THE RICHMAN

The Richman - Another Case



The Richman - Another Case

0Setelah memenangkan kasus Mia, meski wanita itu tidak benar-benar bebas dari penjara setidaknya dia mendapatkan keadilan atas apa yang dilakukannya itu. Seheina memang tidak menang secara mutlak, setidaknya membebaskan Mia dari hukuman bertahun-tahun yang bisa merenggut masa mudanya, itu bukan hal yang bisa diabaikan.     

Kini Sheina berpindah ke kasus baru, setiap hari hidupnya dia habiskan untuk mengurusi kehidupan kliennya. Dan saat ini seorang publik figure datang padanya dan meminta pembelaan karena seorang wanita datang padanya dan mengatakan bahwa wanita itu hamil karenanya sementara sang publik figure sudah menikah dengan rekan satu profesinya dan semua orang yang mengenal mereka menobatkan mereka sebagai couple goals.     

"Selamat pagi Mr. Jawson." Sapa Sheina. "Ada yang bisa ku bantu?" Tanyanya.     

"Ya, maslaahku sangat rumit dan aku mau ini selesai sebelum ini memperngaruhi popularitasku." Ujarnya.     

"Let me check." Sheina membuka berkas yang ada di tangannya dan mulai membacanya sekilas.     

"Ceritakan padaku, apakah anda mengenal wanita itu?" Tanya Sheina pada sang pria di hadapannya, dia tampak gusar, entah apa yang coba dia sembunyikan.     

"Dengarkan aku, pernikahanku diujung tanduk, dan aku sangat mencintai isteriku. Aku tidak ingin dia meninggalkanku karena kasus ini, dan aku mau kau membereskan kasus ini bagaimanapun caranya dan berapapun biayanya." Pria itu tak menjawab, dia hanya terus menuntut.     

Sheina melipat tangannya di dada, "Maaf, tapi jika anda pernah melakukan hubungan biologis dengan wanita itu dan dia menuntut test DNA mungkin saja anda akan kalah."     

"Aku tahu kau bisa melakukan banyak hal, itu sebabnya aku menunjuk Mr. Oliver sebagai pengacaraku, dan dia sangat merekomendasikanmu." Ujarnya.     

Sheina menatap pria itu dalam-dalam, "Mr. Jawson, apa anda pernah menginginkan seorang anak dalam hidup anda?" Tanyanya dengan sungguh-sungguh, Sheina tahu bahwa pria berambut putih dengan jenggot sama putihnya ini menikahi wanita usianya dua puluh empat tahun lebih muda darinya, dan jelas sekali karir mereka berdua tengah menanjak berkat membitangi film box office bersama.     

Dia menghela nafas dalam, "Apa yang kau bicarakan, aku tidak ingin kau memanipulasiku nona muda." Jawabnya.     

"Aku tidak sedang memanipulasi anda, aku hanya bertanya sebagai sesama manusia. Pernahkah anda benar-benar menginginkan seorang anak?" Tanya Sheina.     

"Dari pernikahan pertamaku ya." Jawabnya cepat.     

"Dan anda bercerai karena?" Sheina menatap pria itu dalam-dalam.     

Pria itu membalas tatapan Sheina, "Dengarkan aku nona muda, jika kau tidak bisa menangani kasusku, aku akan mencari pengacara lain. Aku tidak suka kau berputar-putar dan membahas soal pernikahan pertamaku." Kesalnya.     

"Mr. Jawson, aku adalah anak adopsi." Ujar Sheina. "Aku sangat ingin tahu siapa orang tua kandungku, dan aku hidup dengan perasaan buruk seperti itu setiap harinya meski orang tua angkatku merawatku dengan baik." Ujar Sheina. "Tapi asal kau tahu, anak-anak sepretiku, yang tidak diinginkan orangtua mereka, kami tidak lahir karena keinginan kami sendiri. Dan jika bayi dalam rahim wanita itu adalah puteramu, dia akan merasakan perasaan yang sama denganku." Ujar Sheina, tepat saat Jeremiah Jawson keluar dari ruangan Sheina.     

