THE RICHMAN

The Richman - Worrying About You



The Richman - Worrying About You

0Oliver menggedor pintu dengan kasar dan itu membuat Nick terpancing untuk marah, tapi Sheina melompat dan menghalangi Nick meninju wajah Oliver jika pria besar itu membuka pintu.     

"It's ok Nick, I'll open the door." Sheina meyakinkan Nick dan membuka pintu untuk Oliver.     

"Hi." Sheina menyapa dengan wajah babak belur, dan itu membuat Oliver shock tapi langsung menggulung gadis itu dalam pelukannya. "How dare you worry me till i almost die." Bisik Oliver saat memeluk Sheina dalam pelukannya.     

Nick berdiri di dekat Malla sementara Derex melipat tangan di dada melihat dari ruangan lain di rumah kecil yang pengap milik Nick itu.     

"Mereka yang melakukannya?" Oliver berdiri di depan Sheina untuk membelanya.     

"Calm down boss." Sheina memegangi Oliver dan menatapnya dalam. "Bisakah kita bicara setelah kau meletakkan egomu?" Tanya Sheina dan Oliver menghela nafas dalam.     

"Kita ke rumahsakit sekarang, kau harus diobati." Oliver terlihat khawatir tapi Sheina meyakinkannya, "Aku sudah diobati, Malla, dia lebih hebat dari dokter di rumahsakit." Puji Sheina, "Bisakah aku meminta bantuanmu kali ini?" Gadis itu menatap Oliver, dan setelah hampir mati karena rasa khawatirnya tentu saja permintaan Sheina bukan apa-apa dibandingkan dengan mecari gadis itu tanpa tahu dimana dia berada.     

"Have a sit." Sheina menuntun Oliver dan membuat pria itu duduk sementara dia duduk di sebelahnya dan mulai menceritakan semua yang terjadi hari ini tapi memutar fakta soal penculikan, dia mengatakan beberapa orang menyerangnya dan Nick juga Malla menyelamatkannya.     

Oliver mendengarkan dengan saksama semua cerita mulai dari bagaiman Mrs. Voss dengan pernikahan pertamanya lalu bagaimana dia mengenal pria itu hingga apa yang terjadi selama pernikahan itu. Bagaimana Malla menghabiskan waktu-waktunya dalam ketakutan saat ibunya tak berada di rumah. Dia harus menjaga adiknya dan diperlakukan dengan sangat menjijikan oleh sang ayah tiri dan itu bukan hanya sekali. Puluhan bahkan mungkin ratusan kali setiap kali ada kesempatan.     

Bahkan setelah bercerai dengan Mrs. Voss pria itu masih kembali untuk melampiaskan nafsu biadabnya pada sang anak tiri. Bagaiman Zoey menyelamatkannya dan lari bersama Jhon hingga minggu berikutinya dia dikabarkan tewas dengan Jhon yang dituduh sebagai pelakunya.     

"Jadi kau memintaku untuk melepas klienku?" Tanya Oliver pada mereka semua yang duduk di tempat itu.     

"Aku yang memintamu Boss, aku memohon." Sheina menatap Oliver dan pria itu menoleh padanya, menatapnya dalam dan entah mengapa wajah Sheina yang babak belur itu membuat Oliver tidak bisa berkata banyak hali ini.     

"Dengan satu syarat." Oliver menatap Sheina.     

"Apa?" Tanya gadis itu.     

"Pulang denganku dan kita kerumah sakit untuk memastikan kau baik-baik saja."     

"I'm ok." Sheina memutar matanya pada Oliver.     

"Bagaimana jika rahangmu patah atau apa?" Paksa Oliver.     

"Ok, let's make a deal." Sheian mengalah pada akhirnya.     

"Deal." Oliver tidak akan mudah dibantah dan dikalahkan, dan itulah Oliver Hawkins. Salah satu alasan mengapa dia selalu memenangkan kasus yang ditanganinya, karena dia sekeras batu dalam mempertahankan argumenya. Tapi entah mengapa di hadapan Sheina dia kehilangan sifat itu begitu saja. "Let's call the pollice." Oliver meraih ponselnya tapi dengan sigap Sheina meraih tangannya dan menatapnya. "Don't, please." Tatapnya lembut dan itu sontak membuat Oliver melunak.     

"Ok, aku akan menurutimu untuk melepaskan kasus ini. And what next?" Tanya Oliver.     

"Aku akan menjadi pengacara Jhon meskipun tanpa bayaran." Ujar Sheina.     

"And put you on danger?" Rahang Oliver mengeras, matanya membulat menatap Sheina.     

"Aku akan melakukannya sendiri." Sheina meyakinkan Oliver.     

"No." Tolak Oliver.     

Sheina menatapnya. "Jika kau tahu kasus ini berbahaya mengapa kau mengambilnya?" Tanya Sheina pada Oliver.     

"Untuk membuatmu menyerah." Jawab Oliver.     

