saja, tampaknya Ben kembali ke kamar dan memanting dirinya di ranjang, kembali. Meski hari sudah sangat cukup siang.     

Sementara itu Mala terkikik geli di dapur karena sudah berhasil memperdaya majikannya. Leah yang baru saja masuk ke dapur melihat rekannya itu tertawa terkikik, "Mengapa kau tertawa?" Tanya Leah.     

"Tidak, aku hanya mendengar lelucon tadi dan tidak bisa berhenti tertawa."     

"Lelucon?" Alis Leah berkerut. "Siapa yang melucu?" Tanyanya.     

"Mr. Ben Anthony." Jawab Mala asaal saja, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan dapur untuk membereskan loundry di ruangan khusus loundry. Leah menggeleng tak paham, dia juga meninggalkan dapur dan menuju kamar Christabell untuk menyuapi majikannya itu dan memberikannya obat yang diresepkan dokter untuknya.     

***     

Di dalam kamarnya, Ben tampak uring-uringan setelah mendengar cerita dari Mala soal kepulangan Leah ke Nevada adalah demi sebuah pernikahannya dengan lelaki yang dijodohkan oleh ayahnya.     

"Mengapa di jaman sekarang masih ada orang yang bisa menikah karena perjodohan?" Gerutu Ben. "Stupid!" Umpatnya kesal, Ben menutup kepalanya dengna bantal, tapi sejurus kemudian dia membuka bantal itu dan kembali bergumam. "Mengapa gadis itu terlalu polos." Ujarnya sembari menghela nafas dalam. "Dia terlalu polos atau terlalu naif?" Imbuhnya lagi. "Atau terlalu bodoh!" Kesalnya. Ben bahkan sempat meremas rambutnya, juga mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.     

Sementara itu di kamar Christabell, Leah tengah merapikan Christabell setelah membersihkan tubuh majikannya itu. Richard mengamatinya dan hatinya menjadi hangat.     

"Berapa umurmu?" Tanya Richard, Leah terkejut mendengarnya tapi dia tersenyum dan menjawab. "Dua puluh empat tahun Sir."     

"Puteraku Ben usianya dua puluh delapan tahun." Ujar Richard.     

"Oh." Leah tak tahu harus menjawab apa.     

"Kau sudah punya kekasih?" Tanya Richard lagi, dan itu membuat Leah lagi-lagi terperagah, dia tidak menjawab langsung, hanya menggeleng sembari tersenyum.     

"Aku senang kau bekerja dengan sangat baik, menjaga isteriku. Kau juga bisa menjaga puteraku jika kau mau." Ujar Richard ambigu.     

"Tapi Mr. Ben Anthony tidak sakit Sir." Leah menatap Richard dan menggeleng, kemudian kembali merapikan rambut Christabell yang kini sudah di potong pendek, tepat di bawah telinga.     

" Aku bahkan tak yakin jika puteraku benar-benar sehat." Richard terkekeh, kemudian meninggalkan ruangan, tapi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan Rich kembali menoleh ke arah Leah dan tersenyum. "Pikirkan lagi soal Ben." ujarnya dan itu membuat wajah Leah bersemu merah. Dia tidak menyangka Richard Anthony akan mengatakan semua itu padanya. Apa itu berarti lampu merah bagi Leah untuk menggoda tuan muda di rumah itu? Tapi sayangnya Leah bukan gadis penggoda hingga kesempatan selebar itu bahkan tak bisa dia manfaatkan dengan baik.     

"Siapa namamu?" Tanya Christabell lirih.     

"Leah." jawab gadis itu.     

"Kau sangat manis, terimakasih sudah menyisirku." Ujarnya. Hampir setiap kali setelah dimandikan, Bell akan bertanya pada Leah, menanyakan siapa namanya, dan setelah mendapatkan jawaban, Bell akan mengatakan hal yang sama, "Terimakasih sudah menyisirku." Leah tersenyum lebar di sebelah Christabell. Meskipun Bell sudah sangat sulit bergerak terutama berjalan, tapi dia tetap cantik dan wangi berkat Leah yang begitu baik dalam merawatnya.     

"Aku mempunyai seorang putera." Ujar Christabell dan itu sempat membuat mata Leah membulat, sebuah berita baik jika Bell mengingat sesuatu hari ini.     

"Benarkah?" Tanya Leah.     

"Ya, dia anak yang tampan." Jawab Christabell.     

"Siapa namanya?" Leah memancing dengan pertanyaan berikutnya, dia berharap Christabell benar-benar mengingat nama puteranya itu, tapi tampaknya Christabell terdiam untuk beberapa waktu.     

"Aku . . ." Bell berusaha mengingatnya.     

"Jangan dipaksakan untuk mengingat apa yang tidak anda ingat nyonya." Leah mengusap-usap tangan kurus Christabell.     

"B . . . Ben." Christabell mengucapkan nama puteranya, seketika Leah berkaca-kaca menatap wanita itu.     

"Anda hebat, anda mengingat nama putera anda." Puji Leah."Aku akan memanggil putera anda, bisakah anda menunggu?" Tanya Leah dengan girang dan Christabell mengangguk. Leah segera berlari meninggalkan Christabell dan berlari ke kamar Ben, dia bahkan tak sempat mengetuk dan ternyata Ben baru sajs selsai mandi, dia hanya mengenakan handuk yang terlilit sebatas pinggang, sebagian tubuhnya bahkan masih basah.     

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Tanya Ben.     

"Em. . . " Leah membuang pandangannya. "Aku hanya ingin memberitahu anda, Mrs. Anthony mengingat nama anda."     

"Oh . . ." Ben tak tampak surprise dengan hal itu. "Lalu?" Tanggapan dinginnya bukan karena berita itu bukan kejutan bagi Ben, tapi tampaknya pria muda ini sudah terlanjur patah hati karena mendengar kebohongan Mala soal rencana Leah yang akan pergi ke Nevada untuk sebuah perjodohan.     

"Kau bisa menunggu diluar, atau tetap di sini dan melihatku berganti pakaian." Ujar Ben dingin.     

"Em . . . tidak. Silahkan berganti pakaian, aku hanya terlalu gembira dan ingin memberi tahu anda secepanya."     

"Thanks." Jawab Ben dingin.     

"Permisi." Leah berjalan keluar dari kamar Ben dengan kikuk dan kembali ke kamar Christabell, dia kembali memengangi tangan Bell, dan wanita itu sempat tersenyum padanya.     

"Aku lelah, bisakah aku tidur?" Tanya Christabell.     

"Tunggu sampai putera anda datang." Leah benar-benar berharap Christabell bisa mengingat puteranya itu saat sang putera berada di hadapannya. Beberapa saat kemudian Ben masuk ke dalam kamar ibunya itu dan mendekati Christabell yang mulai terpejam.     

"Nyonya . . ." Leah mengusap punggung tangan Christabell dengan lembut beberapa kali hingga wanita itu membuka matanya kembali. Sementara Ben yang sudah duduk di tepi ranjang berharap ibunya itu benar-benar mengingatnya. Namun begitu Christabell membuka mata, yang dia lihat pertama kali adalah Leah, dia tersenyum pada gadis itu lalu menatap ke arah Ben, tapi tatapannya menjadi kosong dan asing.     

"Siapa pria muda ini?" Tanya Christabell dan Leah tampak bingung menatap Ben, Sementara Ben memlih untuk tidak berkata apapun, dia langsung keluar dari kamar ibunya itu dengan perasaan kecewa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.