THE RICHMAN

The Richman - Secret Garden



The Richman - Secret Garden

0Ella masuk ke dalam rumahnya dan bersiap untuk mandi. Dia masih belum bisa memikirkan kata-kata Robert soal Secret Garden. Setelah masuk ke dalam kamar mandi yang di lakukannya hanya berhenti di depan wastafel dan melihat wajahnya di kaca. Ella menyentuh wajahnya dan berusaha menemukan garis halus di sana, belum ada, dia masih berusia dua puluh enam tahun saat ini dan tanda-tanda penuaan itu belmum menyentuh wajahnya sama sekali.     

Ella menegakkan tubuhnya dan berjalan kian kemari untuk memastikan tentang perasaannya pada Robert. "There's no way back." Gumamnya dalam hati. Ella berkacak pinggang dan berhenti di depan cermin untuk melihat dirinya di sana, dia mengangkat rambutnya dalam gulungan dan memiringkan tubuhnya. Masih sama, tak banyak yang berubah kecuali dia sekarang lebih mengerti bagaimana untuk tampil lebih modis.     

Ella melucuti pakaiannya kemudian berjalan ke arah shower untuk membasahi dirinya dan mandi. Hatinya sudah bulat, malam ini dia akan menemui King of England di secret garden, tak peduli apapun yang terjadi.     

"Kau pernah melangkah masuk dengan setengah keberanianmu Ella, dan sekarang gunakan semua yang tersisa untuk bertahan. Setidaknya cobalah." Bisik Ella dalam hati. "Sekali seumur hidupmu, lakukan apa yang benar-benar kau inginkan untuk dirimu sendiri." Imbuhnya.     

Ella kemudian bergegas membersihkan dirinya. Dia keluar dari kamar mandi, memilih gaun terbaik untuk di kenakan malam ini dan gaun berwarna nude menjadi pilihannya, lengkap dengan satu set perhiasan yang simple tapi tetap terlihat elegan. Ella juga memilih stiletto hitam dengna potongan sederhana. Setelah menata rambutnya yang dibiarkan teurai dan memoleskan make up, yang terakhir Ella tak lupa menyemprotkan parfume.     

Marcus bukan orang yang bisa atau mungkin terlambat, dan benar saja, sesuai yang dijanjikan oleh Robert, tepat pukul tujuh malam, Marcus datang dan menjemputnya.     

"After you mam." Ujar Marcus, dan Ella berjalan mendahuluinya. Pria itu masih sama, bahkan setelah lima tahun dia tak berubah sama sekali. Pendiam, dan tak banyak bicara. Bahkan meski dia tahu begitu banyak rahasia tapi dia bukan orang yang bisa di tanyai, kecuali oleh orang yang lebih powerful darinya. King Robert Owen, mungkin dialah satu-satunya orang yang bisa membuat Marcus buka mulut.     

"Kau terlihat tak banyak berubah Marcus." Ella mencoba mengajak bicara pria itu dan Marcus tak menjawab, dia hanya melirik dari balik spion yang tergantung di hadapannya.     

Ella mengkerutkan alisnya, dia berusaha membuat suasana lebih cair antara dirinya dan Marcus, "Aku penasaran, bagaimana hubungan King Robert dan pasangannya."     

"Lebih baik anda bertanya langsung pada King Robert." Ujar Marcus singkat.     

"Marcus, aku benar-benar butuh pendapatmu. Apa yang kulakukan saat ini benar?" Mendadak Ella mempertanyaakan keputusannya sendiri.     

"Aks your heart." Jawab Marcus.     

Ella mengkerutkan alisnya, "Marcus, are you mad at me?" Tanya Ella.     

"I have no right." Jawabnya.     

"Lalu mengapa kau begitu ketus padaku?" Tanya Ella bingung, tapi seperti yang sudah di duga, dia tidak pernah mendapat jawaban apapun dari Marcus. Sepanjang perjalanan dia diam seribu bahasa setelah percakapan singkat yang tidak berujung baik tadi.     

Ella tiba di secret garden dan Marcus membukakakan pintu untuknya. Tatapan terakhir diantara mereka masih menyimpan sejuta tanda tanya di benak Ella, ada apa dengan Marcus? Namun pertanyaan itu segera menguap hilang karena Robert sudah menunggunya di dalam.     

"You're look georgeus." Robert menghampirinya.     

"Your're majesty." Ella memberi hormat.     

"Come." Robert mengulurkan tangannya dan Ella membalas uluran tangan itu. Rupanya Robert membawanya ke sisi lain istana untuk menikmati makan malam. Kali ini dengan konsep rooftop dinner.     

