THE RICHMAN

The Richman - Love for lil beep



The Richman - Love for lil beep

0Berminggu-minggu Sheina mengurusi kesepakatan antara Jeremiah Jawson dan Briana Decker yang begitu alot. Jawson masih bersikukuh jika bayi itu bukan bayinya, dan si brengsek itu berkali-kali membuat briana menangis di hadapannya. Dan hari ini setelah berminggu-minggu yang alot, mereka menemukan kesepakatan diantara keduanya.     

Hari ini juga rencananya akan diambil sample test DNA di sebuah rumahsakit swasta besar dan salah satu tuntutan yang dibuat Sheina untuk Briana adalah biaya check up ke rumahsakit karena beberapa kali pertemuan kondisi Briana semakin kurus, dia terlihat sering batuk seperti tersedak dan Sheina khawatir dengan kondisi kehamilannya.     

Jeremiah datang ke rumahsakit itu bersama Briana dan Sheina untuk mengetahui kondisi kehamilan Briana. Sang dokter spesialis kandungan memeriksa Briana yang tengah terbaring dan mengeluhkan sesak nafas belakangan jika dia berbaring terlentang.     

Dokter melakukan USG untuk bayinya, "Ini bayi anda nyonya." Ujar sang dokter, dan mata Briana berkaca. Sheina memegangi tangan wanita itu dan menguatkannya. "Dia pasti sangat mirip denganmu." Bisik Sheina.     

"Apa itu kakinya?" Tanya Briana.     

"Ya." Jawab sang dokter.     

"Jantungnya sehat, dan dia siap dilahirkan dalam beberapa minggu kedepan. Tapi karena anda mengalami keluhan lainnya, saya sarankan untuk berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam."     

"Bisakah anda memvasilitasinya dokter?" Tanya Sheina.     

"Akan coba kulakukan." Dokter perempuan berambut pendek itu menyudahi USG dan menghubungi koleganya, rekan sesama dokter yang tak lama kemudian datang dan melakukan pemeriksaan jantung Briana.     

Sang dokter menghela nafas dalam. "Dokter Lien, bisakah kita bicara?" tanya Sang dokter jantung, mereka memilih berbicara di luar ruangan dan saat masuk kembali keduanya membawa kabar buruk.     

"Katup jantung nyonya Decker mengalami masalah, ini adalah komplikasi kelainan jantung ibu yang diperparah dengan kondisi kehamilan." Ujar dokter Lien.     

"Apa maksudnya dok?" Tanya Jereemiah.     

"Berapa kali anda melakukan pemeriksaan selama kehamilan anda nyonya Decker?" Tanya dokter lien kembali.     

"Ini yang kedua." Ujar Briana lirih.     

"Apa yang dikatakan dokter kandungan anda sebelumnya?" Tanya dokter Lien lagi.     

Briana tertunduk, "Dia mengatakan bahwa kehamilan ini beresiko bagiku, tapi aku tidak peduli bahkan jika kehilangan nyawaku." Ujar Briana dengan mata berkaca-kaca.     

Dokter Lien menghela nafas dalam, dia tersenyum sekilas. "Saya akan melakukan suntik pematangan paru-paru untuknya dan kita akan melakukan tindakan SC secepatnya untuk mengeluarkan bayi. Kondisi jantung anda bisa memburuk dengan cepat jika tidak segera dikeluarkan."     

"Ok." Angguk Briana, semua orang di ruangan itu tidak punya pilihan selain melakukan apa yang dikatakan oleh dokter Lien.     

"Siapa keluarga terdekat Mrs. Decker?" Tanya dokter Lien dan Jeremiah mengangkat tangannya. "Aku." Ujarnya.     

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan ibunya." Ujar Jeremiah, dan itu membuat Briana menjatuhkan air matanya dalam haru.     

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan keduanya."Dokter Lien tersenyum sekilas. "Silahkan tandatangan di sini." Dokter Lien menyodorkan tablet besar ke hadapan Jeremiah dan pria itu membubuhkan tandatangan digitalnya. Setelah itu seorang perawat membawa kursiroda dan membawa Briana untuk dipersiapkan di ruang operasi. Tersisa Sheina dan Jeremiah yang menunggu di luar ruang operasi.     

