THE RICHMAN

The Richman - Threatened



The Richman - Threatened

0Pagi ini Ella bangun pagi seperti biasa. Dia segera berganti pakaian dengan pakaian olahraga, meminum segelas air lalu mengenakan sepatu larinya. Ella senang berolahraga terutama lari pagi dan sudah dia lakukan sejak bertahun-tahun lalu. Setidaknya setengah sampai satu jam Ella melakukan olahraga itu agar tetap bugar, tiga kali dalam seminggu.     

Setelah berlari sembari mendengarkan musik, dan dia merasa bahwa waktu olahraganya sudah cukup, maka Ella kembali ke rumahnya, mengeringkan keringatnya sembari memasak sarapan pagi. Telur ceplok dan segela susu rendah lemak sebelum dia mandi.     

Setelah mandi dan bersiap, Ella menyantap sarapannya. Dengan tersenyum sendiri di meja makan sembar menikmati sarapan paginya, Ella mendapatkan pesan singkat dari Robert.     

"Morning my fiance." Sapa Robert melalui pesan singkat.     

"Morning your majesty." jawab Ella.     

"Don't be formal. You can call me love, sweetheart, honey, you have many options other than that, should I beg you to do it?" Protes Robert dalam pesan balasannya.     

"Love . . ." Balas Ella, dan begitu pesan itu terbaca oleh Robert, senyum mengembang di wajahnya.     

"I love you so much, my future wife." Balas Robert.     

"Aku bahkan belum yakin soal ini." Jawab Ella.     

"Apa yang membuatmu tidak yakin?" Robert menjawab lagi, dia juga tengah sibuk mempersiapkan paginya sementara staff membantunya memilih pakaiannya hari ini, Robert sibuk membalas pesan dari Ella.     

"Apakah setelah lima tahun, semuanya akan menjadi semudah ini?" Ella terlihat gelisah.     

"Bukankah ini yang kau inginkan?" Jawab Robert.     

"Ya, hanya saja aku merasa ada yang janggal."     

"Simpan perasaanmu itu sayang, inilah yang terjadi. Kita saling mencintai dan semesta mendukung kita, apa lagi yang lebih baik dari ini?" Jawab Robert.     

Ella menghela nafas dalam. "Aku berharap ini benar."     

"Ini benar, dan ini sedang terjadi. Jangan terlalu khawatir, aku akan memastikan semua baik-baik saja." Jawab Robert. "Aku harus segera bersiap, akan ku hubungi lagi nanti, semoga harimu menyenangkan, I love you." Robert membalas pesan untuk terakhir kalinya karena saat Ella menjawab pesannya "I love you too." sudah tak terbaca lagi oleh Robert. Mungkin dia sudah mulai sibuk dengan berbagai kegiatannya sebagai King of England, bahkan sejak sangat pagi.     

Setelah menyelesaikan sarapannya, Ella menyetir sendiri mobilnya menuju kantornya seperti biasa. Ella berjalan dengan mengetuk-ngetukkan stilettonya di lantai marmer rumahsakit sembari melempar senyuman kepada orang-orang di sekitarnya, dia bersikap ramah seperti biasa, tapi beberapa melihatnya dengan aneh dan asing. Tapi Ella mencoba mengabaikannya, dia tetap melewati resepsionis, beberapa menyapanya seperti biasa, beberapa menatap dengan skeptis, dan begitu Ella tiba di ruangannya dia masuk dan duduk. Ella mengambil ponsel dari dalam tas jinjing mahal yang dia kenakan pagi ini dan melihat begitu banyak notifikasi terutama di sosial medianya.     

Rupanya sebuah akun gosip memposting foto-fotonya ketika SMA di ulang tahun salah satu temannya, waktu itu Ella sempat menjadi bulan-bulanan karena dia dicekoki minuman beralkohol oleh teman-temannya yang iseng hingga dia tak menyadari apa yang dia lakukan. Orang tuanya marah besar saat itu, dan Ella mengakui kesalahannya, tapi ternyata berita yang dilemparkan sebuah akun gosip itu memelintir semua faktanya.     

