THE RICHMAN

The Richman - Doubts



The Richman - Doubts

0Claire mencari George yang tak berada di kamarnya, tampaknya ayah Claire mengajaknya jalan-jalan ke kebun anggur milik mereka. Claire menemukan ponsel George bergetar-getar tampaknya panggilan masuk. Claire ragu-ragu untuk mengangkat panggilannya itu, jadi dia membiarkan panggilan itu berakhir tak terjawab.     

Claire membuka ponsel George dan melihat galery, mengingat mereka belum pernah mengambil foto bersama selama mereka menjalin hubungan. Awalnya Claire penasaran apakah George memang bukan tipe pria yang menyimpan foto kekasihnya di dalam galery ponselnya.     

Claire membuka ponsel George dan menemukan beberapa foto. Foto dirinya bersama keluarganya, kemudian bersama ayahnya, bersama kakeknya, dan terakhir bersama ibunya. Claire mengulirkan kebawah dan tersisa satu foto bersama seorang wanita muda. Claire berhenti di foto itu, tampaknya foto itu diambil beberapa tahun lalu, wajah George tampak begitu muda.     

"Hei . . ." Suara George mengagetkan Claire dan dia tertangkap basah sedang membuka ponsel George.     

"Sorry." Claire tak bisa mengelak karena barang bukti ada di tangannya.     

"It's ok." George tersenyum, dia mengambil alih ponsel saat Claire menyodorkan ponsel tunangannya itu padanya. George sempat melihat ke arah layar ponselny, dia mengalihkan pandangannya pada Claire.     

"Kau melihat foto ini?" Tanya George.     

"Aku tidak berniat untuk melanggar privasimu." Jawab Claire.     

George meletakkan ponselnya di atas meja, "Tidak ada hal yang ku sembunyikan darimu."     

"Ya." Angguk Claire, tapi dari kilatan dimatanya dia jelas kecewa.     

"Kau bertanya-tanya tentang siapa gadis itu?" Tanya George pada Claire, wanita itu memilih untuk duduk di tepi ranjang. "Aku tidak akan bertanya apapun." Ujar Claire.     

George menghela nafas dalam, dia duduk di tepi ranjang, tepat di sebelah Claire hanya saja dia memberi jarak. "Aku tahu, tidak memberitahu masalalu padamu adalah hal buruk. Tapi lebih dari itu, aku tidak ingin kau terganggu dengan masalaluku, karena bagiku kau adalah sekarang dan masadepanku." Ujarnya.     

"Ok." Clarie menjawab lirih. Dia menoleh ke arah George, "Aku tidak akan mempermasalahkan masalalumu seperti kau tak pernah mempermasalahkan masalaluku." Ujar Claire, dia bangkit berdiri dan meninggalkan George. Dia keluar dari kamar yang ditempati dan berjalan ke kebun belakang, tepat dimana ibunya berada menikmati keindahan bunga di taman.     

"Mom. . ." Claire berjalan mendekati ibunya dan duduk di samping wanita itu.     

"Hai sayang." Mrs. Parker menatap puterinya itu. "Apa yang menganggumu?" Tanyanya, dia meletakkan gunting taman di tangannya dan melepas sarung tangan yang dia kenakan. Mrs. parker meraih tangan puterinya dan menatapnya dalam.     

"Soal ayahmu, semuanya akan baik-baik saja." Sang ibu meyakinkan pada puterinya bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi tidak bagi Claire, kali ini bukan soal ayahnya, melainkan soal George. Dan dia bahkan tak yakin apakah akan bercerita tentang hal ini pada ibunya atau tidak.     

"Mom . . .ceritakan padaku bagaimana kau bisa menikahi daddy?" Tanya Claire, dan sang ibu terkekeh mendadak.     

"Jika kau berharap mendengar kisah romantis di balik pernikahan kami, kau tidak akan mendapatkannya." Ujar sang ibu.     

"Aku belum pernah mendengar cerita tentang kalian." Claire tampak antusias, setidaknya ini bisa membantu menetralisir perasaannya juga mengalihkan perhatian dari apa yang barusan terjadi antara dirinya dan George.     

"Aku tidak mencintai ayahmu sama sekali." Ujar sang ibu. "Dia adalah putera dari kolega ayahku, entah bagaimana mereka bisa saling kenal saat itu, tapi ayahku mati-matian ingin aku menikahi putera temannya." Sang ibu menatap Claire.     

Wanita tua itu menghela nafas dalam, "Jangan marah saat aku mengatakan bahwa aku menikahi ayahmu bukan karena cinta." Ujarnya.     

"No, it's ok, just tell me the truth." Jawab Claire.     

