THE RICHMAN

The Richman - The Wedding



The Richman - The Wedding

0Seminggu setelah perawatan di rumahsakit, Mrs. Nevin memaksa untuk pulang karena hari pernikahan Lola akan dilaksanakan hari ini. Tak banyak tamu undangan, hanya beberapa kenalan dan keluarga. Dia bahkan duduk di kursi roda meski dia mengenakan gaun hari itu untuk merayakan kebahagiaan puterinya.     

Sheina duduk berhadapan dengan Lola setelah menyelesaikan make up untuk saudarinya itu, "Bagaimana penampilanku?" Tanya Lola.     

"Perfect." Bisik Sheina. Sejujurnya pernikahan kali ini bukan soal kebahagiaan saja yang mereka rayakan, melainkan kesedihan karena beberapa jam setelah ini mungkin berita duka akan menyusul.     

"Kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya Sheina.     

"Ya, membahagiakan mommy untuk yang pertama kalinya seumur hidupku, dan mungkin terakhir kalinya." Lola berkaca.     

"Kau adalah hal terbaik yang dia miliki." Lola dan Sheina berpelukan, kemudian mereka berjalan bergandengan keluar dari kamar Lola dan menuruni anak tangga. Mereka menuju halaman belakang rumah mereka dimana pesta kecil-kecilan disiapkan. Beberapa tamu sudah berdiri di sana dan mempelai pria juga sudah berdiri di depan pendeta berama dengan pendamping mempelai pria yang secara tidak sengaja adalah Oliver.     

Sheina dan Lola bergandengan erat dan Sheina yang mengantar Lola, kali ini bukan sebagai orang asing, melainkan sebagai kakak beradik. Mrs. Nevin mengatakan bahwa ayah biologis mereka bahkan sama, karena Mr. Nevin adalah cinta pertama Mrs. Nevin dan Sheina adalah buah cinta mereka yang pertama sebelum Lola.     

Janji suci mereka berdua disaksikan semua keluarga dan kerabat dengan haru, apalagi Mrs. Nevin yang sejak tadi tak henti-hentinya meneteskan air mata. Barulah setelah ciuman Lola dan suaminya untuk pertama kalinya, Mrs. Nevin bisa tersenyum bahagia. Pesta penikahan dilanjutkan dengan acara makan malam.     

Lola dan Dereck kekasihnya memilih untuk menikah dengan pemandangan langit senja, tak ada satupun orang yang hadir di tempat itu menduga bahwa keduanya tak saling mencintai kecuali Sheina yang tahu cerita mereka berdua. Bahkan Mrs. Nevin tampak sangat bahagia menyaksikan semua kemeriahan itu. Dia berbincang bersama beberapa koleganya yang ikut menghadiri pernikahan puterinya itu, mereka bercerita dengan asik dan Mrs. Nevin juga tampak menikmati berbagai candaan yang dilontarkan teman-teman kerjanya dulu, sebelum cancer merenggut semuanya darinya.     

Sementara itu Sheina dan Oliver memilih duduk di tempat yang tak cukup dekat dengna keramaian, mereka menikmati pemandangan malam, alunan musik dan juga keintiman diantara mereka berdua.     

"Aku tidak menyangka semua akan seindah ini pada akhirnya." Sheina menatap Oliver.     

"Kau berhak mendapatkan yang terbaik." Bisik Oliver. "Kau menemukan keluargamu dan kau bisa melepaskan semua kepahitan yang selama ini kau simpan dalam hidupmu. Jika selama ini kau merasa tidak pantas dan merasa rendah karena orangtuamu memilih untuk tidak merawatmu saat kau bayi, kau sudah mendapatkan jawabannya."     

"Ya." Sheina bergulung di pelukan Oliver dan mereka berakhir di tempat itu. Lola dan Dereck memilih untuk bercengerama dengan keluarga dereck begitu juga dengan sebagian besar orang hingga akhirnya pesta kebun itu berakhir.     

Pihak even organizer membereskan semuanya sementara Lola memilih untuk menikmati malam pertamanya bersama Dereck meski mereka tak saling mencintai dan Oliver tidur di kamar yang sama dengan Sheina, tak ada yang mereka lakukan selain tidur dalam posisi berpelukan.     

Mrs. Nevin juga berbaring di ranjangnya setelah mengobrol dengan kedua puterinya untuk beberapa waktu.     

"Jika waktuku datang, aku tak lagi punya penyesalan." Ucapnya.     

"Mom." Sheina meremas tangan wanita itu, dan Mrs. Nevin tersenyum. "Aku bangga memiliki kalian berdua." Bisiknya lemah.     

