THE RICHMAN

The Richman - Secret Garden



The Richman - Secret Garden

0Ella baru saja selesai dari pekerjaan paruh waktunya dan bersiap pulang. Jalanan sudah mulai gelap, tapi karena sudah terbiasa maka tak jadi masalah berjalan kaki beberapa blok menuju apartmentnya.     

Mendadak sebuah meobil sedan mengkilap berhenti dan seseorang turun dari mobil itu. Ella sempat ketakutan dan berniat untuk melarikan diri tapi pria dengan setelan formal itu menyebut nama lengkapnya.     

"Mss. Emanuella Dimitry." Suara rendahnya itu sedikit menakutkan, tapi dia sempat melihat pria itu di kuliah umum pagi ini dia adalah pria yang berdiri tidak jauh dari tempat Robert mengajar pagi ini.     

"Ikutlah denganku." Ujar pria itu dan Ella tidak bisa menolak. Dia naik ke atas mobil mewah itu dan meski tak banyak bicara tapi pria itu mengatakan sebuah kalimat yang menjawab semua pertanyaan yang bergemuruh di benak Ella.     

"Prince Robert ingin menemui anda." Ujarnya sembari mengemudi kendaraan itu dengan mulus. Cukup jauh dan cukup lama hingga mereka tiba di sebuah taman yang luas dengan sebuah rumah kecil di tengahnya. Mobil berhenti melaju dan sang pengawal turun dari mobil kemudian membuka pintu untuk Ella.     

"Mari ikut saya." Ujarnya dan Ella mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam rumah melalui pintu utama. Begitu masuk ke ruang tengah, Robert berdiri menyambut kedatangan Ella dan sang pengawal tampak meninggalkan mereka.     

"Hi." Sapa Robert dan Ella benar-benar di buat tak bisa berkutik melihat pria itu lagi, setelah hampir seminggu tak bertemu dengannya. Robert benar-benar terlihat berbeda dengan Robert yang menyamar sebagai Jasper. Robert yang adalah pangeran dari Royal Family terlihat memiliki kharisma dan wibawa yang ribuan kali lipat lebih terlihat dibandingkan pria yang ditemuinya di trotoar dan menyelamatkannya dari pengendara sepeda kala itu.     

"Your highnes." Ella merunduk memberi hormat.     

"Don't be." Robert menolak salam hormat dari Ella.     

"Maaf memintamu datang dengan cara seperti ini." Ujarnya dan Ella membeku menatap pria itu. Mereka berdiri di posisinya masing-masing tanpa ada yang berani mendekat lebih dulu.     

"Have a sit please." Robert benar-benar memperlakukan Ella dengan sangat formal malam ini. Ella dengan ragu-ragu duduk di sofa, disusul dengan Robert yang memilih duduk berseberangan dengannya.     

Robert menatap mata Ella sebelum memulai membuka suaranya. "Hari itu, saat aku tidak sengaja bertemu denganmu di kampus, sebenarnya hari itu tepat dua hari setelah aku kembali setelah misi perdamaian di Kongo." Terangnya dan Ella mengangguk paham.     

"Kita bertemu dan itu pertama kali aku melihatmu." Imbuhnya.     

"Ok." Ella mengangguk paham.     

Robert menghela nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, "Pertemuan kita di coffeeshop benar-benar bukan pertemuan yang kuharapkan sebenarnya, tapi itu terjadi dan entah mengapa malam itu aku ingin menemuimu lagi. Awalnya aku tak memiliki tendensi apapun." Ujar Robert menjelaskan dan Ella tidak mengatakan apapun setelah mendengar penjelasan Robert.     

"Tapi pertemuan berikutnya di perpustakaan, dan makan malam, . . ." Robert menjeda kalimatnya, dia menatap dalam pada Ella begitu juga sebaliknya. Robert berdehem, "Listen, . . ." Dia mengubah topiknya sedikit memutar. "Saat aku masih muda, seusiamu mungkin. Untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa tidak ada romance dalam kehidupan yang ditakdirkan untukku." Ujarnya dan entah mengapa kalimat itu membuat Ella rasanya ingin berhenti bernafas karena nafasnya menjadi begitu berat.     

"Tapi saat bertemu denganmu, menghabiskan waktu bersama denganmu, entah mengapa sesuatu yang kupikir sudah mati di dalam diriku rasanya hidup kembali." Robert beringsut maju dan meraih tangan Ella.     

"Aku tahu ini tidak adil bagimu, dan aku tidak memaksamu mengerti posisiku. Aku hanya ingin meminta maaf dengan tulus, aku tidak bermaksud membohongimu dan ciuman kita saat itu, itu nyata." Ujar Robert dan Ella tertunduk tak berani menatapnya.     

