THE RICHMAN

The Richman - Being Awkward



The Richman - Being Awkward

0Seterlah ciuman semalam, pagi ini kecanggungan besar membayangi Oliver dan Sheina. Oliver yang jelas tengah berusaha menutupinya, tapi Sheina tahu bagaimana membuat dirinya terkesan biasa saja. Saat Sheina datang, Oliver yang semula sedang bicara dengan sekretarisnya di luar ruangan segera masuk ke ruangannya dan tampak menyibukkan diri.     

Sementara itu Sheina masuk ke dalam ruangannya, kali ini tak ada bunga, kopi, permen, coklat, melainkan setumpuk berkas untuk kasus barunya. Kali ini kasus perceraian pasangan muda. Kliennya bernama Velisitas Monroe, dia mengajukan cerai pada suaminya Ludwig Monroe.     

"Selamat pagi Mrs. Monroe." Sapa Sheina begitu wanita itu masuk ke ruangannya.     

"Just Vely, please." Ujarnya.     

"Ok Vely, apa yang bisa ku bantu?" Tanya Sheina.     

"Aku ingin bercerai dari suamiku." Ujarnya.     

"Boleh aku tahu alasannya?"     

Vely mulai bercerita tentang bagaimana rumahtangga yang baru dia bangun bersama suaminya selama tiga tahun itu berjalan dengan sangat buruk. Ludwig sang suami sering memukulinya, dia bahkan sempat mendorong Vely hingga gadis itu jatuh dari tangga dan mengalami keguguran. Trigernya adalah keguguran yang dialami Vely, dia kehilangan buah hatinya bersama pria kasar itu, dan tidak ada alasan lagi bagi Vely untuk mempertahankan pernikahannya.     

"Ok, apa kau ada bukti-bukti kekerasan yang dilakukan oleh Lud?" Tanya Sheina.     

"Ya, semua ada disini, hasil visum dan semua foto-fotonya." Ujar Vely.     

Sheina berdehem saat melihat berbagai luka lebam yang dialami Vely dan tetap bertahan dalam pernikahan selama tiga tahun. "Sejak kapan Ludwig melakukan kekerasan padamu?" Tanya Sheina.     

"Sejak kami berpacaran, sekitar lima tahun lalu." Ujarnya.     

Sheina cukup terkejut dengan jawaban dari Vely. " Jika dia sering melakukan kekerasan padamu, mengapa kau masih ingin menikahinya?" Tanya Sheina.     

"Karena aku mencintainya, dan aku tahu bahwa tidak ada wanita lain yang bisa mencintainya seperti aku mencintainya." Ujar Vely.     

"Tapi ini bukan cinta Vely." Alis Sheina berkerut. "Untunglah kau segera mengambil keputusan yang benar" Ujarnya.     

"Aku sudah berkali-kali mencoba menceraikannya, tapi ditengah prosesnya aku menjadi ragu dan membatalkan proses perceraian kami. Tapi setelah dia tega mendorongku saat aku tengah hamil anaknya, aku merasa tak perlu lagi mempertahankan pernikahan ini." Air mata Vely berkaca-kaca.     

"Suamimu mungkin menderita tempramental, dan ini tidak akan berubah, kau hanya harus menunggu waktu sampai dia tega membunuhmu." Ujar Sheina.     

"Ya, . . . aku takut dia melakukannya saat tahu bahwa aku berniat menceraikannya." Ujar Vely.     

Alis Sheina berkerut, "Jadi kalian masih tinggal serumah?" Tanya Sheina.     

"Ya." Angguk Vely.     

"Mengapa kau tidak meninggalkannya?" Alis Sheina kembali berkerut.     

"Dia bisa menemukanku, kemanapun aku pergi." Wanita itu terlihat ketakutan. "Aku pernah lari darinya dan dia menemukanku. Dia membawaku pulang dengan baik, tapi begitu sampai di rumah dia mengikatku dan memukuliku." Ujar Vely dengan suara bergetar dan airmata berlinang.     

