THE RICHMAN

The Richman - Being Followed



The Richman - Being Followed

0Sheina berjalan melewati kegelapan malam menyusuri block, dia memasukkan tangannya ke dalam coat yang dia kenakan dan berjalan semakin cepat saat mendadak seorang gadis berlari ke arahnya.     

"Help . . . help . . ." Gadis itu berteriak tertahan. Dia berhenti pada Sheina dan gadis muda itu terlihat ketakutan, Sheina memeganginya saat tiba-tiba dua orang pria lari ke arah mereka. Sheina dan gadis itu berlari dan sayangnya daerah itu tampak asing bagi Sheina hingga Sheina belari mengikuti arah gadis itu berlari dan mereka berakhir di sebuah jalan buntu. Mendadak dia merasa ada serangan dari belakang yang mengenai lehernya hingga dia kehilangan kesadaran.     

***     

"Kau tidak menginap?" Tanya Ketty pada Ben, dan pria itu menggeleng.     

"Aku akan kembali ke apartment, kupikir Sheina akan kerumah tapi tida bilang malam ini dia banyak pekerjaan dan dia akan bermalam di apartmentnya." Jawab Ben.     

Ketty tersenyum, "Kau parsi bangga pada puterimu."     

"Sangat." Angguk Ben.     

"Istirahatlah." Ben tersenyum sebelum meninggalkan rumah kakaknya, dan sebuah kecupan di pipi diberikan Ketty untuknya.     

Ketty meronta dan Ben menjadi kikuk, tapi perpisahan itu tak terelakan. "Sampai jumpa besok."Ketty melambai dan Ben berlari kecil menuruni tangga menuju mobilnya yang terparkir di garasi rumah Adrianna.     

Ben melihat ke arah ponselnya, sekitar setengah jam lalu Sheina memberinya kabar bahwa dia dalam perjalanan pulang dari rumah kliennya. Hal itu dia sampaikan dalam pesan singkatnya pada sang ayah.     

Ben membalas pesan singkat puterinya itu, "Jangan terlalu memaksakan diri, istirahatlah sayang." Tulis Ben. Pesan Ben itu terkirim tapi tak sempat di baca, apalagi di balas oleh puteri kesayangannya. Ben menatap ke layar ponselnya dan tersenyum. "Stubborn, hardworker like your mother." Bisiknya sebelum meletakkan ponselnya itu ke dashboard mobil dan menyalakan mesin mobilnya kemudian berkendara pulang. Sebenarnya rumah Ben tak seberapa jauh dari rumah Adrianna kakaknya, hingga tak butuh waktu lama untuk Ben tiba di rumahnya.     

Oliver tidak menemukan di cctv, entah bagaimana orang itu masuk dan meletakkan barang-barang itu di ruangan Sheina. Kesalahannya karena salah satu bagian menyiksa gadis itu adalah dengan memberinya ruangan kecil yang ternyata tak terjangkau oleh CCTV yang dia letakan di lantai tempat ruangan kerja. Oliver menjadi frustasi, dia menutup laptopnya dan keluar dari kantornya. Beberapa kali dia mencoba menghubungi ponsel Sheina dan tersambung, tetapi tidak mendapatkan jawaban dari gadis itu. Sebagai Bos, Oliver memiliki semua data pribadi karyawan termasuk di mana mereka tinggal, dan itu membuat Oliver saat ini menyetir ke apartment Sheina.     

Ben yang sudah tiba di rumah bergegas untuk mandi dan bersiap untuk tidur. Ben sempat memeriksa ponselnya dan berharap mendapatkan jawaban dari sang puteri tapi ternyata belum juga. Pria itu melihat ke arah jam di ponselnya dan ini belum terlalu larut, Sheina bahkan terkadang bekerja hingga dini hari, dan tidak mungkin gadis itu sudah tidur di jam ini.     

Ben mencoba menghubungi puterinya itu berkali-kali dan tak dijawab, hingga akhrinya dia memutuskan untuk mendatangi apartment Sheina, dia sangat khawatir jika puterinya itu mungkin tengah mengalami masalah sendirian di sana.     

Ben berlari dan melompat masuk kedalam mobilnya lalu dengan cepat dia memutar kemudi dan keluar dari halaman rumahnya. Dengan kecepatan tinggi dia berkendara menuju apartment Sheina untuk memastikan bahwa puterinya itu baik-baik saja.     

Ben tiba di apartment puterinya beberapa saat setelah Oliver datang dan mengetuk-ngetuk pintu apartment Sheina tapi tak ada jawaban.     

"Excuse me?" Ben mendekat ke arah Oliver, dan pria itu menghentikan aktifitasnya mengetuk pintu apartment Sheina kemudian menoleh.     

