THE RICHMAN

The Richman - Remedial Honeymoon



The Richman - Remedial Honeymoon

0Adrianna baru selesai dengan sarapannya dan bersiap untuk ke kantor saat tiba-tiba ibuya masuk ke dalam apartment, seperti kebiasannya.     

"Morning dear." Sapa Christabell dengan senyum lebar, dia harus menyembunyikan penyakitnya dari siapapun termasuk Adrianna.     

"Mom?" Adrianna melihat arlojinya, masih begitu pagi, tapi ibunya sudah berada di apartmentnya. "Ini masih sangat pagi."     

"Yes." Christabell mengangguk, dia berjalan ke arah coffee maker yang masih menyala dan langsung mengambil secangkir untuknya sendiri. Mata Adrianna mondar mandir mengikuti gerakan ibunya dan kini berhenti karena ibunya duduk di hadapannya.     

"Suamimu pergi ke jepang?' Tanya Christabell.     

"Ya." Angguk Adrianna, dia masih terlihat kebingungan dengan kedatangan ibunya pagi ini ditambah dengan pertanyaannya yang membingungkan.     

"Kapan dia kembali?" Tanya Chrisabell lagi, Adrianna menggeleng, "Bisa besok atau lusa."     

"Susul dia." Pertintah Chrisatbell setelah dia menyesap kopo dari cangkirnya. Adrianna spontan menautkan alisnya, "Why?" Tanyanya bingung.     

"Kalian sudah kembali dari bulan madu dan ini sudah lebih dari satu bulan, dan kau belum hamil juga." Ungkap Christabell kemudian, tampaknya dua sudah enggan menyembuntikan maksud hatinya itu.     

"So?" Bell menyipitkan matanya ke arah sang ibu.     

"I want a baby." Jawab Christabell. "I want a grandchild." Tegas Christabell sekali lagi dengan tatapan begitu dalam ke arah puterinya itu, Adrianna membeku mendengar permintaan super aneh dari ibunya itu.     

"Mengapa begitu terburu-buru, kami bahkan belum membahasnya." Adrianna bergidik, setengah menolak.     

"Jangan dibahas lagi, berikan saja aku cucu." Christabell menegaskan permintaan sederhananya yang terdengar rumit dan sulit di telinga puterinya itu.     

Christabell mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan kode booking tiket pesawatnya. "Aku sudah membayar tiketmu hari ini, pukul sembilan." Ujarnya nekat.     

"WHAT?" Mata Adrianna membulat menatap ibunya, " Don't be silly mom."     

"I'm not silly, I want a grandchild." Christabell bangkit dari tempatnya duduk dan pergi begitu saja. Adrianna masih menatap bayangan ibunya sampai dia menghilang di balik pintu utama. Setelah Christabell pergi, Adrianna segera menghubungi ayahnya.     

"Hi dad." Sapa Adrianna begitu Rich mengangkat teleponnya.     

"Morning dear." Jawab Rich.     

"Apa mommy baik-baik saja?" Pertanyaan utama yang begitu ingin ditanyakan oleh Adrianna adalah perihal ibunya.     

"Why?" Rich bertanya balik.     

"Ibu datang ke apartment dan memintaku menyusul Aldric, dia bahkan sudah membelikanku tiket dengan alasan..." Adrianna tak bisa melanjutkan kalimatnya, dia menggaruk rambutnya yang entah mengapa mendadak terasa gatal.     

"Alasan apa?" Richard menelisik pernyataan puterinya itu.     

"Dia menginginkan cucu." Jawab Adrianna.     

"Oh, ya." Richard tersenyum di sebrang.     

"Dad, apa yang sedang terjadi pada kalian?" Tanya Adrianna bingung.     

Richard menjawab, "Seperti yang kau lihat, dia baik-baiks aja. Dia hanya menginginkan seorang cucu." Setelah mempertimbangkan beberapa saat, Rich memberikan alasan sesuai analisanya ,"Mungkin beberapa temannya di yayasan sudah memiliki cucu dan mereka sering bercerita tentang hal itu, jadi ibumu juga menginginkan cucu."     

"Masuk akal." Jawab Adrianna. "Tapi soal menyusul Adlric ke Jepang, apakah ini perlu?" Adrianna mempinta pertimbangan ayahnya, makhluk yang lebih rasional jika dibandingkan dengan ibunya.     

Richard mengerucutkan bibirnya sekilas, "Pergi saja, jangan khawairkan soal pekerjaan, daddy akan menghandle semuanya."     

"Ok dad."     

"Ya, anggap saja ini caramu berbakti pada ibumu."     

"Ehem." Angguk Adrianna, dia mengakhiri percakapannya dengan sang ayah kemudian memilih untuk berkemas, mempersiapkan pakaian untuk dua sampai tiga har kemudian. tiket mendadak itu justru akan jadi kejutan untuk suaminya juga. Setelah berkemas dan bersiap ke bandara dengan taksi, Adrianna mengirim pesan pada Aldric.     

"Miss you." Tulisnya, beberapa saat kemudian pesan itu di baca dan di balas oleh Aldric. "Miss you too, jam sebelas malam di sini. Kau sudah bersiap ke kantor?"     