Sheina melipa tangannya di dada, " Jadi ini masih soal usahamu menjatuhkanku?" Protes Sheina. Nick dan Malla memilih diam menyaksikan dua orang itu bertengkar untuk apa yang tak mereka tahu alasannya.     

Oliver menghela nafas dalam. "Aku akan menangani kasus Jhon." Ujar Oliver kemudian. Nick tersenyum dan Malla tampak berkaca-kaca mendengarnya, mereka bahkan berpelukan. Dan yang paling mengejutkan adalah reaksi Sheina yang langsung mendaratkan kecupan di pipi bosnya. Reaksi Sheina sempat membuat Oliver terkejut, dan sejurus kemudina mereka terlihat kikuk.     

"Bagaimana dengan biayanya?" Tanya Nick begitu euforia mereka mereda.     

Oliver menatap Malla. "I'll do it free of charge."     

"Thank you." Air mata Malla berjatuhan dan Nick mengusap-usap lengannya.     

"Thank you." Malla menatap Sheian dan gadis itu tersenyum.     

"Aku benar-benar bisa hidup sekarang, setelah semuanya." Malla bicara ditengah isakannya.     

"Kumpulkan semua bukti yang kalian miliki semuanya, dan antarkan itu ke kantorku secepatnya." Oliver mengeluarkan kartu namanya dan meninggalkanya di meja. Dia bangkit berdiri begitu juga Sheina. Nick menyalami Oliver juga Sheina sementara Malla memberikan pelukan pada Sheina dan berkali-kali mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya menjabat tangan Nick.     

Oliver mengandenga tangan Sheina dan membawa gadis itu masuk kedalam mobil.     

"Kita akan kerumahsakit, setidaknya aku akan memastiakan kau tidak gagarotak." Kesal Olvier.     

"Ok." Sheina tak banyak berargumen. Yang ingin dia lakukan satu-satunya adalah menjadi gadis manis etelah Oliver menanggalkan egonya dan menjadi sangat manis menghadapi Malla dan Nick tadi.     

"Kau tahu, kau bisa membuat firmaku tutup dalam sekejap." Gerutu Oliver begitu mobilnya melaju mulus di jalan raya.     

"Why?" Alis Sheina berkerut.     

"Kau akan memaksaku melakukan semua pembelaan gratis, free of charge, hah?" Oliver menatap Sheina kesal. "Kau pikir dari mana semua aset perusahaan, gaji karyawan, fasilitas yang ada ini berasal?" Marahnya dan Sheina tersenyum sekilas.     

"Aku akan membayarmu boss, untuk jasa pembelaanmu pada Jhon." Sheina menatap Oliver.     

"Aku tak butuh uangmu." Tolak Oliver.     

"Katakan apa yang kau ingin kulakukan boss, aku akan melakukannya demi kasus ini." Sheina merengek dan Oliver menghela nafas dalam.     

"Berhenti bekerja di kantorku dan bekerjalah di LBH, kau akan membela orang-orang yang butuh advokasi tapi tak sanggup membayar." Kesalnya tapi Sheian justru menatapnya.     

"Kau sangat keren saat marah." Ujarnya polos dan itu membuat Oliver benar-benar ingin menelan gadis itu bulat-bulat, bukan karena begitu marah, tapi karena dia frustasi mengapa Sheina dengan semudah itu bersikap biasa saja setelah wajahnya hampir hancur dipukuli dan dimarahi habis-habisan olehnya.     

"Bisakah kau menyesali perbuatanmu dan jangan bersikap sok manis di hadapanku, aku benci melihat wajahmu babak belur dan kau masih bisa tersenyum." Oliver marah sekali lagi dan Sheina justru tersenyum lagi.     

Oliver menghentikan di depan emergency unit dan segera meminta kursi roda untuk membawa Sheina masuk. Seorang dokter menghampirinya dan menyanyakan penyebab luka yang dialami oleh Sheina. Setelah itu dilakukan pengobatan luar dan ditanyakan keluhan yang dialami Sheina tapi tak ada yang dia rasakan. Dokter menyarakankan untuk rawat jalan dengan antibiotik dan anti nyeri. Tapi Oliver memaksa agar dilakukan pemeriksaan kepala secara menyeluruh. Hingga akhrinya mereka terpaksa bermalam di rumahsakit karena pemeriksaan Sheina baru bisa dilakukan hampir dinihari.     

"Aku sudah mengatakan pada ayahmu kalau kau baik-baik saja dan memintanya menemuimu besok." Ujar Oliver pada Sheina saat gadis itu akhirnya berbaring di ruangan perawatan.     

"Pulanglah, aku baik-baik saja."     

"Tidak sampai besok pagi. Sekaran tidurlah." Oliver memilih tidur di sofa sementara Sheina berbaring di ranjang perawatan. Hasil pemeriksaan baru akan dibacakan dokter besok pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.