Dia berjalan dengan wajah bersungut-sungut keluar dari ruangan Sheina dan tepat sekali dia berpapasan dengan Oliver yang baru.     

"Mr. Jawson?" Oliver menatap pria itu dan Jeremiah terlihat kesal.     

"Kau merekomendasikan orang yang salah." Kesalnya.     

"Mss. Anthony pengacara muda yang tajam, dan dia juga sangat gigih memperjuangkan kliennya." Oliver meyakinkan Jeremiah.     

"Tidak, dia justru menguliahiku soal anak. Kurasa sebaiknya aku mencari pengacara lain, aku sungguh kecewa padamu Mr. Hawkins." Jeremiah Jawson terlihat kesal dan segera keluar dari kantor Oliver. Sementara itu yang bisa dilakukan Oliver hanyalah melihat klien besarnya dengan publisitas yang besar yang mungkin diperoleh Law Firmnya.     

Oliver berjalan ke ruangan Sheina dan berdiri di ambang pintu, dia melihat kedalam dan Sheina tampak sibuk dengan pekerjaannya. Sheina menyadari ada yang mengawasinya, dia segera menyudahi pekerjaannya dan menatap Oliver.     

"What's up boss?" Tanya Sheina.     

Oliver menghela nafas dalam, dia berjalan masuk ke dalam ruangan Sheina dan duduk di depan meja gadis itu. Sebenarnya mereka masih memiliki perasaan satu sama lain, tapi mereka memilih untuk meletakan pekerjaan mereka diatas hubungan mereka.     

"Mengapa kau mementingkan egomu dibanding klienmu, nona muda?" Tanya Oliver.     

"Aku tidak membela klien yang salah." Jawab Sheina.     

"Kau tidak membelanya, kita hanya harus membantunya untuk meredam masalah ini." Ujar Oliver.     

"Look, kita memang bereberangan soal banyak hal boss. Kau memikirkan tentang profit, klien, popularitas, dan aku memikirkan nasib anank itu. Wanita yang berhubungan dengan Jeremiah Jawson adalah seorang pelayan di restoran. Si brengsek Jawson sering makan di restoran itu, dia beberapa kali berhubungan dengan Briana, nama wanita itu yang bahkan dia tidak kenal. Dan beberapa kali Briana menemuinya untuk meminta pertanggungjawaban, tapi dia justru meminta Briana mengugurkan bayinya."     

Oliver melipat tangan di dada, "Aku sudah mempelajari kasus ini, dan berencana untuk membela Briana." Ujar Sheina.     

Rahang Oliver menegeras, "Kita tidak hanya bicara soal keuntungan, tapi kita juga bicara soal reputasi law firm yang kubangun dari nol." Ujar Oliver.     

"Kau keberatan jika aku membela Briana?" Tanya Sheina.     

"Sheina, ada apa denganmu? mengapa kau selalu berusaha mengkonfrontasiku?" Tanya Oliver putus asa. "Jika kita terus mengurusi kasus-kasus yang tidak menghasilkan uang, bagaimana law firm ini bisa berkembang?" Tanya Oliver.     

Sheina menatap Oliver, "Ini sangat personal bagiku Boss." Ujar Sheina, "Dan jika aku tidak fit lagi di tempat ini, mungkin sudah waktunya aku mengundurkan diri." Ujar Gadis itu dengan mata berkaca menatap Oliver.     

Oliver menghela nafas dalam, dia bangkit dari tempatnya duduk, "I'll see you in my house tonight." Olvier tidak bisa bicara banyak di kantor ini, dia tidak ingin orang-orang mencium gelagat hubungan yang lebih dari sekedar partner kerja di kantornya. Dia tidak akan membiarkan orang-orang tahu soal hubungannya dengan Sheina dan dijadikan sebagai alat untuk melemahkannya.     