"Ya." Balas Adrianna. Dia mengetik kalimat berikutnya. "Kapan kau pulang?" Tanyanyanya. Beberapa saat Aldric mengetik balasan, "Mungkin besok atau lusa. Kau ingin oleh-oleh?" Balasnya.     

Adrianna tersenyum, "Em, tidak perlu." Balasnya lagi. "Dimana kau menginap? Aku mendengar beberapa hotel di Jepang dengan pemandangan terbaik." Tulis Adrianna lagi, dia mengirimnya dan Aldric membacanya.     

"Ya, andaikan kau ikut kemari. Mungkin kita bisa jalan-jalan." Balas Aldric.     

"Simpan rencana itu untuk liburan berikutnya." Balas Adrianna. "I'll call you later." Tulisnya lagi. "My meeting start on ten minutes."     

"Ok." Balas Aldric, dan Adrianna tampak sumringah. Rupanya rencana konyol ibunya untuk menyusul Aldric diam-diam menjadi sangat menyenangkan. Meskipun harus menempuh penerbangan selama empatbelas jam, nampaknya itu tidak sia-sia. Sesampai di Jepang, Adrianna langsung menuju ke hotel tempat Aldric menginap setelah memesan salah satu kamar di hotel itu. The Prince Gallery Tokyo, Kioicho. Hotel mewah berbintang lima di pusat kota Tokyo dengan vasilitas luxury. Dan tentu saja Aldric memilih kamar Deluxe King.     

"Tok Tok" Adrianna mengetuk pintu, meskipun itu sudah sangat larut di sana, kurang lebih pukul duabelas malam. "Room service." Dia mengatakan hal itu dengan seringai lebar. Sementara Aldric yang memang belum tidur, dia masih sibuk dengan laptopnya mendengar ketukan itu dan menjadi berpikir, mengapa ada room service selarut ini.     

Aldric mengabaikannya, namun ketukan itu terulang lagi hingga tiga kali, membuat pria itu terpaksa berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya.     

"Taraaaa..." Adrianna tersenyum lebar di hadapan sang suami yang tampak kebingungan melihat isterinya tiba-tiba ada di depan matanya.     

"Surprise." Imbuhnya. Aldric memeluknya sekilas lalu membawa koper kecil milik isterinya masuk ke kamar. "Jadi kau berbohong padaku soal meeting pagi ini?" Tanya Aldric.     

"Ya." Angguk Adrianna.     

"No meeting?" Alis Aldric bertaut menatap suaminya, "No meeting, no phone call, karena aku sedang terbang menuju Tokyo." Senyum Adrianna lebar saat mengungkapkannya. Aldric mendekap isterinya itu dan mencium bibirnya, "Nakal sekali kau Mrs. Bloom." Bisiknya sebelum mencium bibir Adrianna dan di balas dengan penuh gairah oleh isterinya itu.     

"We can make such a remidial honeymoon." Adrianna berujar setelah Aldric melepaskan ciumannya.     

"Ok, we talk later, now you can clean up and go to bed." Aldric tahu betul jika penerbangan empatbelas jam cukup menguras energi isteriya itu. Jadi malam ini tidak akan ada kegiatan bercinta meski dia sangat ingin, apalagi dengan kejutan manis yang di buat oleh Adrianna itu.     

Adrianna menyeret langkahnya menuju kamar mandi untuk membersikan diri dan bersiap untuk tidur, sementara itu Aldric menghubungi bagian resepsionis untuk mengkonfirmasi kamar isterinya, melakukan cancelation dan menambahkan isterinya ke kamarnya untuk menyesuaikan chargenya.     

Setelah selsai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan piyama tidur, Adrianna berjalan ke arah ranjang dan berbaring di sisi suaminya. "I miss you." Ujarnya dengan wajah kelelahan.     

"I miss you too." Aldric beringsut untuk memeluk pinggang isterinya itu.     

"Can I sleep now?" Tanya Adrianna, dan Aldric mengangguk. Dia mengecup kening Adrianna dan tak lebih dari satu menit kemudian Adrianna sudah jatuh tertidur. Sementara isterinya jatuh tertidur Aldric mencoba mencari alternatif liburan terbaik selama mereka di Tokyo Jepang. Selain itu dia juga harus menghubungi orang di kantornya untuk memeprpanjang masa perjalanan dinasnya di Jepang dan menyerahkan beberapa pekerjaan di New York pada orang-orang kepercayaannya.     

Aldric menyelesaikan semuanya itu kurang lebih setengah jam, dan sisanya dia gunakan untuk menyusul isterinya tidur. Meskipun berada di Jepang dengan berbagai tawaran object wisata yang menarik, tak lantas membuat Aldric ingin jalan-jalan. Awalnya dia hanya ingin mengunjungi pabrik, kemudian membuat kerjasama dan secepatnya kembali ke New York, namun setelah kejutan Adrianna, dia merubah semua rencananya itu, dan memberikn tag line "remedial honeymoon." untuk perjalannya kali ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.