Beberapa bahkan mengambil foto lama dari akun sosial media Ella yang menunjukan betapa kunonya gaya berdandan Ella di masa lalu dan hampir semua berita itu bernada negatif. Beberapa foto juga tampak di ambil di Bar belum lama ini saat Ella bersama dengan Geroge. Entah siapa yang mengambil gambarnya dan menjadikannya bahan gosip. Bahkan soal kewarganegaraannya mulai di pertanyakan di sosial media oleh orang-orang.     

Ella melihat semua itu dan mendadak menjadi panik, dia lalu melihat akun sosial media miliknya yang di tag oleh salah satu akun gosip yang memposting foto Ella dan Robert di istana pagi itu dengan keterangan "Next Queen of England, Really?" Ella menelan ludah dengan susah payah sebelum akhirnya dia menghubungi Robert.     

"Your majesty." Ujar Ella begitu Robert mengangkat telepon darinya.     

"Jangan memanggilku seperti itu, ada masalah?" Tanya Ella.     

"Kemarin semuanya masih baik-baik saja bahkan saat aku meninggalkan istana, dan pagi ini semua orang menyerangku di sosial media. Mereka bahkan mempertanyakan kewarganegaraanku." Ujar Ella panik.     

"Jangan panik, kita akan membicarakan ini pelan-pelan." Ujar Robert menenangkan, "Marcus akan menjemputmu nanti malam, tapi sekarang aku benar-benar harus pergi sayang." Ujar Robert, dia harus menghadiri pertemuan penting dengan beberapa delegasi dari negara lain di istana pagi ini.     

"Ok." Ella mengakhiri panggilannya dan jatuh terduduk di sandaran belakang kursinya. Baru saja berusaha menenangkan pikirannya sang direktur utama memanggilnya ke ruangan dan mengkomplain tentang berbagai skandal yang di muat berita terutama terkait kedekatannya dengan King of England, Robert Owen Fredric Jr.     

Bahkan di sebut-sebut dialah pemicu keretakan hubungan antara King Robert dengan Willhelmina. Selain disosial media, berita televisi juga membandingkan kehidupan dan strata sosial Willhelmina dan Emanuella dan itu sangat berbanding terbalik.     

"Apa ini?!" Sang direktur utama meletakkan tabletnya di atas meja menghadap ke arah Ella.     

"Aku juga tidak mengerti." Ujar Ella.     

"Jika ini soal kewarganegaraanmu dan dokumen imigrasimu, maka aku tidak bisa mempertahankanmu lagi di posisimu saat ini."     

"Aku memiliki legalitas resmi soal kewarganegaraan dan dokumen imigrasiku." Bantah Ella.     

"Maka berharaplah banyak, karena ayah dari Willhelmina adalah salah satu pemegang kekuasaan tertinggi di rumahsakit ini." Ujar sang direktur utama. "Mungkin dia akan fair padamu, atau tidak sama sekali karena kau telah menyakiti puterinya. Hubungan ayah dan puterinya biasanya sangat sensitif dan emosional." Ujar sang direktur utama.     

"Really?" Ella tampak terkejut mendengarnya.     

"Sayangnya ya, kau tak bisa lari kemana-mana Ema." Ujar sang direktur utama, dan dengan wajah prihatin dia menatap Ella. "Kinerjamu cemerlang, dan kau mungkin satu-satunya yang kupuji demikian, tapi aku tak bisa berbuat banyak untukmu." Sesalnya.     

"I know." Ella mengangguk pasrah, bahkan soal karir, satu-satunya yang begitu dia banggakan hingga dia merasa bahwa dirinya layak bersaing dengan Willhelmina akan segera hancur di tangan ayah pesaingnya sendiri. Tak ada yang tersisa, Ella menghela nafas dalam dan keluar dari ruangan sang direktur utama.     

Hari ini konsentrasi Ella benar-benar buyar, dia tak bisa melakukan apapun karena begitu sulitnya berkonsentrasi setela apa yang terjadi padanya. Bahkan beberapa akun gosip dengan sangat tega memperbandingkan foto Ella dengan Willhelmina dengan bersebelahan dan membandingkan harga outfit yang mereka kenakan, atau bahasa yang mereka kuasai, atau harta yang mereka miliki, bahkan ada yang sangat kejam, mereka memperbandingkan status sosial orang tua Ella dan Willhelmina yang jelas sekali berbeda.     

