THE RICHMAN

The Richman -



The Richman -

0Ella membuka ponselnya dan melihat laman sosial media milik Robert Owen. Sosial media yang awalnya di buat olehnya untuk Robert kini di jalankan dengan lebih profesional dengan berbagai foto dan video formal yang diambil dalam setiap kegiatan yang dijalankan Robert sebagai Raja dari United Kingdom.     

Pidatonya di acara wisuda baru saja di upload dan mendapatkan begitu banyak like dan komentar dan kesemuanya bernada positif. Bahkan di bagian komentar begitu banyak akun bercentang biru dari berbagai kalangan mulai dari influencer, artist bahkan kalangan politisi yang memberikan pujian pada Robert. Ella duduk memandanginya sembari mengaduk ramennya tanpa benar-benar menyadari apa yang dia lakukan.     

"Time to move on Ella." Gadis itu tersenyum untnuk dirinya sendiri sebelum akhirnya menutup akun sosial media milik King of England itu dan memakan ramennya. Beberapa kali Ella terlihat menghela nafas dalam kemudian menghembuskannya kasar. Moment semembahagiakan ini tak bisa dia bagi dengan siapapun, dan itu sangat menyedihkan.     

Tiba-tiba terdengar bunyi bel dari pintu apartmentnya dan Ella berjalan dengan ragu-ragu menuju pintu apartmentnya. Seorang pria dengan stelan resmi berdiri di depan pintu. Ella mempertimbangkan beberapa saat untuk membuka pintu atau tidak sama sekali, akhirnya dia membuka pintu itu.     

"Hi." Ella beridiri kebingungan karena dia praktis tidak mengenali siapa pria yang berdiri di ambang pintu itu.     

"Mss. Dimitry, it's for you." Ujar sang pria sembari memberikan buket bunga mawar yang sangat besar pada Ella hingga wanita itu kesulitan untuk memegangnya, dan sebuah paper bag berwarna hitam.     

"Permisi." Pria itu meninggalkan Ella dan dengan bersusah payah gadis itu membawa buket bunga itu masuk ke dalam ruangan, kemudian meletakkannya di atas meja bersama paper bag berwarna hitam.     

Ella mengambil kertas yang terselip di antara bunga mawar merah itu dan mebuka lipatannya. "Congratulation and good luck for your future life - King of England"     

Tubuh Ella membeku setelah membaca pesan dengan tulisan tangan itu. Matanya membulat dengan bibir setengah menganga, dia tidak menyangka bahwa Robert akan mengirimkan bunga dengan cara seperti ini. Mata gadis itu berkaca, beberapa saat setelah menemukan kekuatannya kembali Ella membuka paperbag yang ada di atas meja dan mengeluarkan sebuah kotak cukup besar. Dengan tangan gemetaran Ella membuka kotak itu dan melihat isinya, sepasang anting dan kalung bertatahkan berlian meski bukan berlian yang besar, tapi perhiasan ini jelas sangat mahal.     

Terselip kertas lain di sana, kali ini bentuknya lebih besar, dalam sebuah amplop yang tertutup dengan stempel kerajaan. Ella membuka amplopnya dan mulai membaca isinya.     

Dear Emanuella Dimitry     

Aku sungguh tidak pantas menghubungimu dengan cara seperti ini sebenarnya. Aku berharap bisa memberikan ucapan selamat secara langsung padamu dan memberikan hadiah kecil ini untuk semua kerja kerasmu selama ini.     

Tidak adil bagimu jika aku ingin bertemu denganmu setelah selama dua tahun aku tidak menghubungimu sama sekali. Tapi percayalah aku adalah Robert Owen yang sama seperti yang kau kenal dulu, meski sekarang tanggungjawabku begitu besar dan menghabiskan begitu banyak waktuku hampir setiap hari sebagai King of England.     

Ini terkesan cengeng, tapi aku benar-benar memikirkanmu setiap malam, saat aku duduk sendiri di kamarku setelah hari yang melelahkan, aku berharap bisa melihatmu, menyentuhmu, bahkan menciummu. Aku sadar, ini tidak adil bagimu.     

Dengan surat ini aku ingin meminta maaf untuk banyak hal yang tak bisa kupenuhi padamu. Kuharap kau menemukan kehidupan yang penuh keberuntungan setelah ini. Setiap hari aku mendoakan yang terbaik untukmu, Emanuella Dimitry. Terimakasih sudah hadir dalam kehidupanku, sampai detik ini kau masih satu-satunya yang spesial untukku.     