"Mengapa kau melakukannya?" Tanya Sheina sembari menatap Jeremiah sekilas.     

Pria itu menghela nafas dalam, "Seumur hidupku aku melakukan puluhan kali pilihan yang salah, mungkin ini kali pertama aku melakukan pilihan yang benar." Jawabnya.     

"Kau tahu anak itu anakmu?" Tanya Sheina sekali lagi dan pria itu mengeleng lemah.     

"Jika kau mengenal Briana mengapa kau mengatakan kau tidak mengenalnya Mr. Jawson?" Tanya Sheina lagi, sebenarnya itu semacam pertanyaan retorik sebagai bentuk kekecewaan Sheina pada pria dihadapannya, tapi Jawson memiliki jawaban untuk pengacara muda di hadapannya.     

"Ketika kau seusiaku, banyak hal yang membuatmu takut." Ujar Jawson. "Aku pernah menikah saat aku berada di puncak karirku, dan mantan isteriku Ally juga berada di puncak karirnya saa itu. Dia memilih untuk tidak memiliki anak tapi aku sangat menginginkannya, dan dengan keegoisanku aku menceraikannya, tidak memberinya waktu untuk berpikir lebih lama." Ujar Jawson.     

"Kemudian aku bertemu dengan Cindy dan menikah dengannya, tapi hal yang sama juga terjadi. Kali ini bukan soal anak, tapi soal perbedaan usia, dia lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan aku berakhir kesepian di rumah." Ujarnya. "Aku mulai tua dan karirku meredup, isteriku tak mencintaiku, dia hanya menginginkan popularitas dan dia sudah mendapatkannya, menggunakanku sebagai alat, dan aku berakhir kesepian sekarang ini, no love, no job." Dengus pria itu.     

Sheina melipat tangannya di dada, dan menatap Jawson. "Dan wanita yang berada di dalam ruangan itu sekarang tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya dan melahirkan bayimu, jika itu benar bayimu. Bahkan setelah dia tahu bahwa usahanya memepertahankan bayimu dalam kandungannya selama ini tengah mengancam nyawanya." Ujar Sheina. "Tapi dia tidak peduli dengan dirinya sendiri, bahkan saat dia tengah berjuang untuk semua itu dengan fasiltias yang minim yang dia miliki, tanpa pekerjaan tetap lagi, tinggal diapartment kecil itu dan mendapatkan ancaman darimu berkali-kali." Imbuhnya. "Dia bertahan karena dia mencintai bayinya, dan ayah dari bayinya." Sheina menatap Jawson dan pria itu tertunduk, dia tak membalas kalimat Sheina itu. Namun yang jelas tergambar adalah wajah pria itu penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah.     

"Kau tahu Mr. Jawson, aku adalah anak yang dibuang oleh orangtuaku." Sheina menatap Jawson sekilas. "Aku diadopsi saat usiaku kurang dari sebulan." Imbuhnya.     

"Entah berapa banyak di luar sana anak-anak yang nasipnya sepertiku, bahkan hingga detik ini orangtua biologisku tak pernah mencariku." Bisik Sheina dengan mata berkaca.     

"Terkadang aku bertanya-tanya pada diriku, saat teman-temanku masih sangat nakal aku adalah anak yang penurut. Meski masih anak-anak aku berusaha untuk tidak menyusahkan orangtuaku, apalagi saat aku tahu bahwa aku anak adopsi. Aku berprestasi di sekolah dan aku berjuana mati-matian untuk karirku, semua itu untuk membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku layak hidup, bahwa bukan salahku jika aku dibuang dan tidak diinginkan oleh orantuaku." Ujar Sheina.     

Sheina sempat menghela nafas dalam, "Kau tahu betapa buruknya menjadi seperti diriku, aku selalu merasa buruk karena tidak diinginkan." Ujarnya.     

