THE RICHMAN

The Richman - Mother and Son Talk



The Richman - Mother and Son Talk

0George duduk di ruang kerjanya. Dia melihat foto keluarganya di perayaan natal tahun lalu. George, ibunya, Catherine dna suaminya juga anak-anaknya, si kembar. . Cactherine adalah kakak kangkat George yang ditemukan Catherine sebagai pecandu narkoba di sebuah panti rehabilitasi saat ibunya itu sedang melakukan kunjungan bersama orang-orang dari yayasan untuk kegiatan sosial.     

Rupanya hati Adrianna tergerak untuk menyelamatkan gadis itu dan membayar semua biaya rehabilitasi Catherine selama setahun. Gadis yang usianya empat tahun lebih tua dari George itu kemudian di ajak oleh Adrianna untuk membantunya bekerja di butiknya karena ternyata Catherine berbakat dalam hal design pakaian. Hal itu juga yang membuat Adrianna jatuh cinta pada Catherine pada pandangan pertama, karena bakatnya.     

Biaya rehabilitasi ratusan ribu dollar dia gelontorkan hingga Catherine benar-benar sembuh, dan memberi pekerjaan pada gadis yatim piyatu itu ternyata mengubah hidupnya selamanya. Bahkan selama bekerja sebagai stafnya, Adrianna menganggap Catherine sebagai anaknya dan memberikan perhatian lebih padanya dibandingkan staf lainnya karena pada saat itu dia juga senang mengalami kekosongan karena putera satu-satunya kuliah di UK selama kurang lebih empat tahun.     

Sepeningagl Aldric, Catherine terlibat penuh dalam mengurus Adrianna bersama dengan George. Mereka berjuang bertiga untuk kembali pulih dari keterpurukan, terutama keterpurukan Adrianna setelah kehilangan suaminya. Sejak saat itu George menanggap Catherine sebagai kakaknya begitu juga Catherine yang menganggap George sebagai adiknya dan Adrianna sebagai ibunya.     

Setelah mendapatkan tandatangan Gaspard, George berniat untuk mengambil cuti sehari dari rutinitas pekerjaannya. Pagi ini George baru saja terbangun dari sofa di ruang kerjanya. Semalamann dia menginap di kantor karena Hartman baru saja mengubah apartmentnya menjadi klup malam demi si bodoh Gaspard.     

George berjalan ke arah meja kerjanya dan melihat sebuah bingkau foto dimana seluruh keluarga yang dia miliki saat ini tampak begitu bahagia. Dia, ibunya, Catherine dan dua puteri kembarnya di malam natal tahun lalu. George meletakkan kembali bingkai foto itu dan bangkit dari tempatnya duduk.     

Sekarang dia menjadi satu-satunya pria di keluarga itu yang bisa mereka andalkan. Harry sang kakak ipar sudah bercerai dengan Catherine karena alasan perselingkuhan yang dilakukannya di belakang Catherine dan ibunya sudah kehilangan Aldric ayahnya. Sebagai satu-satunya pria dewasa yang bisa di andalkan, George benar-benar berfokus pada keluarganya. Dia mengorbankan kepentingan dan kebahagiaannya demi kebahagiaan keluarganya.     

"Morning Boss." Sapa Hartmant yang tampak merasa bersalah karena bosnya keluar dari ruang kerjanya dengan wajah berantakan dan pakaian yang dia kenakan semalam belum juga dia ganti.     

"Aku akan mengambil cuti, take over semuanya dan laporkan padaku setiap detik." Perintah George.     

"Yes Sir." Jawab Hartmant.     

George mengambil kunci mobil dari saku celana dan berjalan dengan percaya diri meninggalkan kantornya meski hampir semua staff yang berpapasan dengannya merasa bingung mengapa pagi ini bos mereka terlihat sangat kacau penampilannya, tapi Geroge tak mempedulikannya sama sekali.     

Dia hanya ingin pulang ke rumah ibunya, menikmati sarapan pagi yang dimasak oleh ibunya lalu bersantai seharian sambil menunggu berita dari Hartman setiap detik soal apa yang terjadi di kantornya tanpa duduk di kursi direktur utama.     

Namun sebelum kerumah ibunya, George tampak penasaran dengan bentuk apartmentnya. Dia menyempatkan untuk mampir ke apartmentnya, mandi dan berganti pakaian. Dia tidak ingin membuat ibunya histeris melihat penampilannya yang berantakan.     

George tersenyum karena Hartman memang sekretaris yang paling bisa dia andalkan. Setlah kekacauan semalam, pagi ini seluruh isi apartmentnya sudah kembali ke posisi semua dengan sangat presisi dan bersih. George adalah pribadi yang bersih dan rapi, dia tidak ingin satu barangpun terliaht berantakan di dalam apartmentnya.     

***     

Setelah menikmati sarapan dan kopi yang dia buat sendiri, pada akhirnya George merasa bosan karena tak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan di apartment. Dia memutuskan untuk datan ke rumah ibunya. Rumah utama tempat seluruh keluarganya tinggal sejak kecil.     