Robert Owen Fredric Jr     

King of England     

Ella jatuh terduduk dengan air mata berlinangan, dia terisak seindiri di ruangan kecil itu dengan hatinya yang kembali berkecamuk. Pengakuan Robert dalam suaranya benar-benar mencabik-cabik pertahanan dirinya selama ini.     

"Mengapa kau begitu kejam padaku . . ." Ella berbisik lirih dalam hati disela linangan air matanya yang terus jatuh.     

***     

Sementara itu di kantornya George tengah sibuk dengan meetingnya. George terjun ke perusahaan yang di miliki keluarganya, yang dipimpin oleh ayahnya menjadi satu-satunya pewaris perusahaan dan kekayaan orang tuanya.     

"Good job son." Puji Aldric beigtu George selesai dengan semua gebrakan di internal perusahaan yang akan membuat kinerja perusahaan melejit dan menghasilkan pundi-pundi yang semakin besar untuk keluarga mereka dan yayasan yang dikelola oleh ibunya kini. Richard sudah begitu tua dan memilih untuk pensiun, menghabiskan waktunya untuk bersantai di rumah dan melakukan liburan ke tempat-tempat yang indah bersama dengan beberapa temannya.     

"Thanks dad." George tersenyum.     

"Kau siap untuk memegang perusahaan ini." Senyum Aldric.     

"Under your inspection Sir." Jawab George. Setelah sang ayah pergi meninggalkan ruangannya, George kembali termenung, di benaknya bergantung bayangan wajah Ella, gadis yang mengisi hatinya dan meski dua tahun terakhir Ella tak lagi menghubunginya baik untuk sekedar mengikmati kopi bersama, meminta tolong atau bercakap di cafetaria. Geroge benar-benar belajar untuk merelakan apa yang sungguh dia cintai. Karena cinta yang sesunggunya adalah saat kau merelakan orang yang kau cintai bahagia, meski itu tanpamu.     

Di belahan dunia yang lain Ella masih merenungi hadiah dari Robert Owen Fredric Jr, King of England. Akan dia apakan berlian itu? Hari kelulusan yang kelabu baginya, tak ada orang tua, saudara, atau bahkan teman yang membantunya mengatasi kesedihan, surat Robert justru melengkapi kelabunya hari itu bagi Emanuella Dimitry. Gadis itu memeluk lututnya dan menangisi harinya yang begitu kelabu hari ini. Disaat semua orang sibuk merayakan kelulusan mereka, saat itulah Ella mengalami hari terburuk, selalu seperti itu.     

Di istana, Robert tengah duduk di meja kerjanya. Di sela kesibukannya hari itu, Robert menyempatkan diri untuk duduk diam tanpa melakukan apapun. Dia membayangkan kejadian beberapa jam lalu, dimana Ella duduk diantara wisudawan lainnya, sangat dekat dengannya untuk diraih, tapi tak bisa dia lakukan karena kini dia bukan sekedar Prince Robert, melainkan King Robert. Semua manuver yang dia lakukan berperngaruh besar untuk citra Monarki. Dan ibunya Queen Elena masih menikmati menjadi ratu tampaknya. Begitu Robert menikahi seorang gadis, secara otomatis gadis itu akan menjadi ratu dan menggantikan kedudukan ibunya, dan Elena masih enggan melepas mahkotanya.     

Sang ratu masuk ke dalam ruangan puteranya dan menghentikan langkah saat melihat Robert melamun di meja kerjanya. Dia menatap puteranya itu sebagai "anak" untuk pertama kalinya, anak laki-laki yang berkorban, mengorbankan ego, perasaan dan cintanya demi ibunya.     

"King Robert." sang ratu akhirnya menghampirinya, dia memberikan sebuah kertas dalam amplop tertutup.     

"Queen." Jawabnya.     

Sang ratu menghela nafas dalam, "Aku rasa sudah waktunya kau menemukan kebahagiaanmu. Aku akan melepaskan mahkotaku untukmu, my son. " Queen meletakkan kertas itu dan meninggalkannya. Begitu sang ibu keluar dari ruangannya, Robert mengambil amplop itu dan membukanya. Dia melihat sepuluh nama gadis yang tertulis di kertas itu, dan rahang Robert mengeras sekilas. Dia melipat kertas itu lagi dan menjatuhkan tubuhnya ke sandaran belakang kursi.     

Baik Robert, George dan Ella, semua mengalami hari kelabu dengan caranya masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.