"Ayahmu memiliki kekasih di masalalunya, mereka saling jatuh cinta sangat dalam kurasa. Tapi ayahmu tidak bisa menolak permintaan ayahnya. Singkatnya kami menikah." Ujar Mrs. Parker.     

"Jika mommy tahu kalau Daddy mencintai wanita lain, mengapa mommy tidak menolaknya?" Tanya Claire.     

Mrs. Parkert menatap puterinya itu, "Ayahmu memiliki pekerjaan yang bagus, dan aku yakin bahwa menjadi isterinya akan menyelamatkanku secara finansial. Penghasilanku sebagai guru les balet tak seberapa dan aku butuh tempat bergantung yang lebih kuat, dan itu adalah ayahmu. Itu alasannya aku menerima perjodohan itu."     

"Lalu bagaimana kalian bisa saling jatuh cinta?" Tanya Claire lagi, sang ibu tersenyum getir. Dia menatap wajah puterinya itu dan meremas tangannya, "Aku tak ingin ceritaku ini memepengaruhi keputusanmu untuk menikahi tunanganmu sayang." Ujar sang ibu.     

"Tidak mom, tidak akan. Aku mencintai George dan keputusanku untuk menikahinya sudah bulat, jadi aku tidak akan terpengaruh apapun." Claire tersenyum dibalik kalimat bohongnya. Sejujurnya saat ini dia sedang sangat ragu karena apa yang baru saja dia lihat di ponsel George. Saat foto dirinya tak ada di ponsel George tunangannya, tapi George menyimpan foto wanita lain di dalam galery ponselnya.     

Mrs. Parkert menatap dalam puterinya, "Sampai detik ini ayahmu tak pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku." ujar Mrs. Parker, kalimat yang dilontarkan wanita tua itu membuat Claire membeku. Kesadarannya seolah baru saja dihantam benda besar yang menghancurkannya berkeping-keping, bagaimana mungkin mereka menjalani hubungan suami isteri selama puluhan tahun tanpa rasa cinta?     

"Mom . . ." Claire meremas tangan ibunya dan wanita tua itu tersenyum. "Maafkan aku sayang." Ujar Mrs. Claire.     

"Bagaimana mungkin mommy bertahan selama ini dengan daddy jika daddy tak mencintai mommy?" Tanya Claire dengan perasaan yang hancur.     

Mrs. Parker berkaca, "Demi dirimu." jawabnya dengan suara bergetar.     

"Momy, tidak seharusnya mommy mengorbankan kebahagiaan mommy demi aku." Ujar Claire.     

Mrs. Parker meraih wajah puterinya, "Itulah sebabnya aku membelamu mati-matian saat kau membangkang dari ayahmu dan ingin mengejar cinta sejatimu. Aku mendukungmu saat itu karena aku tahu bagaimana rasanya bertahun-tahun hidup dalam kebohongan. Pernikahan tanpa cinta, itu menyiksa Claire, dan aku tidak ingin kau menjalaninya sepertiku." Ujar Mrs. Parker.     

Mata Claire berkaca, dia segera memeluk ibunya itu, "Maafkan aku mom, aku membiarkanmu menanggung semua penderitaan itu sendiri." Bisiknya.     

"I'm ok dear." Jawab sang ibu. Mereka saling menatap kembali setelah pelukan mereka berakhir. "Jika dad tak pernah mencintai mommy, apa dia masih menjalin hubungan dengan wanita di masalalunya?" Tanya Claire dan Mrs. Parkert terdiam, dia tak sanggup menjawab.     

Claire memeluk ibunya sekali lagi, "Mengapa mommy berkorban terlalu besar untuk mempertahankan rumahtangga ini? Tidak ada cinta untuk mommy, dan daddy masih bertemu dan menjalin hubungan dengan wanita di masalalunya, rumahtangga macam apa yang mommy jalani?" Claire menatap wajah keriput ibunya itu.     

Mrs. Parker menarik nafas berat, "Aku dibesarkan dari keluarga broken home, dan itu juga bukan pilihan yang mudah untuk dijalani. Bertahun-tahun hidup dalam ketakutan karena pertengkaran orang tuaku, dan sisanya kuhabiskan dengan diperebutkan oleh mereka berdua. Saat mereka bertemu, jangankan kata cinta, cara mereka bersitatap seolah ingin saling membunuh." Ujar Mrs Parker dengan tatapan menerawang jauh kedepan. "Aku tidak ingin puteri semata wayangku merasakan hal buruk itu juga." Senyumnya menatap Claire.     

"Mom, kau melalukan segalanya untuk melindungiku dan lihatlah aku, aku mengacaukannya dan menyakitimu. Membiarkanmu mengalami semua hal buruk ini sendirian." Sesal Claire.     