Sheina menatap Oliver pergi dari ruangannya sementara dia masih memegangi berkas perkara Briana dan Jeremiah Jawson. Gadis itu meletakkan berkasnya di atas meja dan meremas wajahnya. Untuk beberapa saat dia menghela nafas dalam dan barusah menenangkan dirinya, tapi siang ini setelah makan siang dia sudah berencana untuk menemui Briana untuk bicara pada wanita itu.     

***     

Lewat pukul duabelas waktu setempat, Oliver menyambangi ruangan Sheina dan gadis itu tampak sudah tak berada di ruangannya, rahang Oliver mengeras sekilas sebelum akhirnya berbalik.     

"Anak emasmu membangkang hah?" Tanya Gredy pada sepupunya itu.     

"Apa yang coba kau katakan?" Tanya Oliver.     

"Jeremiah Jawson, dia klien besar. Jika Sheina tidak bisa mengataasinya, aku akan mengambil alih." Ujar Gredy.     

"Dia sudah pergi, mungkin dia sudah menghubungi pengacara lain." Oliver memang meminta Sheina untuk tidak mengkonfrontasi dirinya, juga tidak memaksakan diri untuk membela Briana, tapi dia tahu bahwa gadis itu tidak mudah diperingatkan, dan hal terburuk yang mungkin terjadi dan hampir pasti terjadi adalah Sheina tetap nekat membela Briana. Apa jadinya jika Oliver menyetujui Gredy membela Jeremiah Jawson, tidak mungkin ada perang saudara di dalam satu persidangan.     

"Aku tidak melepaskan klien kakap semudah itu bro, aku sudah menghubunginya dan meyakinkannya bahwa dia bisa mempercayakan kasusnya padaku. " Gredy tersenyum sumringah. Tidak biasanya dia bisa mendapatkan klien kakap semudah itu, dan Gred bukan pengacara yang cukup diperhitungkan namanya meski dia sudah cukup lama berkecimpung di dunia advokad.     

"Ini kesempatan bagiku untuk mendapatkan publikasi yang besar dari kemenangan Jeremiah Jawson." Ujar Gredy. "Welcome to the world, selebrity lawyer." Dia tertawa sembari meninggalkan Oliver.     

"Gred, kusarankan kau ambil klien lainnya." Oliver bicara di sela gigi-giginya yang teraktup.     

"Talk to my hands." Gredy berbalik dan hanya menatapnya sekilas sebelum belalu. Oliver menghela nafas, ini seperti sebuah bencana baginya. Dia tidak bisa membela salah satu diantara Gredy atau Sheina, dua orang itu penting baginya. Setidaknya Gredy adalah sepupunya, dan Sheina adalah orang yang dia cintai meskipun komitment diantara mereka saat ini adalah berjalan masing-masing, dan hanya sebagai teman.     

***     

Di tempat lain, Sheian sedang berkunjung ke sebuah apartment sempit dimana Briana tinggal.     

"Hi." Sapa Sheina.     

"Thanks for comming." Briana terlihat berbinar, dengan perut besarnya dia berusaha berjalan ke arah Sheina.     

"Bagaimana kandungamu?" Sheina bertanya dengan senyum yang berusaha menguatkan, karena jujur saja sejak Sheian muncul dari balik pintu Briana sudah hampir menangis haru.     

"Em . . . dia sudah sangat aktif." jawabnya.     

"Terimakasih sudah menghubungiku." Ujar Sheina.     

"Ya, aku melihatmu beberapa kali di televisi dan kau selalu memukau dengan keberhasilanmu memebela orang-orang lemah seperti kami. Aku mati-matian mencari nomor kontakmu sampai aku mendapatkannya. " Ujar Briana. Sheina tersenyum, publikasi memang dibutuhkan, bahkan olehnya. Dengan begitu lebih banyak orang yang mengenalnya dan bisa mendapatkan bantuan hukum darinya.     

"Aku senang kau menghubungiku." Ujar Sheina. "Sekarang ceritakan padaku dengan lebih rinci." Ujarnya.     

Briana menelan ludah, "Aku bekerja di sebuah restoran bintang lima di sebuah hotel. Meskipun saat itu aku bekerja sebagai pelayan pengganti untuk staf yang mengambil cuti selama dua bulan. Pria itu datang dengan seorang wanita saat pertama kali aku bertemu dengannya." Ujarnya.     