"Sebaiknya kau pulang sekarang, berada di kantor hanya akan membuatmu semakin buruk." Sang direktur utama masuk ke ruangan Ella beberapa jam kemudian, tepat saat Ella terlihat bekerja tapi tak bisa berkonsentrasi sama sekali, dia sangat tertekan dengan berbagi pemberitaan miring tentangnya dan itu membanjir hingga tak terbendung sama sekali.     

Ella tertegun sekilas, dan sebelum sempat menjawab sang direktur sudah meninggalkan ruangannya. Gadis itu menutup berkasnya, juga laptopnya dan bersiap untuk meninggalkan kantornya.     

Dia menyetir sendiri mobilnya dan terpaksa mampir ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis di rumahnya. Saat Ella berkeliling dengan kereta belanjaan beberapa orang melihatnya skeptis dan itu jelas sekali membuat Ella tak nyaman.     

Bahkan seorang wanita setengah baya menghampirinya dan mengatakan sesuatu yang tak di sangkanya. "Kau jelas tak sebanding dengan sainganmu nak, mundurlah sebelum kau terluka." Bisik sang wanita sembari menatapnya di balik keriput wajahnya.     

Ella menggeleng, beberapa wanita dalam antrian menoleh ke arahnya dan memasang wajah cemberut. Seorang wanita di hadapannya bahkan menoleh dan menatapnya dengan tatapan kesal, lalu memilih berpindah antrian dari pada berada di depan Ella. Ella yang tak pernah menghadapi ketidak ramahan semacam ini menjadi semakin insecure. Dia segera maju kedepan begitu beberapa wanita memilih tidak satu antrian dengannya, dan membayar belanjaannya. Bahkan sang kasir menatapnya dengan enggan.     

Gadis itu keluar dari supermarket dan menuju rumah kecilnya. Dia baru saja masuk dan meletakkan belanjaannya saat seseorang mengetuk pintunya. Ella terdiam beberapa saat sampai ketukan kedua, barulah dia membuka pintu dan begitu shock melihat siapa yang berdiri di depan pintunya.     

"Your majesty." Ella membungkuk memberikan salam. Sang ratu masuk dengan senyum sekilas kemudian duduk di sofa kecil di rumah yang sama kecilnya itu dan menatap Ella.     

"Have a sit Mss. Dimitry." ujarnya. Ella mendadak menjadi gelisah, mengapa ratu tiba-tiba mendatangi rumahnya.     

"Aku datang untuk mengatakan satu hal." Ujar sang ratu dan Ella terdiam, memperhatikan dengan saksama. "Menjadi Queen of England tidak pernah mudah, dan kau berada di langkah pertamamu." Ujarnya. "Kau masih punya dua pilihan, mundur dan membiarkan dirimu hidup tenang, atau memilih maju dan aku tidak bisa menjamin kesehatan mentalmu kedepan." ujar sang ratu dengan senyum palsu di ujung kalimatnya.     

"Kau tahu aku tidak bisa melukai hati puteraku, tidak lagi setelah selama lima tahun dia hidup dengan meletakkan kesalahan itu padaku. Dan sekarang aku ingin kau yang memutuskan." Sang ratu memulai lagi kalimatnya dan Ella mulai melihat benang merah diantara semua pemberitaan ini dan kedatangan sang ratu.     

"Jadi anda yang melakukan semua ini?" Alis Ella berkerut.     

"Aku tidak mengatakannya, kau menuduhku." Ujar sang Ratu.     

"Anda ingin Robert menyalahkanku karena aku meninggalkannya dan anda bersih dari tuduhannya?" Ella bertanya lagi.     

"Aku yakin kau gadis yang cerdas Mss. Dimitry." Sang Ratu menatap Ella dalam-dalam, "Melangkah maju lebih jauh mungkin akan membuat orang-orang di sekitarmu terluka, jangan menjadi egois." Ujar sang ratu lagi sebelum dia bangkit berdiri dan meninggalkan Ella sendiri dalam keterkejutannya.     

Namun sebelum melangkah keluar dari pintu sang Ratu berbalik kemduian mengutarakan sebuah kalimat pamungkas, "Kau cukup cerdas untuk tidak membuat dirimu terlihat bodoh di depan Robert dengan menjelek-jelekan ibunya sendiri."     

