THE RICHMAN

The Richman - Date or Not as long as I with you



The Richman - Date or Not as long as I with you

0Pagi ini pukul enam pagi Adrianna sudah bersiap dengan dress dan make up juga tatanan rambutnya. Dia bahkan sudah duduk menikmati oat di pagi hari dengan terus memengai ponselnya.     

"Mom, . . ." George yang baru saja selesai dengan lari paginya tampak terkejut karena ibunya sudah bangun dan bahkan tampak begitu cantik dan bersemangat pagi ini.     

"Hi son." Balas Adrianna.     

"Kau tampak sangat segar pagi ini, kemana kau akan pergi mom?" Tanya George sembari menuangkan segelas sir mineral dan meneguknya.     

"Semalam aku menghadiri acara amal di yayasan dan mereka menjadikanku bahan lelang."     

"What do you mean?" Tanya George.     

"Aku terjual dengan harga satu juta dollar untuk menemani donatur itu seharian."     

George terkekeh, "Aku membayangkan yayasan tampak mulai mendekati ilegal karena menjual manusia."     

Adrianna terkekeh balik, "Aku tidak menjual diri semacam prostitusi George, aku hanya akan jalan-jalan dan makan siang." jawabnya.     

"Orang ini pasti sangat spesial, kau pernah melakukannya beberapa kali mom dan tak pernah terlihat seantusias ini." George menatap ibunya. "Katakan padaku dengan jujur setelah aku mandi." Ujar George sembari meninggalkan ibunya.     

"Aku terburu-buru. Nanti aku akan cerita." Sang ibu cepat-cepat menerima panggilan di ponselnya dan tak berapa lama dia menyudahi sarapannya dan keluar rumah dengan menenteng tasnya.     

"Kau terlihat sangat segar hari ini." Puji Javier.     

"Thank you, kau juga terlihat sepuluh tahun lebih muda dengan kemeja itu." Adrianna menatap kemeja kotak-kotak yang dikenakan oleh Javier.     

Pria itu terkekeh, "Hanya ingin terlihat lebih santa." Ujar Javier.     

"Jadi apa yang ingin kau lakukan hari ini?" tanya Javier dan Adrianna tampak terkejut. "Kau tak punya rencana?"     

"Nope." Geleng Javier.     

"Lalu mengapa kau menjemputku sangat pagi?" Protes Adrianna. Javier membukakan pintu untuk Adrianna dan wanita itu masuk ke dalam mobil. Tampaknya Javier membawa Adrianna ke central park.     

"Central Park?" Tanya Adrianna.     

"Ya." Angguk Javier. "Kita akan berpiknik di rerumputan hijau dengan makanan dan minuman."     

"Tapi kita tak membawa apapun." Adrianna menatap Jav.     

"Aku sudah membawa semua di bagasi." jawabnya.     

"Ini kejutan darimu?" Adrianna menatap Jav sekali lagi.     

"Tidak. Kurasa ini bagian dari keinginanku yang selama puluhan tahun tak pernah terjadi dan hari ini aku berkesempatan mewujudkannya." jawab Javier.     

***     

Adrianna duduk di atas kain yang sudah di bentangkan oleh Javier dengan sebuah kotak berisi makanan, keranjang penuh buah dan juga wine.     

"Mari menikmati sehari bersama Mrs. Bloom." Javier menuang wine dalam gelas lalu menyodorkannya pada Adrianna.     

"Panggil aku Adrianna." Jawab Adrianna, dia tidak ingin Jav merasa canggung karena harus menyebut nama keluarga mendiang suaminya.     

"Mari bersulang untuk kesehatan dan panjang umur." Ujar Javier dan Adrianna mengangkat gelasnya. "Untuk kesehatan." jawabnya.     

"Kau tak ingin umurmu panjang?" Tanya Jav setelah menyesap wine dari gelasnya.     

Adrianna tersenyum, "Entahlah." Jawabnya. "Beberapa waktu lalu aku menjalani transplantasi ginjal dari seseorang dimasalalu ibuku. Aku tidak mengenalnya pasti, dan ibuku juga tak pernah mengatakan apapun tentang pria itu. Tapi dia memberikan ginjalnya untukku." Ujar Adrianna.     

"Karena dia, aku tak harus hidup dalam kesulitan dan penderitaan cuci darah selama bertahun-tahun di sisa hidupku." Imbuhnya. "Jika aku ingin umurku tak panjang, mungkin aku mengecewakannya, dia yang bahkan hehilangan nyawanya karenaku." Ujarnya.     

Javier menghela nafas dalam, "Kau mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup, jadi hiduplah dengan panjang dan bahagia." Javier menatap Adrianna.     

"Putera tunggalku akan segera menikah, dia akan hidup bersama dengan isterinya. Dan aku akan menghabiskan hidupku dalam kesepian di rumah besar yang kutempati sendiri dengan berbagai kenangan yang menyiksaku." Ujarnya.     

