THE RICHMAN

The Richman - Charity



The Richman - Charity

0Adrianna datang ke sebuah acara amal yang digelar oleh yayasan yang dulu didirikan oleh ibunya dan danai oleh perusahaan milik ayahnya. Meskipun saat ini yayasan itu dikelola profesional tapi keluarga Anthony tidak akan pernah dilupakan dan hari ini Adrianna datang untuk sebuah acara amal.     

"Maaf kami harus melelangmu Mrs. Bloom." Ujar salah seorang staff dengan seyum menggoda dan Adrianna mengangkat bahu.     

"Aku akan membantu yayasan ini dengan apa yang kumiliki, jika aku tak memiliki uang, mungkin aku masih punya waktu untuk kuberikan."     

Malam penggalangan dana sudah umum dilakukan untuk membuat sebuah yayasan tetap bisa bertahan dalam hal keuangan dan ini rutin dilakukan. Adrianna duduk di salah satu bangku yang berada di deretan paling depan saat acara dimulai. Dan pembawa acara mengumumkan bahwa hari ini ada beberapa dermawan yang memberikan barang-barang pribadi mereka untuk dilelang.     

"Selamat malam hadirin, terimakasih karena anda semua datang memenuhi undangan kami. Sebelum acara ini dimulai, seperti biasa kami akan menunjukan yayasan kami dan apa saja yang kami kerjakan selama ini." Sang pembawa acara mengarahkan tangannya ke sebuah layar besar tempat diputar sebuah film berisi berbagai slide foto dari yayasan itu mulai dibangun dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh yayasan itu dalam aksi-aksi sosialnya.     

Foto Christabell muncul pertama kali dengan senyuman khasnya, juga pidato pertamanya saat pertama kali yayasan ini didirikan. Adrianna berkaca melihat ibunya, tidak ada yang pernah tahu bahwa wanita elegan yang berbicara di sana adalah gadis yang tumbuh besar di panti asuhan dan tidak pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, dia juga salah satu korban perdagangan manusia dalam sebuah ajang prostitusi di kalangan elite.     

Tepuk tangan riuh terdengar saat film itu selesai diputar, dan sang pembawa acara memulai acara lelang malam itu, dari benda-benda yang paling murah harganya hingga yang paling mahal. Seseorang dermawan bahkan melelang mobil tuanya dan dimenangkan dengan harga hampir lima ratus ribu dollar.     

"Last but not least, yang akan kami lelang adalah sehari bersama Mrs. Adrianna Bloom, puteri dari pendiri yayasan. Anda bisa menikmati makan siang bersama, minum teh, atau makan malam. Anda bisa memilih dari tiga kesempatan itu untuk mengobol dengan puteri sang pendiri yayasan langsung. Beliau juga memimpin yayasan ini selama beberapa tahun sebelum akhirnya menyerahkannya kepada para profesional untuk membawa yayasan lebih maju. " Sang pembawa acara mengumumkan dan disambut tepuk tangan yang tak kalah meriah dengan sebelumnya.     

"Dimulai dengan seratus ribu dollar." Sang pembawa acara mengumumkan dan disambut oleh beberapa orang, harga semakin naik dan tak terkendali, Adrianna bahkan ternganga mendengar orang masih menyebutkan angka-angka yang semakin tinggi dan tak masuk akal.     

"Satu dua tiga . . . " Seru sang pembawa acara saat seorang pria menyebutkan nominal fantastis. "Sehari bersama Mrs. Adrianna Bloom dimenangkan dengan nilai donasi yang fantastis, satu juta dollar." Seluruh ruangan bertepuk tangan dengan riuh dan pria yang berdiri adalah pria yang dikenal Adrianna dengan baik.     

"Your name Sir." sang pembawa acara meminta pria itu menyebutkan namanya dan sang pria menolak.     

"Call me noname." Jawabnya dan semua orang kembali bertepuk tangan.     

"Betapa baiknya anda, anda menyumbang begitu besar dan membiarkan nama anda tetap tersembunyi."     

***     

Acara lelang berakhir dan Adrianna masih berada di hall yayasan bersama dengan pria yang memenangkan sehari bersamanya dengan nilai satu juta dollar.     

"Kau gila." Ucap Adrianna.     

"I'm not." Geleng pria itu.     

"Kau benar-benar ingin menyumbang sebesar itu untuk yayasan atau karenaku?" Tanya Adrianna.     

