THE RICHMAN

The Richman - In Between



The Richman - In Between

0-Dua Bulan Kemudian-     

Hubungan Prince Robert dan Clara Benedict kian santer di bicarakan masyarakat setelah unggahan dari akun media sosial Prince Robert sendiri dan juga Clara Benedict yang mempertontonkan kedekatan mereka berdua, mulai dari minum kopi bersama, berjalan-jalan di taman istana, makan malam, hingga beberapa kunjugan resmi Robert yang didampingi oleh Clara Benedict.     

Sementara itu selama dua bulan terakhir Ella benar-benar hidup dalam bayang-bayang hubungan mereka berdua yang menyiksa. Namun karena dia di bayar untuk mengintil kegiatan Robert dan juga Clara maka tak ada alasan untuk menolak atau menghindar. Dia akan selalu berada di tempat dimana Clara dan Robert berada, syukurlah karena disaat mereka berdua tengah bersama, Ella memiliki Markus yang meski diam saja tapi setidaknya mereka berada di tempat yang sama menyaksikan semua adegan romantis antara Robert dan Clara.     

Robert bahkan bertingkah seolah Ella tak ada di sekitarnya hingga dia dengan sangat bebas dan tak canggung lagi mempertontonkan keakraban antara dirinya dan Clara. Dan untuk semua yang dilakukan Robert itu, meski semuanya atas inisiatif sang pangeran sendiri, Ella mendapatkan hadiah berupa uang yang langsung ditransfer ke rekening pribadinya juga sebuah perhiasan mahal berupa kalung dengan lionton berlian, meski tak besar.     

***     

Tok Tok     

Ella berdiri di depan ruang kerja Prince Robert dan cukup lama sampai akhirnya dia dipersilahkan masuk. Sementara itu didalam ruangan ada Clara yang entah sudah berapa lama ada di tempat itu.     

"Your highness mencari saya?" Tanya Ella tanpa menoleh ke arah Clara.     

"Ya, aku ingin kau mengatur liburan untukku dan Clara minggu depan." Ujar Robert, permintaan yang tidak masuk akal karena Robert memiliki asisten pribadinya sendiri yang mengatur semua jadwalnya, dan Ella benar-benar hanya di pekerjakan sebagai asisten sosial media, tapi apa daya, ini adalah perintah pangeran dan harus dia lakukan.     

"Apakah anda sudah memiliki tujuan, your highness?" Tanya Ella sopan.     

Robert menoleh ke arah Clara. "Mungkin sebaiknya kau yang memutuskan sayang." Ujar Robert dan wanita muda itu tersenyum.     

"Mengapa merepotkan Mss. Dimitry, dia adalah asisten sosial mediamu. Aku bisa mengatur liburan kita." Clara tersenyum ke arah Robert kemudian menatap ke arah Ella. "Tapi untuk kali ini, no camera, no social media, . . ." Gadis itu mendekat ke arah Robert dan menatap pria itu dengan mesra. "Aku ingin liburan ini hanya antara kita." Bisiknya sebelum mengecup bibir Robert singkat. Sialnya semua kejadian itu terjadi di hadapan Ella.     

"I'll call you to night, your highness." Clara mengecup bibir pangeran itu lagi sebelum meninggalkan ruangan, sementara Ella masih berdiri di tempat itu menunggu perintah lainnya dengan sangat sabar. Meski setiap kali berada di hadapannya, Robert selalu tampak sengaja mengumbar kemesraan bersama dengan Clara tapi Ella berusaha untuk tidak terpancing.     

"Ada lagi yang anda ingin saya lakukan your highness?" Ella bertanya dengan sopan.     

Robert berdehem, dia berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan mendekati Ella. "Besok pagi akan ada kunjungan ke Bibury dan hanya kau dan Marcus yang akan ikut."     

"What?" Ella tampak terkejut mendengar itu. "Anda memiliki janji dengan Mss. Benedict."     

Robert menghela nafas dalam, "Itu perintah bukan ajakan." Ujar Robert dan Ella mengangguk. "Yes your hihgness." Ella terdiam.     

"Kau boleh keluar." Robert berkata dengan ketus dan Ella berjalan meninggalkan ruangan sang pangeran. Sesaat setelah Ella pergi, Robert terlihat frustasi. Dia duduk dengan wajah marah. Sebenarnya sudah sebulan terakhir setiap kali usai bertemu dengan Ella, Robert menjadi uring-uringan. Alasannya, tak lain adalah karena gadis itu mengacuhkannya. Dia tampak lebih sering mengobrol dengan ibunya bahkan dengan Marcus tapi tidak menghiraukannya sama sekali. Beberapa kali Ella menolak bertemu di istana kecil saat pertemuan itu hanya antara mereka berdua.     