Ella menelan ludah susah payah begitu menemukan kesadarannya. Rupanya ini adalah ulah sang ratu, membuat pemberitaan miring, mengorek semua keburukan Ella dan menunjukkan betapa tidak pantasnya dia dibandingkan dengan Willhelmina. Dan membuat situasi menjadi sulit bagi gadis itu sementara di hadapan puteranya, sang ratu terlihat begitu lembut, begitu ingin pertunangan bahkan pernikahan mereka di percepat, tapi di sisi lain dia mengancam Ella dengan cara yang keji, membuat ketidaknyamanan besar bagi Ella bahkan hingga menyangkut soal pekerjaannya.     

Orang tua Willhelmina memang belum bertindak untuk apa yang terjadi pada puterinya, tapi mereka cepat atau lambat akan bertindak jika kebahagiaan puterianya di usik oleh wanita lain, apalagi jika status sosial wanita itu, juga bargaining powernya jauh di bawah mereka. Dan sang Ratu dengan sangat cerdik dan licik menggiring opini publik, bahkan mungkin opini orang tua Willhelmina dan Willhelmina sendiri untuk menjatuhkan Ella. Ella duduk terdiam dengan air mata berlinang, dia bahkan tidak memiliki siapapun untuk membelanya di tanah asing ini.     

Brrtt Brrtt     

Sebuah panggilan dari nomor yang tak di kenalnya masuk dan Ella menerima panggilan itu.     

"Halo." Terdengar suara wanita di seberang. Ella mengenali suara itu meski terdengar sedikit bergetar bahkan saat mengucapkan halo di awal pembicaraan.     

Alis Ella berkerut. "Bibi Cole?"     

"Ya." Jawab wanita itu.     

"Bibi, apa kabar?" Tanya Ella, dia tersenyum sekilas. Mungkin bibinya akan menjadi satu-satunya tempat berlindung dari masalah ini.     

"Sangat buruk." Jawab Cole.     

"Bibi, apa yang terjadi?" Ella tampak begitu terkejut mendengar jawaban bibinya.     

"Sejak kau pindah ke London hidup kami tak pernah baik-baik saja Ella. Dan sekarang menjadi semakin buruk, pamanmu terancam dikeluarkan dari pekerjaannya karena pemberitaan tentangmu."     

"Bibi, maafkan aku . . ."     

"Sadarlah Ella, siapa kau dan jangan bermimpi terlalu tinggi. Aku mohon, setidaknya pikirkan tentangku dan pamanmu di sini. Aku di diagnosa dengan cancer stadium tiga dan butuh banyak biaya, sedangkan pamanmu terancam dipecat dari pekerjaanya. You're killing me Ella."     

"No . . . " Sangkal Ella. "Aku akan membantu biaya pengobatan bibi."     

"Aku mungkin akan mati dalam waktu dekat, tapi aku tidak akan pernah tenang jika saat aku mati, pamanmu tersiksa dan hidup sebagai gelandangan karena hutang kami yang banyak dan dia tak memiliki pekerjaan, dan itu semua karena egomu."     

"Bibi . . ." Ella mencoba menjelaskan tapi Cole sudah memutuskan panggilannya. Ella bahkan mencoba menghubungi balik nomor itu dan tidak lagi bisa, mungkin nomor itu sudah memblokir Ella secara permanen.     

Air mata Ella tumpah ruah seketika, dia bahkan tak tahu jika bibinya itu menderita cancer, mereka juga pindah rumah tanpa memberi tahu alamat baru mereka dan sekarang ancaman yang ditujukan padanya ternyata juga berimbas pada pamannya.     

Tok Tok     

Seseorang mengetuk pintu apartment Ella dan gadis itu berlari ke arah pintu, dia berharap itu Marcus yang menjemputnya untuk bertemu dengan Robert tapi ternyata itu adalah George.     

Ella membuka pintu dan George menatapnya menangis, pria itu melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.     

"Hei . . ." Sapanya dan seketika Ella menghambur ke pelukan George. Satu-satunya tempat untuk berbalik saat dia lelah berlari untuk mengejar Robert Owen adalah George Bloom.     

"Everything is gonna be ok."George mengusap punggung Ella dan wanita itu menumpahkan semua kesedihannya dalam pelukan Geroge yang menenangkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.