"Kalian harus tetap saling berhubungan meskipun kalian tinggal jauh karena kalian saudara." Bisik Mrs. Nevin lagi sebelum dia mengatakan bahwa dia ingin istirahat dan semua orang keluar dari ruangan itu.     

***     

Pagi ini Sheina berencana untuk berpamitan dan kembali ke New York, karena pekerjaan dan kehidupannya di New York sudah cukup lama menunggu dan kepulangannya ke New York tidak bisa lagi di tunda.     

"Where's mom?" Tanya Sheina pada Lola saat pasangan pengantin baru Lola dan Dereck tengah menikmati sarapannya.     

"Di kamarnya." Jawab Lola.     

"Ok, aku akan memeriksanya." Sheina mengusap punggung Oliver dan meminta pria itu untuk bergabung dengan Lola dan Dereck untuk sarapan sementara dia memeriksa ibunya.     

"Mom . . ." Sheina membuka pintu kamar wanita itu perlahan dan mendekatinya. "Mommy." Bisiknya perlahan sembari menyentuh tangan wanita itu, tapi tangannya sangat dingin.     

"Mom . . ." Sheina mulai panik, "Tolong, . . . mommy!" Dia berteriak dan semua orang menghambur ke ruangan itu. Dereck segera memeriksa denyut nadinya dan sudah tidak di temukan, Lola meraung-raung sementara Dereck memeganginya dan Oliver memeluk Sheina yang terhuyung lemas.     

Pemakaman dilaksanakan hari itu juga, sehari tepat setelah pernikahan Lola dan semuanya berjalan dengan sangat lancar, bahkan sebelum meninggal dunia Mrs. Nevin sudah menuliskan wasiatnya pada kuasa hukum dan dia juga sudah memerintahkan kuasa hukumnya untuk menemui kedua puterinya setelah kematiannya.     

Mrs. Nevin memberikan sejumlah besar uangnya untuk Sheina puterinya karena selama ini dia tidak membiayainya dan membesarkannya, begitu juga dengan Lola karena dia tahu puterinya tidak memiliki pekerjaan tetap dan bergantung hidup darinya selama ini. Dia juga memberikan rumah itu pada Lola dan Dereck untuk ditinggali dan sebagian lagi hartanya dia sumbangkan untuk yayasan cancer.     

Kini tiba saatnya bagi Sheina untuk berpisah dengan saudarinya itu dalam keharuan besar. Tapi mereka berjanji untuk saling mengunjungi dan tetap menjaga komunikasi, karena setelah tidak ada lagi orang tua mereka, darah yang mengalir dalam diri mereka masing-masing adalah darah yang sama.     

"Aku akan mengunjungimu lagi nanti, sister." Sheina memeluk Lola dan wanita muda itu terisak.     

"Aku tak memiliki siapapun lagi sekarang." Bisik Lola.     

"Hei, kau memilikiku." Sheina menatap adiknya itu sekali lagi dan mereka berpelukan kembali. "Take care." Bisik Lola.     

"You Too."     

Perpisahan terjadi, dan tidak pernah menyenangkan. Diawali dengan pertemuan yang terasa berat, dan diakhiri dengan perpisahan yang sama beratnya, satu hal yang pasti, tidak ada lagi rasa pahit dalam hati Sheina. Sesuatu yang benar-benar dia inginkan sudah dia temukan, keluarga bologis, dan dia juga memiliki keluarga Anthony, ayah dan ibu barunya, such a perfect life. Apalagi Oliver Hawkins tak pernah meninggalkannya.     

"Thank you for always be my support system." Bisik Sheina saat mereka dalam pesawat menuju New York.     

Oliver tersenyum, "You can count on me." Jawabnya.     

"I love you." Sheina berbisik dan Oliver menawab "I love you most." Oliver meraih tangan Sheina dan menciumnya kemudian meremasnya lembut. Pria itu menatap kekasihnya dalam-dalam, entah apa yang ada di benaknya saat itu, tapi tatapan yang dia tujukan untuk kekasihnya itu menunjukan betapa dia mencintai Sheina Anthony. Wanita yang selalu mematahkan semua aturan yang dia buat, yang membantah semua perintahnya dan membuat Oliver kehilangan jatidirinya yang dulu. Semua kemarahannya luntur seketika saat menghadapi wanita di hadapannya itu. Satu-satunya yang ingin dilakukan Oliver sepanjang waktu hanyalah memastikan Sheina baik-baik saja dan selalu berada di dekatnya. Wanita keras kepala itu membuatnya jatuh hati dan tak akan bisa berpindah ke hati yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.