THE RICHMAN

The Richman - Throw Back



The Richman - Throw Back

0Hari ini adalah hari dimana pernikahan Ketty dan Ben dilangsungkan. Oliver hadir dalam pemberkatan pernikahan mereka dan berdiri disamping Sheina memegang tangan gadis itu. Mengapa dia saat ini berada sedekat itu dengan Sheina bukan tanpa alasan.     

Enam bulan lalu saat Sheina dan Oliver datang kerumah salah satu clientnya, Vely Morone dan berusaha membebaskan wanita itu dari kekerasang yang dilakukan suaminya, Oliver tertembus dua peluru dari revolver di tangan Ludwig Morone. Polisi datang dan bisa menyergap Ludwig yang bukannya melarikan diri tapi justru malah masuk kedalam kamar dan mengunci dirinya dalam ketakutan, sementara itu Vely dan Sheina berusaha menolong Oliver.     

Nyawa pria itu berada di ujung tanduk karena dua peluru itu menembus bagian dada dekat dengan jantung dan merobek salah satu otot vital hingga menyebabkan pendarahan hebat. Sheina memeluk Oliver dalam tangisnya, "Stay with me, stay with me, please . . ." Tangisnya menjadi saat Oliver dengan tangan yang berlumuran darah itu memegang wajah Sheina dan mengatakan "I love you." Sebelum dia menutup matanya perlahan setelah tersengal-sengal beberapa kali.     

Saat ambulance datang dan Oliver dinaikkan ke atas ambulance, tangan Sheina terus mendekap luka di dadanya agar tidak terus terjadi pendarahan hingga tiba dirumahsakit. Gadis itu berdiri di ambang pintu menunggu Oliver yang tengah berjuang melawan kematian di meja bedah.     

Dokter mengatakan sempat kehilangan Oliver saat usaha mengeluarkan proyektil dari dada pria itu. Tapi dengan segenap dedikasi tim bedah akhrinya denyut jantung Oliver kembali. Dia bahkan sempat mendapatkan jeda operasi dengan kondisi perutnya masih terbuka karena jika dilakukan satu kali pembedahan dengan darah yang keluar sedemikian banyak, tubuh Oliver tidak akan kuat.     

Sheina hanya bisa menatapnya dari luar ruangan kaca dengan pakaian yang masih berdarah, dalam hatinya dia menyalahkan dirinya sendiri. Andakan dia tidak berkeras untuk menyelamatkan Vely, mungkin Oliver tidak akan pernah mengalami kejadian buruk yang mungkin merenggut nyawanya saat itu juga.     

Tapi tim dokter yang gigih tidak menyerah, rumahsakit terbaik dengan biaya selangit itu memberikan kesempatan kedua bagi Oliver untuk hidup. Setelah berjuang dengan total waktu operasi selama hampir delapan jam, akhirnya Oliver selamat. Namun tak selesai di situ saja. Dia harus melewati masa-masa kritis dan pemulihannya lebih dari tiga bulan.     

Banyak kasusnya yang akhirnya ditake over oleh pengacara lain dibawah naungan law firm miliknya termasuk Sheina. Dia menghabiskan banyak waktu untuk berada di kantor dan bekerja, lalu setiap malam dia akan menghabiskan waktunya bermalam di rumahsakit.     

Bahkan Marshall Hawkins turun tangan untuk membantu kasus-kasus besar yang ditangani puteranya dan dia menang dengan gilang gemilang. "The King come back." Gurau Oliver saat ayahnya berkunjung untuk menemuinya. Tak hanya semakin dekat dengan Oliver, Sheina juga semakin dekat dan semakin mengenal Marshall Hawkins. Pria yang hangat dan lembut juga penyayang dan jelas sekali sangat piawai di bidangnya, bahkan bisa dikatakan dia adalah master dalam bidang advokasi, yang terbaik dari yang pernah Sheina temui sebelumnya sepanjang karirnya.     

