THE RICHMAN

The Richman - Queen Knows Everythings.



The Richman - Queen Knows Everythings.

0Ellyn berbaring di pangkuan George sementara pria itu duduk bersandar di sofa.     

"Jadi kau tidak mencintai Ella?" tanya Ellyn setengah merengek.     

"No, we just friend." Geleng George, dia jelas berbohong demi melindungi Ella. Jika dia berterus terang tentang perasannya pada Ella, tentu saja Eleonnore akan mengamuk dan membuat kerusuhan di istana yang mungkin akan membuat posisi gadis malang itu menjadi semakin sulit. "Pengawalmu sudah menunggu di luar, sekarang pulanglah." Pinta George, sudah setengah jam Eleonnore bertengger di apartmentnya dan sang pengawal berdiri seperti patung diluar, George sungguh tak enak hati, tapi jika dia menoleh Ellyn berkunjung tentu gadis itu tidak akan tinggal diam.     

"Ok bye." Ellyn bangkit dari posisinya tapi sebelum dia benar-benar duduk dia meraih leher George dan berhasil memuat pria itu membungkuk hingga Ellyn bisa menjangkau bibir George dengan bibirnya. Hanya kecupan singkat karena George tak memberi kesempatan untuk ciuman yang lebih dalam.     

Ellyn mengambil tasnya dan berjalan keluar dari apartment George, saat dia menoleh dan melihat sang pengawal dia maenjadi kesal. Ellyn adalah gadis yang energic dan selalu menginginkan kebebasan, diikuti oleh pengawal kemanapun membuatnya kesal setengah mati. Meski Ellyn sering membuat ulah dengan membahayakan dirinya dan membuat sang pengawal terlihat gagal menjalankan tugasnya hingga akhirnya dirotasi, tapi selalu ada pengawal baru yang menggantikan. Entah sudah berapa kali Ellyn mengganti personil pengawalannya karena ulahnya.     

***     

Sementara itu di ruangan kerjanya Ella menarik diri. "Maaf your highness." Gadis itu jelas tidak bisa menerima perasaan sang pangeran setelah mengingat apa yang menjadi janjinya pada ratu Elena.     

"Aku akan memberimu waktu Ella, tapi tolong berikan aku kesempatan." Ujar Robert.     

Ella menelan ludah, "Pertama, ibuku adalah orang Amerika meskipun ayahku orang Inggris, dan aku bukan lahir dari kalangan bangsawan seperti yang diharapkan oleh seluruh negeri dari pangeran mereka."     

"Aku tidak peduli dengan itu semua." Robert berarugumen.     

Ella menatap Robert, dia mengumpulkan semua keberaniannya dan dengan tangannya yang gemetaran dia menyentuh wajah Robert, pria itu memejamkan mata saat tangan lembut Ella menyentuh wajahny.     

"I like you." Bisik Ella lirih. "So much . . ." Imbuhnya dengan suara bergetar. "But you deserve a woman who is much better than me."     

Robert mendekatkan wajahnya dan melumat lembut bibir Ella, tepat setelah Ella menyelesaikan kalimatnya.     

"Ella. . ." Robert menyebut namanya dan Ella tersadar. Dia bahkan tak menyadari sudah berapa lama Robert ber diri di tempat itu, sementara dirinya duduk di kursi tempat seperti saat terakhir kali ratu Elena meninggalkannya. .     

"Your highness." Ella menelan ludah, dia berbalik dan memilih untuk memberi jarak antara dirinya dan Robert.     

"Kau melamun?" Tanya Robert.     

"Em . . . maaf, your highness." Gadis itu terlihat kikuk dan seba salah. "Sudah berapa lama anda berdiri di sana, your highness?" Tanya Ella.     

Robert duduk di hadapan Ella dan menatap gadis itu dalam - dalam. "Cukup lama untuk membuat kakiku kesemutan." Canda Robert.     

"Maafkan saya, your highness." Sesal Ella.     

"Apa yang kau pikirkan sampai melamun seperti itu."     

Ella menggeleng, "Hanya beberapa hal." Ujarnya.     

"Tentang apa? Kuliahmu atau pekerjaanmu? Atau kau kesulitan membagi waktumu dan ini membuatmu begitu lelah?" Tanya Robert.     

"Tidak your hihgness, tidak seperti itu." Sangkal Ella. "Aku hanya berpikir mungkin sebaiknya anda memposting foto anda sendiri bersama dengan Lady Clara Benedict." Saran Ella, dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat mengatakan itu dan bukannya menjadi saran yang baik, justru terdengar seperti sebuah keterpaksaan bagi Ella untuk menyarankan hal itu.     