"Hi Son . . . aku sangat merindukanmu menginjakkan kaki di rumah ini lagi." Sambut Adrianna saat puteranya itu pulang ke rumahnya. Selama ini George lebih senang tinggal di apartment dibandingkan dirumahnya sendiri karena ada Harry. Tapi setelah Catherine dan Harry bercerai, George memutuskan untuk sesekali mengunjungi ibu dan kakaknya itu, meski waktunya lebih banyak dia habiskan di kantor atau di apartmentnya. Tapi karena malam itu Hartman mengubah apartmnetnya menjadi klub malam, maka George memilih pulang ke rumah ibunya.     

"Oh come on Mom. jangan berlebihan, baru dua hari yang lalu aku datang." George memeluk ibunya, "Didimana mereka?" George menanyakan Stefanie dan Clara, keponakan kembarnya dari sang kakak angkat Catherine atau akrab di sapa Ketty.     

Adrianna melangkah masuk diikuti oleh George. "Mereka sekolah, dan ibunya sangat sibuk di butik. Dia memintaku menjemput mereka."     

"Mommy menyetir sendiri?" Tanya George dengan alis bertaut pada ibunya itu dan wanita setengah baya itu tersenyum.     

"Aku bahkan masih sanggup mengantarmu berkeliling kota." Ujar Adrianna bangga.     

"Oh come on mom, kenapa kalian tidak lagi memakai supir?" Protes George.     

Adrianna menghela nafas dalam, " Aku melihatmu begitu kesulitan soal keuangan belakangan ini, terutama soal keuangan perusahaan. Jadi aku berpikir mungkin aku harus mengurangi biaya kehidupan sehari-hari yang tidak kami perlukan."     

"Aku tidak bisa menerima ini mom. Hanya membayar seorang supir untuk ibuku tidak akan membuatku bangkrut." George terlihat sangat marah pada dirinya sendiri karena terlalu asik dengan dunianya hingga abai pada keadaan ibu dan adik perempuannya yang sudah janda.     

"Sorry son, Aku hanya ingin membantu puteraku, itu saja." Sang ibu menepuk pundak George dan mengajaknya masuk. "Aku sudah memasak untukmu, makanlah." Kata Adrianna saat puteranya itu masuk kedalam rumah.     

"Aku akan makan setelah menjemput anak-anak."     

"Mereka akan keluar dari kelas satu jam lagi, masih banyak waktu. Makanlah sambil berbincang denganku, kita sudah lama sekali tidak mengobrol." Ujar Adrianna dan George tampaknya kesulitan menolak permintaan ibunya itu.     

"Ok." George menuju ruang makan dan menarik satu kursi untuk dipakai ibunya dan satu lagi untuknya.     

"Kau memasak semua ini sendiri?"     

"Ya . . . biasanya Ketty membantuku jika dia tidak terlalu sibuk. Tapi sepertinya usahanya sedang lumayan ramai." Ungkap Adrianna sambil menyodorkan piring berisi makanan untuk putera kesayangannya itu.     

"Kapan Ketty akan menikah lagi?" Tanya George dan itu membuat ekpresi wajah Adrianna berubah.     

"Entahlah." Adrianna mengangkat bahunya.     

"Dia tidak pernah berkencan setelah perceraiannya dengan Harry?" Tanya George sambil memakan makanan yang dimasak ibunya untuknya.     

"Dia tidak bisa memikirkan hal lain kecuali kedua puterinya."     

George menghela nafas dalam. "Aku berharap dia bisa segera menemukan kembali hidupnya."     

Adrianna mengangguk. "Ku harap seperti itu." Ujarnya setuju. "Lalu kau sendiri bagaimana? Apa kau akan hidup seperti ini, seperti orang suci?" Tanya Adrianna dan George tergelak.     

"Tidak menikah dan itu dianggap seperti orang suci?"     

"Come on George, . . . kau tidak muda lagi."     

"Ya aku tahu itu mom."     

"Kenapa kau tidak memilih salah satu gadis terbaik di New York untuk kau nikahi, atau kembali pada Aby?"     

"Aku tidak berpikir untuk menikah."     

"George jangan katakana kau . . ." Adrianna meletakan alat makannya dan menatap puteranya itu dengan serius.     

George menghela nafas dalam dan menghembuskannya kasar. "Tidak seperti yang kau pikirkan mom, aku normal sejak lahir dan akan tetap begitu sampai aku mati."     

"Oh Thaks God." Adrianna menghembuskan nafas lega.     

"Tapi bisakah kau memberiku alasan mengapa kau ingin tetap sendiri?" Adrianna mengulik alasan sang putera tetap melajang di usianya yang sudah hampir kepala empat itu.     

"Aku melihat betapa hancurnya Ketty saat dia harus berpisah dengan Harry, dan itu membuatku berpikir ulang tentang pernikahan."     

"Sedangkal itu?" Tanya Adrianna.     

"Dan saat Dad meninggalkanmu, aku melihat betapa hancurnya kau saat itu mom."     

"Dan kau lihat aku masih bisa bertahan sampai saat ini bukan? So why?" Adrianna tampak berusaha meyakinkan puteranya itu tapi George hanya membuat garis tipis di bibirnya saat Adrianna mengatakan hal itu.     

"Entahlah, mungkin sebaiknya kita tidak membahas hal ini. Selera makanku berkurang setiap kali orang bertanya padaku soal keputusanku untuk tidak menikah." Ujar George dan Adrianna mengalah, dia benar-benar tidak ingin membuat puteranya itu jengkel atau kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.