"Anda mengenal puteri saya?" Tanya Ben.     

"I'm her boss." Jawab Oliver. "Oliver Hawkins, Sir." Oliver mengulurkan tangan.     

"Ben Anthony." Ben menjabat tangan Oliver. "Apa Shenia tidak membuka pintunya?" Ben mengkerutkan alisnya.     

"No." Geleng Oliver.     

"Let me try." Ben mengambil posisi dan mengetuk pintu puterinya itu.     

"Sheina, sweetheart. It's daddy, open the door." Ben mencoba mengetuk berkali-kali dan tak ada jawaban. "Sepertinya apartmentnya kosong." Ben menghela nafas dalam, dia mulai khawatir. "Dia juga tak menjawab pesanku." Keluhnya.     

"Itu sebabya saya datang ke apartmentnya. Dia pergi dari kantor sejak siang tadi." Oliver juga mulai khawatir.     

"Apa dia mengatakan akan pergi kemana?" Tanya Ben dan Oliver menggeleng.     

Ben membuka ponselnya dan membaca pesan singkat terakhir yang dikirim oleh puterinya itu. "Dia mengatakan bahwa dia baru saja keluar dari rumah Mrs. Voss." Ben menatap Oliver berharap pria itu tahu siapa Mrs. Voss.     

"Dia mantan isteri dari klien kami yang menuntut atas kematian puterianya." Oliver membaca berkas kasus yang kemudian diberikan pada Sheina itu.     

"Anda tahu tempatnya?" Tanya Ben.     

"Ya."     

"Aku akan mengikuti mobil anda." Ben mengatakan dan Oliver menawarkan hal lainnya.     

"Aku akan menyetir, kita pergi bersama Sir." Mereka berdua bergegas meninggalkan apartment Sheina dan berkendara menuju rumah Mrs. Voss. Jarak rumah Mrs. Voss dari apartment Sheina cukup jauh, dan setelah masuk ke pemukiman padat, jalanan menjadi gelap dan berbelok-belok. Tapi Oliver akhirnya memarkirkan mobilnya di depan rumah wanita itu.     

Oliver mengetuk-ngetuk pintu rumah wanita itu dengan panik dan sang pemilik keluar dari rumah.     

"Siapa yang mengetuk pintu rumahku sekeras itu?!" Protes Mrs. Voss dari dalam rumah, dan saat dia membuka pintu, dua orang pria berdiri di depan pintu.     

"Aku tidak mengenal kalian." Mrs. Voss berniat menutup pintu itu lagi karena memang wanita ini terkenal sebagai wanita yang tidak ramah pada siapapun.     

"Mrs. Voss, aku Oliver Hawkins dari Oliver and Partner Law Firm. Anak buahku, Sheina Anthony tadi siang mengunjungi anda bukan?" Tanya Oliver dan wanita tua itu tertegun.     

"Ya." Angguknya ragu.     

"Berapa lama dia di sini?" Tanya Oliver.     

Mrs. Voss terlihat pucat ditanyai seperti itu, tapi Oliver tak memberi jeda. "Pukul berapa dia keluar dari rumah anda?" Tanyanya lagi.     

"Sekitar satu setengah jam sampai dua jam lalu." Jawab wanita itu.     

"Apa dia meninggalkan ponselnya di sini?" Tanya Mrs. Voss.     

"Tidak." Geleng wanita itu.     

Oliver menatap Ben lalu menggeleng, "Jika dia kembali atau anda melihatnya, tolong hubungi saya." Oliver mengeluarkan kartu namanya dan bergegas pergi dari rumah Mrs. Voss bersama Ben. Dia berkeliling dengan mobilnya melewati gang-gang di permukiman itu untuk mencari tahu keberadaan Sheina. Mereka khawatir jika gadis itu tersesat atau bahkan menjadi korban kejahatan di tempat ini.     

Ben turun dari mobil dan bertanya pada seorang penjaga minimarket, "Apa anda melihat gadis ini?" Tanya Ben sembari menujukkan foto puterinya yang ada di ponsel miliknya.     

"Maaf sir, aku tak melihatnya." Ujar wanita itu.     

"Thank you." Ujar Bell. Mereka keluar dan menyusuri jalanan yang lebih besar dimana beberapa restoran pinggir jalan juga coffee shop bertebaran dan melihat keluar berharap Sheina duduk di salah satu bangku di tempat-tempat itu. Ben keluar masuk dari dalam mobil hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memarkirkan kendaraan Oliver di salah satu area parkir pinggir jalan lalu mereka berpencar untuk bertanya pada orang-orang, mungkin mereka melihat Sheina melintas atau bahkan mampir untuk makan atau minum di tempat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.