Mrs. Parkert menatap dalam pada puterinya itu, "Aku bangga padamu sayang, kau bisa membuat pilihan untuk hidupmu sendiri. Kau memiliki keberanian untuk mengatakan tidak dan kau berjuang untuk menemukan kebahagiaanmu sendiri, sesuatu yang tak pernah bisa kulakukan sepanjang hidupku." ujar Mrs. Parker. "Aku hidup dalam bayang-bayang ketakutan seumur hidupku, ketakutan akan kegagalan orangtuaku, ketakutan akan nasib puteriku jika aku melakukan pilihan-pilihan yang tak pernah kupilih." ujarnya.     

Claire menghela nafas dalam, "Kau bisa meninggalkan daddy sekarang, belum terlambat." Ujar Claire. "Nikmati hidupmu sendiri, bebas dari belenggu pernikahan ini mom." Imbuhnya, dia benar-benar ingin membebaskan ibunya dari pernikahan palsu yang dijalaninya puluahn tahun.     

Mrs. Parkert tesenyum, "Aku memang mengatakan bahwa ayahmu tidak pernah mengatakan cinta padaku, dan aku juga mengatakan bahwa ayahmu masih menemui wanita dimasalalunya, tapi kau belum mendengar bahwa aku jatuh cinta pada ayahmu."     

"What?" Claire tidak bisa menerima kalimat terakhir ibunya. "Dia menghianatimu mom, bagaimana kau bisa mencintainya?"     

Mrs. Parker tersenyum lagi, "Pria galak dan keras kepala itu bertanggungjawab padaku dan puteriku. Hidup kami tak pernah berkekurangan dan dia melindungi kita saat dia berada di rumah." Ujarnya. "Aku tidak pernah peduli apa yang dia lakukan diluar sana, tapi dia selalu ingat pulang. Bagiku itu sudah cukup, lagipula aku tahu bahwa sejak awal dia tak pernah menginginkanku, tapi dia memberikan dirimu untukku, bagiku kau saja sudah cukup untuk membuatku bertahan sayang." Mrs. Parker tersenyum kembali.     

"Kau bertanya ini padaku karena kau ragu dengan pilihanmu?" Mrs. Parker membaca raut wajah puterinya, dan sepandai apapun menyembunyikan masalah dari mata seorang ibu, dia akan tahu pada kesemaptan pertama jika anak-anaknya mengalami masalah. Terkadang tak harus bertatap muka untuk tahu anak-anaknya mengalami masalah, bahkan melalui perasaan mereka yang begitu peka, kontak batin bisa menjadi alasan mengapa ibu merasakan apa yang dirasakan anak-anaknya, bahkan ketika anak-anaknya tak bercerita padanya.     

"Aku menemukan foto wanita lain di ponsel George." Jujur Claire.     

"Dan kau bertanya padanya siapa wanita itu?" Tanya Mrs. Parker, tapi Claire menggeleng pelan.     

"Oh sayang, mengapa kau tidak bertanya jika kau memang ingin tahu." Mrs. Parker menyesalkan jawaban Claire.     

Wanita muda itu menatap jauh kedepan, "Dia tidak pernah mempermasalahkan masalaluku meski aku mengatakan semuanya hingga bagian paling buruk, apakah pantas aku bertanya tentang siapa wanita itu?"     

"Bertanyalah, dan kau akan menemukan jawaban." Mrs. Parker meyakinkan Claire.     

"Kau tahu, aku bisa melihat bahwa George adalah pria yang baik. Mungkin dia melewati banyak hal di masalalunya, tapi aku melihat dia begitu mencintaimu sayang." Imbuh wanita tua itu.     

"Bagaimana mommy tahu?"     

"Mommy knows everythings." jawabnya disusul senyuman dan senyuman yang sama juga mengembang di wajah Claire.     

"Aku tidak siap mendengar jawabannya." Claire menatap ibunya.     

"Kalian saling mencintai, dan cinta akan selalu menemukan jalan keluar." Mrs. Parker meyakinkan kembali puteranya itu. "Seperti cinta juga menemukan alasan untuk bertahan." Wanita tua itu mengambil gunting dan sarung tangannya kemudian meninggalkan Claire sendiri di taman belakang. Dia tahu bahwa George sudah menunggu untuk bisa bicara dengan Claire. Dan benar saja begitu Mrs. Parker masuk kerumah, dia menepuk pundak George, dan pria muda itu tersenyum sekilas.     

George bergegas keluar dari dalam rumah dan menghampiri Claire.     

"Hi." Sapanya kikuk.     

"Hi." jawab Claire.     

"Emanuella Dimitry, dia teman kuliahku dulu." Ujar George.     

Claire menoleh pada George, "Kau mencintainya?" Tanya Claire.     