"Aku berharap jika anak itu adalah anakmu, setidaknya ibunya menginginkannya. Dia tidak akan hidup dengan perasaan sepertiku. Ibu biologisku bahkan tak menginginkanku." Sheina tersenyum sekilas dan Jawson lagi-lagi tak bisa berkata-kata. Seluruh batinnya bergemuruh mendengar semua kisah itu dari bibir pengacara muda, cerdas, cantik dan potensial di hadapannya itu. Siapa yang menyangka bahwa gadis sempurna ini berpuluh tahun lalu dibuang oleh orangtuanya sendiri.     

"Orang tuamu pasti menyesal melakukannya." Jawson berujar setelah beberapa lama terdiam.     

"Kuharap kau tak mengalami penyesalan yang sama." Jawab Sheina.     

***     

Di dalam ruang operasi dua dokter sudah bersiap. Satu adalah dokter jantung dan yang lainnya adalah dokter kandungan. Mereka bekerja secara bergantian, setelah pembedahan dan proses mengeluarkan bayi dilakukan melalui prosedur sc, dokter jantung mulai membedah bagian dada dan memperbaiki katup jantung Briana yang rusak sementara dokter kandungan menjahit luka sayatan akibat sc.     

"Berapa banyak yang anda butuhkan?" Tanya dokter Agust.     

"Satu menit." jawab dokter Lean.     

"Do it." Jawabnya.     

Dokter Lean mulai meminta pisau untuk membuat sayatan pertama dan setelah membuka bagian perut bawah sang itu, dibantu dengan dorongan, bayi dikeluarkan tapi dalam kondisi yang lemas dan tidak menangis. Bayi itu kemudian diserahkan kepada perawat yang berusaha menyelamatkannya.     

Sementara dokter Lean sibuk menutup jahitan di bagian bawah perut Briana, dokter Agust mulai bekerja dengan memotong bagian dada menurun mengikuti bagian tentah dada dan membuka tulang dada untuk melihat jantung Briana. Sebenarnya keadaan ini bukan keadaan yang langka dan cukup sering terjadi pada pasien dengan kelainan jantung jadi dua dokter spesialis itu sudah mahir melakukan prosedur tersebut.     

Operasi berjalan cukup mulus, tapi resiko masih tetap membayangi. Bayi Briana berada di ruang NICU sementara ibunya berada di ruang ICU. Keduanya dalam keadaan sama-sama kritis.     

"Hai." Oliver datang dan memberikan pelukan singkat pada Sheina. "Bagaimana operasinya?" Tanya pria itu.     

"Berjalan lancar, tapi keduanya dalam keadaan kritis." ujar Sheina. Pria itu mengangkat kedua alisnya dan menghampiri Jeremiah Jawson yang masih berada di rumahsakit, tak beranjak sedikitpun bahkan dia duduk di luar ruangan tempat Briana dirawat secara intensif.     

"Mr. Jawson." Oliver menyapanya.     

"Mr. Hawkins." Jeremiah membalas salam pengacara itu. "Pengacara muda itu sungguh berdedikasi untuk pekerjaannya." Jawson menoleh ke arah Shiena yang berdiri di kejauhan.     

"Ya, dia memang keras kepala." Oliver mengangguk saat menatap Sheina. Sementara gadis itu sekarang sedang sibuk menelepon.     

"Kau tahu, dia mengajariku banyak hal beberapa minggu terakhir, dan bahkan beberapa jam terakhir." Ujarnya.     

"She is so spesial." jawab Oliver. "Even for me." Imbuhnya.     

"Kalian berdua berkencan?" Tanya Jeremiah.     

"Semacam itu." Jawab Oliver.     

"Good luck for you both."Jawson tersenyum, dan baru pertama kali ini sejak hampir sebulan mereka terlibat kerjasama, Jeremiah Jawson menjadi cukup manis.     

"Aku akan membeli kopi, kau ingin sesuatu untuk diminum?" Tanya Olvier.     

"Espresso please, semua ini membuatku tegang." Jujurnya.     

"Ok, kami akan segera kembali." Oliver meninggalkan Jawson dan mengajak Sheina untuk pergi ke cafetaria. Sejak siang tadi dia pasti belum makan atau minum sesuatu karena apa yang dia alami benar-benar diluar prediksinya. Awalnya dia berpikir pemeriksaan dan juga pengambilan sample DNA tidak akan memakan waktu lama, tapi ternyata Briana harus melahirkan hari ini juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.