THE RICHMAN

The Richman - 5 Years Later



The Richman - 5 Years Later

0-5 Years Later-     

"Hi Son." Sapa Adrianna pada puteranya George saat dia mengunjungi puteranya itu di kantornya, setelah kepergian Richard Anthony sang kakek, Aldric Bloom meninggal dunia dua tahun kemudian terkena serangan jantung. Kini tinggalah George dan Adrianna. Lima tahun berlalu dan semua hari buruk itu berlalu. Pada akhirnya Adrianna dan George harus bangkit.     

Aby yang sempat dekat dengan Geroge juga tak lagi saling berhubungan karena George begitu terpukul dengan kematian ayahnya yang begitu mendadak dan membuat ibunya begitu hancur. Kala itu hari-hari gelap George di habiskan untuk menemani dan menguatkan ibunya juga mengambil alih perusahaan dengan cepat dan membuatnya tetap stabil sepeninggal sang ayah, CEO cemerlang yang berhasil membawa kantornya dalam kondisi terbaiknya. Tiga tahun George berjuang dan perusahaan bisa berdiri dan berjalan meski sedikit terseok-seok.     

"Hi mom." George memberikan pelukan pada puteranya itu.     

"Aku tahu situasi sekarang sangat sulit untukmu." Ungkap wanita yang mulai terlihat tua karena usia itu. Dia yang sempat hampir kehilangan kewarasannya karena begitu terluka akibat kematian Aldric Bloom, suaminya yang begitu mendadak, perlahan menata kembali kehidupannya. Bahkan dia tak lagi sibuk di yayasan karena yayasan itu sudah dijalankan oleh management yang professional pasca Adrianna kehilangan semangat hidup lebih dari dua tahun pasca kematian sang suami.     

George tersenyum sembari menatap sang ibu."Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan perusahaan kita mom."     

"Oh sayang . . . aku berharap semua akan baik-baik saja. Tapi aku tidak ingin kau terlalu memaksakan diri untuk apa yang begitu sulit bagimu." Adrianna begitu prihatin menatap puteranya, dia yang dulu penuh semangat. Dia bahkan sempat berniat menikah dengan Aby kekasih yang dikencaninya selama setahun tapi kemudian batal karena pasca kematian ayahnya, Aldric fokus pada ibunya dan Aby tidak bisa menerima itu sepenuhnya. Mereka jadi sering bertengkar dan saling menyalahkan hingga akhirnya Aldric memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan wanita itu. Setelah mengejar Emanuella Dimitry dimana cintanya bertepuk sebelah tangan, hubungannya dengan Aby juga tak berjalan lancar, tampaknya itu membuat George menjadi pria yang pahit hatinya.     

Pertengkaran terakhir mereka dua tahun lalu membuat George menyudahi hubungannya dengan Aby.     

"Kau terlalu sibuk mengurus ibumu!" Protes Aby setelah hampir dua minggu mereka tidak bertemu.     

"Ibuku sedang dalam keadaan terendahnya, dia begitu kehilangan ayahku dan aku satu-satunya yang dia miliki sekarang." jawab George.     

"Semua orang akan meninggal, dan ibumu tidak seharusnya berlebihan soal kematian ayahmu. Ini sudah setahun George dan kau mengabaikanku selama itu, aku tidak tahan lagi." Protes Aby semakin membabi buta.     

George menghela nafas dalam, "Jika kau keberatan aku memperhatikan ibuku dan memberikan waktu untuknya, maka sebaiknya kita berpisah." Ujar George.     

"I Hate You George!" Aby meninggalkannya dan semua tidak pernah kembali. Geroge menolak meski Aby datang padanya dan meminta maaf. Bagi George sudah cukup memberi kesempatan pada wanita lebih dari dua kali. Dia sudah begitu bodoh saat mengejar Emanuella Dimitry dan tidak lagi untuk Abigael.     

Pria itu menghela nafas dalam, "Semua akan baik-baik saja." George meraih tangan ibunya itu dan menciumnya. Satu-satunya yang dimiliki keluarganya saat ini adalah perusahaan yang hampir bangkrut itu dan George harus memperjuangkannya untuk kembali bangkit.     

Sang ibu yang sempat ikut terjung mengelola perusahaan saat awal pernikahannya dengan Aldric Bloom sedikit banyak mengetahui seluk-beluk usaha juga rekanan usaha bahkan pesaing dari perusahaan milik keluarganya itu. Dia mendengar berita kurang baik belakangan ini terkait dengan kolega perusahaannya, dan dia mengungkapkan hal itu pada sang putera. "Aku mendengar banyak hal buruk tentang pengganti Jacob Smith, puteranya." Adrianna tampak begitu khawatir. "Gaspard Smith akan membuat kerjasama kita terhambat." Keluhnya.     