"Bagaimana kalian bisa saling bicara?" Tanya Sheina.     

"Dia kembali dari toilet dan dengan tidak sengaja menjatuhkan dompetnya, aku menemukannya dan mengembalikan dompet itu padanya." Terang Briana.     

"Kau ingat tanggal dan waktunya?" Tanya Sheina. Briana mengangguk dan mengatakan tanggal dan waktu kejadian itu, sementara Sheina menulisn di catatannya, dia butuh cctv restoran untuk dijadikan alat bukti sesuai dengan tanggal dan waktu yang disebutkan Briana barusan.     

"Lalu apa yang terjadi setelah itu?" Lanjut Sheina.     

"Dia memintaku menuliskan nomor ponselku di ponselnya dan aku melakukannya. Saat itu yang kupikirkan adalah dia pria baik, dia memberiku tip besar dan dia bahkan menjanjikan imbalan karena aku menemukan dompetnya. Saat itu aku masih begitu naif." Sesal Briana.     

Sheina menghela nafas dalam, "Dia menghubungimu lagi setelah itu?" Tanya Sheina lagi.     

"Ya, dia memintaku datang ke sebuah apartment dan aku datang. Dia mengatkana akan memberikan imbalan di sana." Ujarnya.     

"Lalu?"     

"Dia memberikanku imbalan berupa uang tunai sebesar seratus ribu dollar. Itu jumlah uang yang sangat besar untukku." Ujar Briana. "Dia mengajakku makan malam dan bercerita banyak hal tentang dirinya, aku pikir dia pria yang sangat baik, dan dengan bodohnya aku jatuh ke pelukannya mulai malam itu dan semakin sering setelahnya." Ujar Briana.     

"Seberapa sering kalian bertemu?" Tanya Sheina.     

"Dalam satu minggu dia bisa memintaku datang ke apartmentnya lima atau enam kali."     

"Dan kau datang?" Tanya Sheina tak percaya.     

"Aku sangat mencintainya." Briana mulai berkaca, dia mengelus perutnya.     

"Kau tahu dia sudah menikah bukan?" Tanya Sheina.     

"Ya." Angguk Briana sedih, air matanya berjatuhan.     

"Look, Briana." Sheina menatap wanita itu. "Terimakasih karena kau memilih untuk menjaga kehamilanmu mesku kau punya pilihan untuk membuangnya." Ujar Sheina dengan suara bergetar, dia merasa ada koneksi secara pribadi antar dirinya dengna kasus ini. "Kau tahu Jeremiah Jawson akan melakukan apapun untuk menghancurkanmu karena dia berpikir bahwa kehancuran karir dan kehancuran rumahtangganya semua karenamu." Sheina menatap Briana.     

"Ya, tapi lihatlah aku. Aku sekarang pengangguran, aku hidup dari sisa tabungan yang kumiliki dan bahkan mungkin aku akan segera menjadi glandangan bersama anak ini." Ujar wanita itu dengan tangis yang semakin menjadi.     

"Apa dia menemuimu lagi setelah kau menuntutnya?" Tanya Sheina.     

"Ya, bukan dia tapi seseorang, mungkin orang yang dia kirim." Ujar Briana.     

"Apa yang dia tawarkan?" Tanya Sheina.     

"Aku harus menandatangani surat perjanjian untuk tidak mengungat lagi seumur hidupku, dan seumur hidup anakku, dan tidak pernah memberitahukan kenyataan tentang anak itu jikapun anak itu anak Jeremiah atau pria lain. Dia akan memberiku uang satu setengah juta dollar setelah dia memastikan hasil DNA anak ini. Dia yang akan mengurus dan hanya dia yang akan tahu hasilnya. Dan jika ini anaknya, maka dia akan memberikanku uang itu dan memintaku pergi." Tangis Briana menjadi dan Sheina hanya bisa memeluknya.     

-to be continue to the next part-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.