THE RICHMAN

The Richman - Kidnapped



The Richman - Kidnapped

0Sheina akhirnya menemukan kembali kesadarannya dengan rasa pegal luar biasa di bagian tengkuk lehernya. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya tapi sulit karena tangannya diikat dalam posisi duduk di atas kursi.     

"Dia sadar." Ujar seorang pria dengan suara besar. Sheina bahkan tak pernah mendengar suara itu sebelumnya.     

"Siapa kalian?" Tanya Sheina, karena entah mengapa mereka tidak menyumpal atau mengikat mulutnya.     

"Tak perlu tahu siapa kami. Kami hanya ingin memastikan kau tak melanjutkan tuntutan terhadap kasus Zoey Voss." Ujar pria dengan suara besar itu.     

Sheina menghela nafas dalam. "Siapa kalian?!" Tanyanya dengan suara lebih keras dan seseorang menampar Sheina dengan keras hingga Sheina hampir terpelanting, karena dia terikat di kursi itu yang membuatnya tak terhuyung jatuh. Tamparan itu memang keras, tapi sudah barang tentu bukan tamparan seorang pria, karena tamparan pria tak selemah itu. Seorang wanita yang menamparnya.     

Sheina bergetar, dia merasakan perih di sudut bibirnya, tampaknya bibirnya robek karena tamparan itu. "Aku harus tahu siapa kalian dan mengapa kalian menginginkan aku berhenti?" Suara Sheina bergetar.     

"Karena yang kau bela adalah monster!" Suara seorang wanita terdengar, dia berteriak dengan frustasi dan Sheina mengenali suara itu. Suara yang mirip seperti yang dia dengar dari dalam rumah Mrs. Voss saat dia datang tadi siang.     

"Malla . . . "Bisik Sheina.     

"How dare you." Suara itu terdengar dari sela-sela gigi yang terkatup. "Bagaimana kau tahu namaku?!" Malla, benar itu adalah Malla, dia meraih rahang Sheina dengan keras dan mencengkeramnya hinga Sheina meringis kesakitan.     

"Malla, kau gadis yang baik. Dan kau bahkan bercita-cita menjadi dokter, mengapa kau berubah?" Sheina berbicara dalam getarasn suaranya, tapi Malla justru menamparnya sekali lagi, dengan sangat keras hingga Sheina jatuh bersama dengan kursi reot yang didudukinya.     

"Malla, stop it!" Ujar sang pria dengan suara keras. "Kau bisa membunuhnya." Pria itu menyadarkan Malla.     

"Kau mengatakan pada kami hanya untuk mengancam, bukan menyakiti." Pria itu berujar sekali lagi sebelum menegakkan kembali kursi ibunya itu.     

"No Way Back Nick!" Triak Malla. "Aku kehilangan masadepanku karena monster itu, dan sekarang wanita ini sok tahu membelanya untuk mengacaukan lagi hidup ibuku dan aku!" Teriak Malla.     

"Malla, aku bisa membantumu." Sheina berusaha meyakinkan meski tangannya terikat.     

"NO!!!" Malla hampir menendang dada Sheina dengan sepatu bootnya tapi dihalagi oleh Nick. Si pria berkulit hitam dengan tubuh tinggi besar itu lagnsung menarik Malla dam mendekapnya.     

"Malla, aku tidak ingin kau berakhir seperti Jhon. Dipenjara untuk apa yang tidak dilakukannya." Nick menyadarkan Malla dan gadis itu menanggis meraung-raung dalam pelukan pria besar itu.     

"Biarkan gadis ini pergi." Nick memeluk Malla dan meminta Derex untuk melepaskan ikatan Sheina juga penutup matanya. Sheina mengambil tasnya dan menatap mereka bertiga.     

"Go." Pinta Nick sementara dia terus mendekap Malla agar tak bisa memberontak dan menyakiti Sheina. Derex hanya diam saja di dekat mereka berdua sementara Sheina yang awalnya ketakutan kini menjadi penasaran. Dia justru mendekat dan membuat Malla meronta ingin menyerangnya tapi Nick menahannya.     

"Malla, talk to me." Sheina menyakinkan. "Jika Jhon memang tidak bersalah, kita bisa membebaskannya dari penjara." Ujar Sheina.     

"Orang miskin seperti kami takan akan pernah menang melawan uang nona manis, pergilah." Nick menolak. Sheina menghela nafas dalam, dia menatap Malla dan Nick juga Drex bergantian dengan tatapan nanar sebelu melangkah pergi.     

"Hei . . ." Nick memanggil Sheina. "Jangan laporkan Malla pada polisi." Ujar Nick dan Sheinga berbalik, "I won't" Jawabnya lirih.     