"It's amazing." Gumam Ella setelah melihat tempat mereka berada saat ini. Langit malam ini bertabur bintang dan terlihat sangat cantik. Robert membuka kursi untuknya dan Ella menatapnya sekilas sebelum mengucapkan "Thanks." dan kemudian duduk.     

Robert membersihkan tenggorokkannya sementara Ella menatapnya. "Aku pikir kau akan menolak undanganku." Ujar Robert.     

"You're the king of England, dan semua rakyatmu mendengarkanmu." Ujar Ella disusul senyuman Robert.     

"So you're british now?"     

"Not really but I'm here now." Jawab Ella. "But first of all, let me know something."     

"What?"     

Ella menghela nafas dalam, "Seberapa jauh hubunganmu dengan wanita itu."     

"Maksudmu Willhelmina?"     

"Ya." Angguk Ella, dalam hati Ella tengah mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban terburuk dari Robert. Rahang Robert mengeras sekilas, "Setidaknya sebelum membahas itu, sebaiknya kita makan."     

"Jangan mengalihkan pembicaraan Robert, tidak lagi." Ella menolak.     

"We're going to married." Ujar Robert singkat, keduanya saling menatap dalam kebekuan.     

"Are you insane, your majesty?" Ella menggeleng. "Kau akan menikahinya, jadi untuk apa kau menarikku lagi dalam kerumintan ini?"     

"Aku tidak akan menikahinya." Ujar Robert.     

Ella menggeleng, "Anda masih orang yang sama yang kutemui lima tahun lalu." Ella bersiap untuk pergi tapi Robert menarik tangannya. Mendadak dia berlutut dan menyodorkan cincin pada Ella.     

"Kau benar aku gila." Robert menatap Ella dan gadis itu membeku membalas tatapannya. "Sebelum bertemu denganmu aku adalah pangeran dari Royal Family, aku komandan operasioan united kingdom air force, instingku sangat kuat dan aku tidak pernah membiarkan apapun melemahkanku." Robert menelan ludah. "Lalu kau datang dan membuatku gila. Lima tahun terakhir aku selalu terbangun dalam mimpi burukku tentang hari itu, dan aku tidak akan membiarkan itu menjadi mimpi burukku selama sisa hidupku." Robert menatap Ella dalam-dalam. "Emanuella Dimitry, would you be someone who can accept my madness and weakness for the rest of my life. To be the only woman I love until the end of my life?"     

Ella terdiam beberapa saat, "May be." jawabnya.     

"Really?" Robert mempertanyakan jawaban itu, dia bangkit dan menatap Ella. "Aku mengundangmu dalam makan malam romantis, melamarmu dengan cincin berlian dan kau menjawab may be?" Alis Robert mengkerut.     

Ella tertunduk, "Robert, kau tahu ini tidak mudah bagiku. Kau masih memiliki hubungan dengan Willhelmina, dan sekarang kau melamarku?"     

Robert menarik Ella untuk duduk kembali, "I'll call her now."     

Robert menghubungi nomor telepon Willhelmina dalm load speaker. "Halo." Suara wanita terdengar di seberang.     

"Willhelmina." Sahut Robert.     

"Hai Honney, do you miss me?" Suara Wilhelmina terdengar lagi dan Ella memutar matanya. Robert melirik ke arah Ella.     

"Willhelmina, aku minta maaf untuk semuanya." Ujar Robert.     

"Hei . . . tidak masalah sayang, aku tahu cukup sulit bagimu untuk mengurus semuanya."     

"Bukan soal ini." Ujar Robert.     

"Lalu?" Willhelminta mulai terlihat panik.     

"Aku tidak bisa menikahimu." Ujar Robert.     

"Why?" Suara Willhelmina terdengar bergetar.     

Robert menatap Ella dan meraih tangannya, "I fell in love with another woman, and she is sitting in front of me now. I proposed to her, and am still waiting for her answer."     

"You sucks, Robert." Umpat Willhelmina.     

"Sorry." Robert menyudahi panggilannya dan menatap Ella. "So the answer is?" Robert menatap Ella, gadis itu menajdi begitu gugup, dadanya aik turun dan matanya berkaca.     

"Would you marry me?" Robert bertanya sekali lagi dan air mata gadis itu berjatuhan.     

"Bisakah kau berhenti mengejutkanku?" Ella tersenyum di tengah tangisnya.     

"Answer please."     

"Yes." Angguk Ella.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.