"Dulu." Jawab George.     

"Mengapa kau memberitahuku?" Tanya Claire.     

George meraih tangannya, "Dia bukan satu-satunya wanita yang pernah dekat denganku. " Ujar George. "Tapi yang lebih penting dari semua itu, aku mencintaimu lebih dari apapun. Kau masadepanku." George mengambil ponselnya dan menghapus foto Ella di hadapan Claire.     

"Let's take our picture." George menaikan ponselnya sampai ke enggel yang pas dan saat itulah dia mengecup bibir Claire tepat saat jarinya menyentuh tombol capture.     

George menatap Claire dalam, "My future." George menelan ludah dan Claire menatapnya nanar. Sejurus kemudian Claire meraih wajah George dan mencium pria itu. "Sorry." Bisiknya di tengah ciuman.     

Mrs. Parker menyaksikan semuanya itu dan tersenyum, dia tidak menyadari bahwa suaminya berdiri di belakangnya sejak tadi.     

"Oh, kau mengagetkanku." Mrs. Parker segera meninggalkan tempatnya berdiri dan bergegas naik tangga, tapi tampaknya karena terburu-buru dia hampir tergelincir, dan Mr. Parker berdiri di belakangnya untuk menyelamatkannya.     

"Thank you." Mrs. Parker menegakkan dirinya segera. Sementara itu Mr. Parker masih menatapnya, "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Claire." ujar pria tua itu, dan Mrs. Parker membeku.     

"Claire layak tahu semuanya." jawab wanita itu singkat, Mrs. Parker bergegas menaiki tangga, dan baru dua anak tangga yang dia lewati dia mendengar kalimat yang dilontarkan Mr. Parker padanya, "I love you."     

Wanita itu menghentikan langkahnya dan menoleh pada pria tua di tangga. "Aku tidak pernah lagi menemui wanita itu sejak kau melahirkan Claire." Ujarnya.     

"Mengapa kau baru mengatakannya sekarang?" Tanya Mrs. Parker pada suaminya.     

"Aku berharap kau tahu bahwa aku mencintaimu dari apa yang kulakukan padamu dan puteri kita, bukan sekedar kata-kataku." Ujar Mr. Parker.     

Mrs.Parker kembali menuruni anak tangga dan menatap pria itu, "Dasar pria egois." Gumamnya. "Egomu lebih besar dari kepalamu." Bisik Mrs. Parker sebelum memberikan ciuman pada suaminya itu.     

Mrs. Parker melepaskan ciumannya dan menatap pria itu, "Kau benar-benar jahat." Bisik wanita tua itu.     

Mr. Parker tersenyum, ini kali pertama sepanjang pernikahan mereka, Mrs. Parker melihat suaminya tersenyum lepas. "Dan kau benar-benar cantik."     

"Bagaimana bisa kau menyimpan perasaanmu puluhan tahun pria tua?" Tanya Mrs. Parker.     

"Kau juga menyimpan perasaanmu selama ini."     

"Apa yang akan terjadi jika kita membiarkan perasan ini tersimpan selamanya dan tak terungkapkan." Geleng Mrs. Parker.     

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku akan mengatakannya padamu sebelum aku mati." ujar pria tua itu.     

"Dan setelah aku tahhu perasaanmu padaku, aku tidak ingin mati dalam waktu dekat." Mrs. Parker berkaca.     

"Tidak akan." Mr. Parker meraih tangannya. "Claire akan menikah dan dia akan memberi kita banyak cucu, jadi kita tidak akan mati dalam waktu dekat." Mr. Pareker meraih tangan isterinya itu. Dan dari halaman belakang Claire bisa melihat romantisme orang tua mereka.     

"Ini kali pertama aku melihat mereka saling berciuman." Ujar Clarie.     

"Benarkah?" George tak percaya.     

"Mereka menikah saat tak saling mencintai." Jawab Claire.     

"Dan mereka berkomitment sejauh ini. Kurasa yang terbesar bukan hanya cinta tapi juga komintent." Jawab George.     

"Tidak akan ada komitment tanpa cinta George." Bantah Claire. "Mereka tidak akan saling mencium dan memeluk seperti hari ini jika tidak ada cinta."Imbuhnya.     

"Ok aku mengalah dalam hal ini." George menatap Claire.     

"Cinta selalu menemukan jalan keluar, dan cinta juga selalu menemukan alasan untuk bertahan. Setidaknya itu yang ibuku katakan dan lakukan." Wanita itu menatap George, dan sekali lagi George meraih wajahnya dan melumat bibirnya lembut.     

"Aku melihat semua kebaikan ibumu dalam dirimu, sayang." Ujar George di penghujung ciumannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.