"Wait!" Malla memanggilnya dan Sheina menghentikan langkahnya lagi. " Aku akan bicara padamu." Ujar Malla dan itu membuat Sheina tersenyum.     

"Tapi sebelum itu sebaiknya lukamu di obati." Ujar Malla.     

"No . . .I'm ok." Tolak Sheina.     

"Really?" Malla menjadi khawatir.     

"Ya." Angguk Sheina.     

"Maafkan aku." Malla dengan ragu-ragu berjalan ke arah Sheina dan terlihat menyesal. Nick datang dengan kotak obat dan Malla mengobati luka di wajah Sheina yang diakbiatkan olehnya.     

"Thanks." Sheina tersenyum tapi di ujung senyumnya dia meringis kesakitan.     

"Katakan." Sheina ingin masalah ini cepat terungkap.     

"Dia menghancurkan ibuku selama bertahun-tahun, dan merenggut masadepanku." Ujar Malla dengan suara bergetar. "Kau pasti sudah mendengar apa yang dikatakan ibuku padamu."     

"Ya." Angguk Sheina.     

Malla tampak berusaha mengendalikan dirinya dengan susah payah, matanya berkaca-kaca bahkan hingga berjatuhan. "Selama dia menjadi ayah tiriku, dia melecehkanku puluhan kali." Ujarnya di tengah isakan. Nick tampak shock mendengar hal itu, dia bahkan meninju tembok di dekatnya dan membuat Sheina ketakutan. Tapi sejurus kemudian Sheina memeluk Malla.     

"Ini pertama kali kau mengungkapkannya?" Tanya Sheina.     

"Aku selalu takut." Ujar Malla di tengah isakannya. "Aku tidak ingin dia meninggalkan ibuku, karena setiap kali dia mengancamku akan menghancurkan ibuku jika ibuku tahu apa yang dia lakukan padaku." Terang Malla, dia berusaha tegar, dan kini yang muncul di wajahnya bukan lagi ketakutan melainkan api dendam yang berkobar-kobar.     

"Hari itu Zoey melihatnya datang kerumah saat ibu tidak ada. Dia melihat ayah kandungnya melecehkanku." Ujar Malla, dia berkaca-kaca lagi. "Zoey memukul ayahnya hingga pria itu terluka. Kami melarikan diri, dia pergi bersama Jhon kekasihnya dan Nick, dia menyelamatkanku saat aku sangat kacau." Terang Malla.     

Sheina menggigit bibirnya dia tampak begitu khawatir. "Aku turut prihatin, aku benar-benar tidak tahu cerita yang sebenarnya." Sheina meraih tangan Malla dan meremasnya.     

"Yang ibuku tahu adalah aku menjadi brandalan dan Zoey melarikan diri dari rumah bersama kekasihnya. Dia tidak pernah tahu yang sebenarnya, dan aku tidak pernah mengatakan itu padanya, wanita tua itu, dia sudah hancur berkali-kali, dan aku tidak ingin dia lebih hancur lagi." Ujar Malla, dia mendongak menatap Nick dan pria itu diam menatapnya.     

"Aku mendengar kabar seminggu setelah kejadian itu Zoey ditemukan tewas, dan Jhon ditangkap polisi." Ujar Malla, dia bergidik ngeri. "Jhon dijebak dalam kasus pembunuhan Zoey adikku. Jhon pria baik, dia bahkan rela mengorbankan seluruh dunianya untuk Zoey, dia tidak mungkin melakukannya." Ujar Malla.     

Sheina menghela nafas dalam, "Kau terlibat dalam kasus yang salah, pria itu bisa melakukan apa saja dan sangat mungkin dia akan menyakitimu."     

Panggilan masuk di ponsel Sheina dan itu dari Oliver.     

"Hi." Jawab.     

"Thanks God, dimana kau. Katakan dimana kau?" Oliver terdengar begitu frustasi.     

Sheina menatap Malla, "Ini temanku, aku yakin dia bisa membantu kita. Apakah tidak masalah jika aku memberitahunya posisiku?" Tanya Sheina pada Malla, dan gadis itu menatap Nick. Nick mengangguk dan Sheina kembali bicara.     

"Aku akan share lokasiku padamu, datanglah sendiri." Ujar Sheina.     

"Ok." Tutup Oliver. Pria itu segera menemui Ben dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan Sheina tapi Sheina memintanya bertemu hanya berdua. Ben awalnay curiga tapi Olvier mengatakan sesuatu yang membuatnya menyerah.     

"Aku akan melindungi puteri anda dengan nyawaku Sir, ini janjiku." Oliver meyakinkan Ben dan Ben memilih untuk pulang dengan taksi sementara Olvier berkendara ke arah share lokasi yang dikirimkan oleh Sheina padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.