Dengan semua penolakan itu, Robert semakin menjadi-jadi. Dia menggunakan Clara untuk membuat Ella cemburu, tapi setiap kali Ella menunjukkan eksrepsi datar setelah menyaksikan adegan kemesraan antara dirinya dan Clara Benedict, Robert menjadi semakin marah. Harga dirinya sebagi seorang laki-laki terlukai ketika wanita yang diinginkannya menolaknya, apalagi dia adalah seorang putera tunggal dari Royal Family. Keluarga yang paling berkuasa di seantero negeri.     

"Your highness, jangan menggunakan Mss. Benedict untuk menyakiti saya, karena mungkin anda bukan sedang menyakiti saya, melainkan dia." Kalimat itu pernah di ucapkan Ella beberapa minggu lalu, tepat saat Robert dengan nekat mencium Clara untuk pertama kalinya di hadapan Ella.     

Kalimat itu dikatakan Ella dengan tegas, dengan seluruh sisa kekuatan yang dia miliki meski hatinya hancur berantakan. Tapi Ella berhasil mengatakannya dengan wajah datar seolah tak terpengaruh, gadis cerdas itu belajar banyak dari Marcus. Menyembunyikan semua perasaan di balik wajah datarnya, hingga tak seorangpun bisa mengetahui isi hati Marcus dan apa yang sedang di rasakannya. Dan membaca isi hati orang seperti itu akan membuat frustasi, dan itu berhasil di lakukan Ella untuk membuat Robert frustasi.     

Sang master strategi kewalahan menghadapi gadis polos yang tampaknya sudah kehilangan kepolosannya karena dia cepat belajar. Dari Marcus dia belajar seni menyembunyikan perasaan dalam ekspresi datar yang justru bisa membuat orang mati penasaran. Dari Queen Elena dia belajar bagaimana cara menjadi wanita yang memiliki nilai tawar, meski akhirnya dia menggunakannya untuk menghadapi puteranya sendiri. Dan dari sang Raja, yang meski hanya bertemu beberapa kali, Ella belajar satu hal, bahwa orang yang memiliki kedudukan tak perlu banyak bicara, jika bisa, berdehem saja apa yang dia inginkan sudah bisa di pahami oleh orang-orang, dan itu disebut wibawa.     

***     

Sementara itu Ella meninggalkan istana karena pagi ini dia harus pergi kuliah. Sepanjang perjalanannya dengan kereta Ella memikirkan tentang Prince Robert. Pria itu terlihat membingungkan, dia membuat romansa bersama Clara Benedict di depannya, namun di belakang Clara mengapa dia mengagendakan kunjungan pribadi hanya bersama dengan Marcus dan dirinya.     

***     

Ella berjalan menyusuri koridor saat George berlari untuk mengimbangi langkahnya.     

"Hi . . ." Sapanya.     

"Hi Goerge." Jawab Ella sembari terus berjalan, dia tahu dia akan terlambat jika menyempatkan diri untuk mengobrol dengan George lebih dulu. "Aku pikir kau masih di Amerika." Ella menoleh ke arah George sekilas.     

"Aku baru pulang kemarin, maaf tidak mengabarimu." Ujarnya.     

"Bagaimana perjalananmu?" Tanya Ella.     

"Cukup menyenangkan karena akhirnya aku bertemu dengan keluargaku." Ujar George.     

"Aku senang mendengarnya, by the way aku harus masuk kelas sekarang." Ella berhenti sejenak dan menatap ke arah George.     

"Ok, aku hanya ingin mengajakmu liburan besok." Ujar George. "Aku punya tiket konser." Ujarnya.     

Ella tampak memasang wajah penuh sesal, "Maaf George, aku harus bekerja besok" Ujarnya.     

"Ella, besok adalah hari Sabtu." Protes George.     

"Besok ada kunjungan yang akan dilakukan oleh Pince Robert dan aku harus ikut untuk mengabadikan momentnya." Ujar Ella penuh sesal. "I'm so sorry." Sesalnya lagi.     

"It's ok." George tersenyum sekilas. "Aku akan mengajakmu lain waktu." Meski berusaha tampak biasa saja namun George benar-benar sudah merencanakan untuk menonton konser ini. Could play adalah band yang diam-diam disukai oleh Ella dan mereka akan melakukan konser di Inggris dengan penonton terbatas. George harus mengorbankan ribuan dollar untuk mendapatkan tiket VVIP dimana selain menonton konser dari jarak dekat, dia juga berhak untuk mendapatkan waktu khusus mengobrol dan meminta tandatangan dengan vocalisnya. Tapi Ella bahkan menolak sebelum mengetahui band apa yang akan ditonton oleh mereka berdua.     

"Sure." Ella tersenyum sembari mengusap lengan George dan bergegas masuk ke dalam kelas. Tapi sebelum dia benar-benar pergi George sempat mengatakan sesuatu. "Aku menunggumu selesai kelas hari ini." Ujarnya dan Ella mengangguk, sembari berbisik "Bye George" dengan mimik bibirnya.     