Meski begitu hubungan tak selalu berjalan mulus. Oliver Hawkins yang baru saja mendapatkan kesempatan untuk menjalani kehidupan keduanya kini berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bukan lagi pria yang arogan, kasar, dan suka menjatuhkan. Dia menjadi pribadi yang seratus delapan puluh derajat berbeda dari sebelumnya. Dia menjadi peria yang hangat, penyayang, dan supportif, termasuk pada semua anak buah dan partnernya, bahkan pada Gredy, sepupu yang tak pernah disukainya sama sekali.     

Hubungannya dengan Marshall sang ayah juga menjadi semakin dekat setelah kejadian itu. Marshall tak sedikitpun meninggalkan puteranya itu dimasa-masa kritisnya hingga dia bisa mulai recovery. Dan tanpa mengenal lelah, Marshall memeriksa semua kasus Olvier dan mengambil alih kasus itu dalam persidangan yang rumit dan melelahkan. Tapi setiap kali bertemu puteranya, entah kemana semua kerumintan dan kelelahan itu, lenyap begitu saja dari wajahnya.     

Di bulan pertama setelah dia pulih, Oliver meminta Sheina untuk tinggal bersama dengan dirinya tapi gadis itu menolak, setelah sempat meminta waktu beberapa minggu.     

"Oliver, aku tidak bisa terburu-buru seprti ini." Ujar Sheina saat itu, saat mereka bicara di rumah Oliver.     

Oliver menghela nafas dalam, "Mengapa?" Tanyanya. "Kau selalu mengatakan bahwa aku arogan, kasar, sombong, dan semua sifat buruk itu ada padaku. Dan sekarang aku berubah untukmu, untuk kita agar kita bisa bersama." Oliver terlihat berusaha dimengerti oleh Sheina. "Apa bagimu aku adalah sebuah project, dan sekarang setelah aku berubah projectmu selesai dan kau tak tertarik lagi padaku?" Desaknya.     

"Oliver, tinggal bersama atau tidak tidak akan merubah apapun." Ujarnya.     

"Jadi bagimu tidak ada artinya?" Alis Oliver bertaut dalam.     

Sheina menghela nafas dalam, "Aku terbiasa tinggal bersama ayahku, dan ini kali pertama aku merasakan kebebasan yang sesunggunya, aku menikmati hidupku sebagai orang yang mandiri, dan tinggal bersamamu membuatku kehilangan semuanya, aku akan kembali bergantung pada seseorang, dan itu tidak adil bagiku." Jawab Sheina.     

"Ini bukan soal adil atau tidak, ini soal komitment kita." Olvier berbicara di sela gigi-giginya yang terkatup. "Kau tahu, aku bahkan hampir gila setiap kali memikirkan saat aku lelah dan pulang kerumah aku berharap kau ada di rumah ini bersamaku, kita menghabiskan malam dengna tidur di ranjang yang sama, kita berbagi sarapan pagi, apa itu semua tidak ada artinya bagimu!?" Oliver menjadi sangat emosional saat itu, tapi dia beusaha meredamnya, karena melepaskan semua emosinya secara membabibuta tidak akan memperbaiki keadaan, justru akan memperburuknya.     

Oliver menatap Sheina, "Awalnya aku akan melamarmu, memintamu menikah denganku, tapi jika kau saja tidak ingin tinggal bersama, percuma aku memintamu. Aku sudah tahu jawabannya sebelum aku meminta." Ujar Oliver.     

"Ini tidak adil Oliver, kau mengancamku!" Protes Sheina.     

"Aku tidak mengancamku, aku hanya selesai dengan urusan perasaanku padamu. Kita tidak berada di level yang sama dalam hal ini, aku sangat menginginkamu dan kau tidak." Oliver membantah.     

"I'm done with you." Oliver menelan ludah, dia duduk dengan wajah tertunduk dan Sheina mengambil coat miliknya lalu pergi dari rumah itu. Satu jam yang lalu mereka masih bercinta dengan penuh gairah, dan di jam berikutnya pertengkaran terjadi hingga hubungan mereka berakhir begitu saja.     