"Aku ada di sini dan mengajakmu keluar hari ini agar kau bisa melupakan semua ide burukmu untuk menghabiskan sisa umurmu di rumah besar itu sendirian." Ujar Javier.     

Adrianna tersenyum sekilas, kemudian menatap Javier. "Maafkan aku jika dimasalalu aku menyakitimu, mungkin apa yang aku dan Aldirc lakukan padamu mungkin menyakitimu." Adrianna menatap Javier.     

"Itu sudah masalalu, jangan dipikirkan lagi." Jawab Javier. "Aku tahu kau sangat mencintai Aldirc, dan Aldric bahkan rela melakukan apapun karena dia begitu mencintaimu." Imbuhnya, "Kalian memang ditakdirkan untuk satu sama lain."     

"Ya." Angguk Adrianna. "Beberapa kali aku berpikir mungkin akan sangat indah jika aku bisa segera menyusul Aldric di tempatnya sekarang berada."     

Javier menatap Adrianna, "Mengapa kau tidak mencoba menikmati hari-harimu yang kau miliki sekarang?" Tanya Jav.     

"Nothing left Jav." Jawab Adrianna.     

Javier tersenyum, "Aku pria yang penuh kegagalan, dan sialnya aku juga gagal dalam rumahtangga. Jika bicara soal nasib siapa yang paling menyedihkan diantara kita berdua, kurasa nasibku yang paling menyedihkan."Ujar Javier.     

Adrianna tersenyum, "Kau masih cukup tampan, dan kau memiliki banyak uang. Cari wanita muda yang bisa membahagiakanmu." Adrianna menepuk lengan Javier dan terkekeh.     

"Bagimu itu lucu?" Javier mengangkat bagunya.     

"Kau sangat playboy saat kau muda Javier Walton, kemana perginya semua pesonamu itu?" Seloroh Adrianna dan Javier terbahak.     

"Kau satu-satunya wanita yang berani menolakku."     

"Ya."     

Mereka terbahak dan rebah di atas kain yang mereka bentangkan.     

"Langitnya begitu indah." Puji Adrianna.     

"Ya, dan aku senang bisa berada di bawah langit seindah ini bersamamu." Ujar Javier.     

"Oh come on Jav, jangan merayuku."     

"Aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak merayu." Javier menoleh ke arah Adrianna. "Puluhan tahun aku menunggu moment seperti ini. Aku bahkan tak pernah menyangka hari ini akan ada dalam hidupmu." Ujarnya.     

"Jangan membuat semua menjadi semakin rumit, kita akan menjadi teman dan akan seperti itu."     

"Setuju." Jawab Javier cepat. "Persetan dengan status asal aku bisa menghabiskan waktu sesering mungkin untuk bertemu denganmu." Ujarnya.     

"Kau harus menjadi donatur tetap di yayasan jika ingin sering bertemu denganku." Goda Adrianna.     

"Akan kulakukan." Jawab Javier.     

"Kau tahu, jika semua akan berakhir seperti ini, aku mungkin tidak akan melakukan hal-hal bodoh di masalalu untuk memilikimu." Ujar Javier. "Aku hanya akan menunggu dengan damai saat ini tiba."     

Adrianna tersenyum, "Beberapa orang memang ditakdirkan bertemu dengan kita dan terikat secara perasaan dan emosional sebagai pasangan, tapi beberapa memang ditakdirkan untuk menjadi teman, yang juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan." Adrianna menoleh ke arah Javier. "Aku bersyukur kau datang di saat aku benar-benar membutuhkan teman, Jav."     

"Ya." Javier mengangguk. "Aku juga senang karena kita bertemu dengan keadaan seperti ini. Tidak ada lagi keinginan untuk memiliki seperti dulu, hanya dengan melihatmu sehat dan bahagia, aku merasakan kebahagiaan besar dalam diriku." Ujarnya. "Aku bahkan merasa hari itu menjadi hari terbaik dalam hidupku saat melihatmu di supermarket."     

"Aku juga terkejut melihatmu di sana."     

"Kau tahu, hari itu aku mengawali hariku dengan kurang baik. Aku bangun dengan nyeri leher karena posisi tidurku yang tidak benar, dan saat aku turun untuk sarapan tak ada seorangpun stafku yang bekerja hari itu karena aku meliburkan mereka untuk seminggu, dan aku baru ingat. Aku pergi ke supermareket untuk membeli susu dan camilan untuk makan karena aku malas keluar rumah untuk mencari makan. Aku juga butuh beberapa barang selain makanan. Tapi setelah melihatmu, semua rasa nyeriku pagi itu hilang." Javier terkekeh. Dan pembicaraan diantara mereka berikutnya terjadi semakin ringan, mereka membahas hal-hal remeh temeh yang membuat mereka tertawa geli satu dengan yang lain. Tak ada yang membahas soal perasaan, atau hal sensitif yang lainnya. Mereka berdua benar-benar hanya menikmati piknik bersama yang sempurna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.