"It's always been about you." Jawab Pria itu dan Adrianna terkekeh. Pria itu menghela nafas dalam, "Aku barus aja menjual perusahaan rintisan dengan nilai dua kali lipat yang kusumbangkan padamu. Bukan perusahaan besar dan aku juga masih punya separuh dari nilai belinya untuk membangun rintisan yang baru disamping perusahaan besar yang sudah berjalan selama ini dan sangat bisa kuandalkan." Terangnya.     

"Setidaknya setelah selama ini, aku membuat keputusan yang baik untuk uang yang akan kukeluarkan." Ujar pria itu.     

"Javier Walton, kau banyak berubah." Adrianna menatap pria itu.     

"Yap." Angguk Javier. "Aku kan mengantarmu pulang dan menjemputmu besok pagi." Ujar Javier.     

Adrianna tersenyum, "Sayang sekali, aku pergi dengan supir dan akan pulang dengannya atau puteraku akan sangat marah jika tahu aku meninggalkan supirnya." Seloroh Adrianna.     

"Protective son hah?" Javier mengangkat alisnya. "Sama seperti ayahnya.     

"Kau benar, dia sangat mirip dengan ayahnya." Adrianna tersenyum.     

"Aku akan senang jika berkesempatan untuk bertemu dengannya." Ujar Javier.     

"Aku akan mengundangmu makan malam di rumahku jika kau mau." Jawab Adrianna.     

"No, untuk satu juta dollar yang ku sumbangkan, itu ingin kuhabiskan hanya berdua degnanmu Mrs. Bloom, tidak dengan orang lain." ujarnya.     

"Jav, kita sudah terlau tua untuk sebuah kencan." Adrianna memutar matanya pada Javier dan pria itu terkekeh.     

"Kita tidak berkencan, setidaknya itu kukatakan karena aku menghormati mendiang suamimu dan puteramu yang protektif." Javier tersenyum dan Adrianna mengangguk.     

"Deal."     

"I'll pick you up at seven." Ujar Javier.     

"Sepagi itu?"     

"Ya." Angguknya.     

"Ok, aku akan bangun sangat pagi dan bersiap."     

Adrianna bangkit dari tempatnya duduk dan memeluk Javier singkat juga mendaratkan pipinya menempel ke pipi Javier sebagai salam perpisahan seperti layaknya seorang teman. Setelah itu dia berjalan keluar dari hall dan masuk ke mobil yang sudah disiapkan oleh supirnya.     

Sementara itu Javier keluar dari hall dan masuk ke dalam mobilnya yang dikendarai oleh supirnya juga. Dia tumbuh menjadi pengusaha yang sukses setelah melewati jatuh bangun dalam bisnisnya. Meski begitu kegagalan demi kegagalan justru membuatnya semakin bijaksana, terutama kegagalannya dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis.     

"Anda terlihat sangat bahagia Sir." Puji sang supir.     

"Ya."Angguk Javier dari bangku belakang. "A stupid thing comes to my mind." Imbuhnya.     

"Apapun itu, aku turut berbahagia untuk anda Sir." Jawab sang supir.     

"Hei, kau punya cinta pertama?" Tanya Javier balik.     

"Yes Sir, my wife." jawab sang supir.     

"Beruntungnya kau bisa menikahi cinta pertamamu."     

"Apa anda baru saja bertemu kembali dengan cinta pertama anda?" Sang supir menjadi penasaran.     

"Secara teknis dia bukan cinta pertamaku, tapi sejak mengenalnya dia tak pernah bisa kulupakan, bahkan saat aku berada dalam pernikahan dengan mantan isteriku." ujar Javier.     

"Dan anda baru saja bertemu kembali dengannya?" telisik sang supir.     

"Ya." angguk Javier. "Sayangnya aku sudah terlalu tua untuk memulai hubungan, dan dia masih sangat mencintai mendiang suaminya."     

"Terkadang cinta memang harus menunggu cukup lama Sir." Jawab sang supir. "Aku menikahi Enny isteriku setelah dia bercerai dengan suaminya. Sepuluh tahun kemudian kami bertemu dan menikah."     

"Oh, aku baru mendengar ceritamu." Javier menjadi sangat tertarik.     

"Ya Sir, aku menikahi isteriku setelah usiaku hampir empat puluh tahun, terakhir kali kami bertemu saat aku berusia dua puluh sembilan tahun." Jawab sang supir.     

"Apa menurutmu kali ini aku harus mendapatkannya?" Tanya Jav pada supirnya.     

"Anda layak mencobanya Sir." Jawab sang supir dan Javier tersenyum sekilas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.