Empat bulan kemudian mereka bekerja layaknya teman biasa, masih saling peduli tapi dalam batas yang wajar. Sheina bahkan didekati beberapa pria selama beberapa bulan Sheina sempat didekati oleh beberapa pria yang dia kenal termasuk salah satu klien mereka yang adalah pengusaha kaya raya di kota itu.     

Ada rasa cemburu di hati Oliver setiap kali Sheina dekat dengan pria lain, begitu juga dengan Sheina yang juga cemburu pada Oliver jika ada wanita yang mendekatinya hingga sebuah kejadian buruk di dalam lift menjadi triger bagi mereka untuk rujuk kembali.     

Saat itu mereka tengah berada di dalam lift untuk pulang dan terjebak karena mendadak kelistrikan di dalam gedung itu bermasalah. Butuh waktu dua jam untuk kembali memulihkan kelistrikan di dalam gedung dan di dalam lift hingga lift tersebut mau berjalan lagi.     

Dan selama kondisi gelap dan pengap itu Sheina berada di dalam pelukan Oliver dan pria itu berusaha menenangkannya sembari mengusap-usap pungunggnya. Mereka duduk di lantai lift dengan mata tertutup sementara Oliver mengajarinya mengatur nafas.     

Dan untuk mengalihkan perhaitan Sheina dari kepanikan dan ketakutannya dalam kondisi gelap dan pengap itu, Oliver menceritakan semua moment kebersamaan mereka selama ini. Tampaknya bukan hanya ketenangan yang diperoleh Sheina tapi semua kenangan itu menyeruak dan kembali memenuhi hati mereka berdua.     

"Kau masih mengingat semuanya?" Tanya Sheina.     

"Ya." Angguk Oliver.     

"Jadi gadis blonde yang keluar masuk ruanganmu?" Tanya Sheina lagi.     

"Aku membayarnya untuk membuatmu cemburu." Jawab Oliver jujur.     

"Really?" Sheina tersenyum dalam gelap.     

"Kau sendiri, bukannya berkencan dengan Marco, pengusaha kaya yang menjadi klien terakhirmu?"     

Sheina tersenyum lagi karena pertanyaan tuduhan itu jelas sekali menggambarkan kecemburuan Oliver padanya. "Dia mengajakku keluar beberapa kali." Sheina tahu betul bagaimana memancing kecemburuan Oliver.     

"Baguslah." Oliver berdehem.     

"Kau cemburu?" Tanya Sheina.     

"Ya." Jujur Oliver, pria itu benar-benar sudah sangat jauh dari kesan arogan. Dia bahkan lebih terbuka dan bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya, berbeda dengan sebelumnya.     

Sheina meraba wajah Oliver dengan tangannya dalam kegelapan di dalam lift itu, "Tapi aku tidak bisa melupakanmu." Bisiknya.     

Mendengar hal itu, Oliver merunduk dan menemukan bibir Sheina hingga akhirnya mereka berciuman dan menikmati romansa itu kembali dari kejadiaan naas terjebak di dalam lift. Dan sejak hari itu, mereka membuat kesepakatan ulang soal komitment mereka berdua.     

Oliver berjanji untuk tidak memaksa Sheina untuk buru-buru pindah apalagi menikah, sementara itu Sheina meyakinkan bahwa tidak ada pria lain yang bisa menggantikan posisinya di hati Sheina juga sebaliknya. Jadi soal komitment mereka sudah mantap dengan pilihan mereka satu dengan yang lainnya, hanya saja soal waktu yang belum menemukan kesepakatan diantara mereka berdua. Dan kini di pernikahan ayah Sheina dengan Ketty, Oliver mantap menghadirinya bersama Sheina.     

Gadis itu berkaca menyaksikan pernikahan ayahnya yang kedua kali dengan Ketty, wanita yang begitu mirip dengan ibunya. Sheina berkaca, dia bahkan menangis haru saat melihat betapa bahagianya ayahnya.     

"Aku berharap kita bisa secepatnya berdiri di posisi itu." Oliver berbisik padanya dan Sheina tersenyum di tengah tangsinya, meski itu jelas bukan jawaban "ya" untuk ajakan Oliver.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.