Selama dua bulan terakhir, baik George maupun Ella memiliki kesibukan masing-masing karena mereka harus melewati ujian smester untuk menentukan kelulusan mereka menuju smester berikutnya. Ella berjuang mati-matian untuk mendapatkan nilai terbaik sementara dia juga harus menghadapi kerumitan pekerjaan dan juga kerumitan menghadapi Robert.     

Dari pagi hingga sore hari selama weekdays Ella menghabiskan waktunya di kampus, selain untuk mengikuti kelas juga untuk mengerjakan tugas-tugasnya di perpustakaan, dan menyempatkan belajar. Bahkan terkadang dalam perjalanannya pulang atau berangkat ke kampus dengan kereta, Ella harus membaca buku pelajarannya. Tanpa dia sadari, dengan kesibukan yang sedemikian padat, dia tak lagi memikirkan soal asmaranya berlebihan. Dia justru dapat mengatasi gejolak perasaannya saat berada dekat dengan Robert sementara pria itu sibuk menyiksanya dengan memamerkan kemesraan bersama Clara Benedict di hadapannya.     

Tapi semua siksaan yang dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan kekebalan, dan Ella mengalami hal itu. Lama kelamaan rasa sakit itu tak sebesar rasa sakitnya ketika dua bulan lalu pertama kali menyaksikan Robert mencium Clara di hadapannya. Berhari-hari Ella merasakan rasa sakit hati yang besar, bahkan malam-malamnya dia habiskan dengan memikirkan untuk mundur dari pekerjaannya sampai suatu pagi, di hari kelima setelah kejadian ciuman itu dia di panggil oleh Queen Elena dan diberikan hadiah berupa uang dan juga perhiasaan. Saat itulah Ella memutuskan untuk merubah orientasinya, seperti yang dikatakan Queen Elena padanya.     

"Your Majesty, ini sungguh sangat berlebihan. Aku bahkan tidak melakukan banyak hal untuk Prince Robert dan Mss. Benedict." Ella sungguh merasa sungkan menerima semua hadiah itu dari sang ratu.     

Namun sang Ratu tersenyum. "Kau layak mendapatkannya, kau baru saja membuatku mewujudkan sebuah sejarah baru untuk Britania Raya." Puji Sang Ratu. "Jika Robert berhasil menikahi Clara, tentu saja itu akan sangat baik untuk Monarki." Imbuhnya dengan senyum bahagia.     

"Your Majesty, bolehkah saya bertanya sesuatu?"     

"Silahkan." Ujar sang Ratu mempersilahan. Selama dua bulan ini Ella menjadi cukup dekat dengan sang Ratu karena misi mereka untuk menjodohkan Robert dengan Clara. Bahkan sang Ratu merasa Ella adalah gadis yang mirip dengan dirinya saat masih muda, begitu cerdas, energic dan sedikit lugu.     

Ella sempat ragu-ragu mengatakannya, tapi pada akhirnya dia mengungkapkan pertanyaan yang selama dua bulan terakhir memenuhi isi kepalanya. "Your Majesty, bagaimana anda begitu yakin bahwa Prince Robert akan bahagia dengan Mss. Benedict?" Ella bertanya ragu-ragu.     

"Di dunia ini tidak melulu soal cinta. Terkadang kita perlu memiliki kekuatan dan kedudukan untuk bisa melakukan hal-hal besar atas nama cinta. Karena cinta dalam lingkup yang sangat sempit itu disebut dengan egois." Queen Elena berkata sepeti itu dan seketika sebuah pencerahan diperoleh gadis muda bernama Emanuella Dimitry.     

Seolah dia baru menyadari tentang satu hal, bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar cintanya pada seorang pria, ada hal yang lebih besar yang ingin dia raih, mimpi-mimpinya yang selama ini terpaksa terkubur setelah kedua orang tuanya meninggal dunia secara mendadak. Sudah saatnya Ella kembali mengejar mimpi-mimpinya itu dan mengesampingkan urusan "ego" nya entah itu dengan Prince Robert ataupun George.     

Mimpi gadis itu saat ini adalah berpenghasilan besar, memiliki tempat tinggalnya sendiri dan kendaraan. Setelah itu dia akan menemukan keperjaan yang tepat setelah lulus kuliah, entah itu tetap berada di Inggris atau kembali ke Amerika atau justru pergi ke negara lainnya.     

"Kau harus mengalir seperti air, atau terbang seringan kapas dan jangan pernah melawan arah angin yang akan membawamu pada tujuanmu. Terkadang takdir dalam hidup kita itu bisa menjadi sebuah kejutan besar. Dan aku yakin, kau gadis cerdas, kau bisa mengerti apa yang kumaksud." Ujar Queen Elena. Salah satu kalimat lain yang membuat Ella kembali memiliki tujuan hidup juga menemukan jati dirinya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.