Robert mengangkat alisnya, dia mengerucutkan bibirnya sekilas, sementara tatapannya terkunci pada gadis muda di hadapannya. "Mengapa mendadak kau berpikir seperti itu?" Tanya Robert.     

"Postingan di sosial media Royal Family tentang anda dan lady Clara mendapatkan dukungan dari jutaan orang."     

Rahang Robert mengeras sekilas. "Jadi menurutmu itu menjadi alasan untuk benar-benar berkencan dengan Clara?" Robert menyipitkan matanya ke arah Ella, sementara gadis itu menghela nafas dalam, kemudian tersenyum dan menjawab. "Ya."     

"Jika menurutmu begitu, maka atur kencan untuk kami. Aku ingin kau sendiri yang mengabadikan gambar itu dan melihat semuanya, jadi aku tidak perlu menceritakan kejadian yang sebenarnya padamu." Robert tersenyum ke arah Ella dan berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Ella sendiri.     

"Your highness" Ella memanggil Robert dan pria itu menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Ella, sementara Ella terlihat pucat pasi, memainkan tangannya. "Aku sungguh berharap untuk kebahagiaan anda, your highness." Ucapnya tulus.     

"Thanks Mss. Dimitry." Jawab Robert formal. Pria itu menarik gagang pintu dan menutup kembali pintu di belakangnya menyisakan Ella yang berada sendiri di ruangan itu. Gadis itu tertududk lemas di kursinya sembari memegangi kepalanya.     

Semua adegan yang begitu nyata tadi ternyata hanya terjadi di dalam lamunannya dan Robert tidak mengatakan apapun, sedikitpun, bahkan pria itu juga tak memuji hasil kerjanya sama sekali. Sejak Robert masuk ke ruangan itu Ella sudah tenggelam dalam lamunannya.     

Ella meremas wajahnya dan duduk terdiam menatap layar ponselnya, tepat saat ponsel itu diketuk dua kali terlihat laman instagram dengan wajah Robert saat dia memberikan pidato pagi ini dalam kunjungannya ke panti asuhan.     

Ella menelan ludah, lalu menghela nafas dalam dan mematikan ponselnya. Hari ini tugasnya sudah dia kerjakan dengan baik, dan dia hanya harus berusaha untuk bisa menghuungi lady Clara Benedict untuk mengatur jadwal kencannya. Tapi sebelum melakukan semua itu Ella memeriksa jadwal Prince Robert minggu ini, tampaknya dia akan senggang di akhir pekan. Dan sebelum berani membuat janji dengan Clara Benedict yang harus dia lakukan adalah menanyakan pada Prince Robert soal waktu yang dia inginkan.     

Ella baru saja berniat keluar dari ruangannya saat Ellyn masuk tanpa mengetuk pintu dan berhasil membuat Ella terlonjak.     

"Your highness." Ella menunduk sekilas dan Ellyn tersenyum. "Tidak perlu seformal itu." Ellyn berjalan ke sofa dan melempar dirinya di sofa.     

"Apa yang anda lakukan di tempat ini your highness?" Tanya Ella.     

Tapi Ellyn tampak memilih untuk berbaring, "Sorry." Ujarnya singkat.     

"Untuk apa?" Ella menautkan alisnya.     

"Aku terlalu kasar padamu hari ini." Ujar Ellyn.     

"Bukan masalah." Ella mendekat ke arah sofa dan duduk.     

Ellyn menoleh ke arahnya. "Kau menyukai kakakku?" Tanya Ellyn dan Ella membulatkan matanya. "Bagaimana anda bisa bertanya seperti itu, your highness. Tentu saja tidak." Sangkal Ella.     

Ellyn mengangkat alisnya, "Aku tidak sebodoh itu gadis lugu, kau bahkan terlalu polos hingga tak bisa berbohong." Seloroh Ellyn dan Ella tertunduk lesu.     

"Tolong jangan mengatakan hal semacam itu lagi, your highness." Pinta Ella. "Jika ada yang mendengarnya, itu akan menyulitkanku." Imbuhnya.     

Ellyn tersenyum. "The Queen knows everythings." Mata Ella membulat.     

"Apa maksud anda, your highness?" Ella terperagah mendengarnya.     

"Ibuku tahu segala hal Emanuella Dimitry yang polos, serapat apapun kau menyimpan rahasiamu, ibuku sudah tahu." Ellyn bangkit dari posisinya dan menatap Ella. "Tapi aku mendukungmu." Ellyn tersenyum sembari menepuk pundak Ella. "Kakakku, si pria kaku itu layak mendapatkan kebahagiaannya. Dia sudah berkorban terlalu banyak untuk keluarga ini." Ellyn berjalan keluar dari ruangan Ella dan itu membuat pikiran Ella semakin rumit.     

"Queen knows everythings." Desah Ella lemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.