George tersenyum, "Dan kau tahu seperti apa puteramu, mom. Aku tidak akan menyerah semudah itu." George mencoba meyakinkan ibunya itu.     

"Maafkan mommy." Adrianna berkaca, "Aku tidak pernah berpikir ayahmu akan meninggalkan kita secepat itu."Adrianna menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dan George menarik wanita tua itu dalam pelukannya.     

George mengusap lengan ibunya, "Kita harus berjuang untuk daddy dan nasip para karyawan yang hidupnya bergantung pada perusahaan."     

"Itu juga yang membuatku sedih." Adrianna berkaca menatap sang putera. "Jika kita jatuh bangkrut, bagaimana dengan nasib mereka?"     

"Tenanglah, sekarang pulanglah." Ujar George sambil menusap pundak ibunya itu.     

"Aku akan menunggumu untuk makan malam di rumah."     

"Aku akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaanku." Ujar George dan wanita tua itu mengangguk. Dia tersenyum menatap wajah tampan yang diwarisi puteranya itu dari mendiang suaminya yang sudah meninggal dua tahun lalu.     

"Kau puteraku, dan aku tahu bahwa aku selalu bisa mengandalkanmu." Ujar Adrianna sebelum memberikan puteranya itu kecupan dan juga pelukan hangat dan meninggalkannya.     

"Jaga dirimu mom." George menatap wanita tua itu dan menjadi sangat berambisi untuk membuat kontrak kerjasam dengan Smith.Ltd berjalan dengan baik. Meskipun secara teknis semua akan dikelola oleh perusahaannya dan Gaspard bodoh itu hanya tinggal menikmati hasilnya, tapi lebih dari semua itu, George ingin perusahaan keluarganya bisa bertahan demi ribuan karyawan yang bergantung hidup dari pekerjaan mereka.     

Hari ini akan menjadi hari yang sangat penting karena George akan bertemu dengan Gaspard untuk melakukan deal kerjasama mereka selama dua tahun kedepan. Geoege dan perusahaannya membutuhkan investor yang mau menanamkan sahamnya di perusahaan milik keluarganya itu sebelum perusahaannya benar-benar dinyatakan bangkrut atau pailit.     

"Sir." Orang kepercayaan George yang juga supirnya masuk kedalam ruangan George, pria itu bernama Jhon Hartman, tapi George akrab menyapanya Hartman.     

"Bagaimana?" Tanya George.     

"Pria itu sangat suka entertainment, dan dia sudah menunjuk tempat yang bisa dijadikan lokasi kesepakatan." Ujar Hartman. Pria dengan setelan resmi itu memberikan alamat tempat pertemuannya dan George tampak kesal.     

"Sial." Umpatnya. "Hubungi dia lagi dan bujuk agar dia mau datang ke tempat yang sudah kita siapkan." Perintah George.     

"Tidak akan ada kesepakatan yang terjadi di club malam. Dia hanya akan membuang waktu kita." Gerutu George. "Katakan pada si bodoh atau stafnya bahwa kita bisa memberikan hiburan yang lebih baik dari sekedar drugs dan dentuman musik keras." Terang Geroge.     

"Baik Sir." Hartman pamit undur diri. Dan yang paling disukai oleh Geroge dari Hartman adalah bahwa pria itu tidak pernah gagal dalam semua tugas yang diberikan George untuknya.     

Benar saja, dua jam kemudian Hartman datang dengan berita baik. Pihak Gaspard menyetujui tempat yang akan mereka jadikan sebagai lokasi penandtanganan kesepakatan diantara mereka berdua. Sebenarnya George bukan lagi "party boy" seperti yang dulu ketika dia masih begitu muda. Tapi demi sebuah kesepakatan antara hidup dan mati perusahaan, George rela melakukannya.     

Semua dia lakukan atas nama tanggung jawab terhadap Richard sang kakek juga Aldric ayahnya yang sudah berjuang merintis perusahaan yang kini dipimpinnya itu. Sekarang dia benar-benar matang, dewasa, mewarisi ketampanan Richard dan Aldric juga kebijaksanaan keduanya. Proses menempa George Bloom menjadi pria yang begitu berbeda dengan dirinya beberapa tahun lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.