"Maukah kau memaafkanku?" Tanya Robert sekali lagi.     

Ella menatap pria itu dari balik bulu matanya dan mengangguk.     

"Thanks." Robert melepaskan tangan Ella dan gadis itu menyatukan tangannya di atas pangkuannya sendiri.     

"Jika tidak ada lagi yang ingin anda katakan, sebaiknya aku pergi." Ella memberanikan diri untuk berpamitan, dia segera bangkit dari tempatnya duduk namun di saat yang bersamaan Robert menarik tangannya hingga gadis itu menghentikan langkahnya.     

" What if I want you to stay?" Tanya Robert dan Ella menoleh pada pria itu.     

"Apa maksudmu?" Tanya Ella dengan suara lirih.     

"Stay with me tonight." Robert mendekat ke arah Ella dan menyusupkan tangannya di belakang leher gadis itu, membuat Ella meremang. Robert tampak membasahi tenggorokannya sebelum menatap Ella dalam-dalam.     

"Aku tahu ini egois, tapi aku tidak ingin kau lari dariku setelah tahu siapa diriku yang sebenarnya. Bisakah kau tetap tinggal?" Tanya Robert lirih dengan tatapan dalam yang mengaduk-aduk perasaan Ella seketika itu juga.     

Ella menghela nafas dalam, "Ini membingungkan bagiku." Jujurnya.     

"Aku menyukaimu Emanuella Dimitry." Bisik Robert di telinga Ella dan saat dia memutar wajahnya dia mengecup pipi gadis itu cukup lama hingga Ella bisa merasakan getaran dalam dirinya semakin besar.     

"Stay." Bisik Robert, bibirnya setengah terbuka dan mendekat ke bibir Ella yang juga setengah terbuka seolah siap menyambut bibir sang pangeran. Ella memejamkan matanya dan Robert menciumnya dengan penuh kerinduan, seolah mereka adalah Romeo dan Juliette yang tidak bisa bersatu karena perbedaan latar belakang.     

***     

Robert mengulurkan tangannya pada Ella dan gadis itu dan membawanya ke sebuah kamar yang cukup luas dengan warna kayu yang hangat dan juga sebuah tempat tidur besar di tengah ruangan.     

"Come . . ."Bisik Robert, Ella menurut tanpa bertanya apapun.     

Robert melepaskan blazer yang dia kenakan dan berbaring di tempat itu, sementara Ella menyusulnya, berbaring di ranjang yang sama, di lengan Robert, tapi gadis itu tak banyak bicara.     

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Robert dan Ella menggeleng. "Aku tak bisa memikirkan apapun saat ini." Jawabnya.     

"Kau bingung dengan situasinya?" Robert menghela nafas dalam.     

"Ya." Angguk Ella, Robert memutar tubuhnya hingga membuat mereka saling berhadapan. "Semua akan baik-baik saja." Janji Robert.     

"I hope so." Jawab Ella.     

"Oh ya, sedikit cerita tentang tempat ini." Ujar Robert. "Ini adalah secret Garden, tempat ayahku sering bertemu dengan cinta sejatinya." Ujar Robert.     

"Your mother?"     

"No." Geleng Robert.     

"What?" Alis Ella berkerut dan Robert tersenyum dibuatnya. "Bagi seorang raja, rakyat jauh lebih penting dari dirinya sendiri. Dan itu yang dipilih ayahku, rakyatnya. Dia memilih ibuku karena dari semua kandidat yang ada ibuku yang terbaik dengan standard tertinggi yang disyaratkan oleh para petinggi di istana."     

"Jadi ayahmu bertemu dengan . . . " Ella tampak tak melanjutkan kalimatnya, dia memilih mengkoreksi. "Maaf, aku tidak bermaksud mencari tahu lebih jauh tentang rahasia keluargamu." Sesalnya.     

"Tempat ini menjadi pertemuan bagi mereka saat mereka masih muda, sebelum ayahku naik tahta dan menikai ibuku karena kakekku meninggal secara tiba-tiba saat itu." Terang Robert.     

"Jadi apa maksudmu dengan membawaku ke tempat ini?" Tanya Ella. "Suatu saat aku akan bernasip sama dengan wanita yang pernah di cintai ayahmu." Ella menjadi kecut hati.     

"Bagaimana jika sejarahnya berubah." Ujar Robert. "Bagaimana jika kita merubah sejarah?" Robert menghela nafas dalam sebelum mencium bibir kekasihnya itu, dan Ella benar-benar dalam turbulensi yang luar biasa di dalam dirinya. Di satu sisi seolah mimpi masa kecilnya menjadi nyata, bertemu pangeran berkuda putih yang datang dengan cinta, tapi soal hidup bahagia selamanya, tampaknya itu akan menjadi mustahil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.