"Kau mengambil keputusan yang tepat." Ujar Sheina. "Bisakah tunggu sebentar, aku akan segera kembali." Sheina meningalkan ruangannya tepat setelah Vely mengangguk paham. Gadis itu berjalan cepat ke ruangan bosnya.     

"Tok Tok." Sheina mengetuk pintu ruangan bosnya dan Oliver mempersilahkannya masuk.     

"Boss, kasus perceraian karena kekerasan dalam rumahtangga."     

"Ok." Angguk Olvier.     

"Tapi aku butuh pertimbangan, klien kita ketakutan karena suaminya mungkin akan datang dan menyeretnya pulang lalu memukulinya. Beberapa kali wanita ini mencoba menceraikan suaminya, tapi setiap kali suaminya tahu dan semakin menyakitinya, dia membatalkan proses perceraiannya."     

"Jadi maksudmu?" Tanya Oliver sembari menyipitkan matanya pada Sheina.     

"Aku ingin membawanya tinggal di apartmentku sampai kasusnya selesai." Ujar Sheina.     

Oliver menghela nafas dalam, "Kita adalah pengacara, kita tidak berkewajiban melindungi siapapun, polisi yang akan melakukan tugasnya. Laporkan suaminya atas tuntutan KDRT dan polisi akan menjamin keselamatan wanita itu sampai proses perceraiannya selesai, si suami juga akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan apa yang dia lakukan selama ini." Ujar Olvier.     

"Dia tidak ingin suaminya di penjara." Ujar Sheina.     

"Tapi jika si suami temparmental itu tidak dipenjara, maka nyawanya mungkin teancam. Dia memilih mati ditangan suaminya sebelum resmi bercerai atau membuang jauh-jauh perasannya dan membuat dirinya aman dan kembali menjalani hidup yang normal?" Tanya Olvier. "Pilihannya hanya itu." Ujarnya.     

"Aku tidak mengininkan stafku untuk membawa klien ke rumah mereka dengan alasan apapun." Tegas Oliver dan Sheina kembali keruangannya dengan semua ketegasan dan penjelasan yang diperoleh dari bosnya itu. Di menjelaskan pada Vely dan wanita itu justru menangis sesenggukkan.     

"Aku tidak tega jika dia harus berakhir di penjara." Tangisnya.     

Sheina meraih tangan Vely, "Tapi jika kau masih tinggal bersamanya, tempramennya sangat mungkin semakin buruk."     

Vely terlihat begitu sedih, "Sebenarnya dia pria yang baik, dia hanya kesulitan mengendalikan emosinya. Dia perlu diperhatikan dan di rawat dengan baik, bukan dimasukkan ke dalam penjara."     

"Dan kau sendiri tak sanggup menghadapinya?" Sheina menatap Vely dan wanita itu tampak semakin menjadi dengan tangsinya. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan terus menangis. Sheina memberinya ruang hingga dia bisa mengendalikan diri dan menguasai tangisnya sebelum menerima masukan-masukan darinya bagaimana untuk menghadapi Ludwig dan bagaimana harus terus berjuang hidup saat dia sudah tak lagi memiliki suami.     

Di Amerika, perceraian bukan aib sama sekali. Di sini jika pasangan suami isteri sudah tidak memiliki kecocokan, mereka bisa bersepakat untuk hidup masing-masing. Bukan berarti jika di negara ini sudah tak ada lagi romansa, tapi sebagian besar orang di tempat ini sangat peduli pada diri mereka sendiri, jadi ketika harus berpisah, perpisahan itu juga bukan selalu berakhir buruk.     

Beberapa selebritas dunia pada akhirnya mengumumkan perceraian setelah cukup lama tinggal diam dalam keluarga yang mereka bangun dan berusaha mereka jaga mati-matian dengan citra yang baik dihadapan publik. Tapi toh tak semua rumahtangga seberuntung itu, apalagi Vely yang mengalami kekerasan fisik, verbal dan psikis dari pasangannya bahkan sebelum mereka menikah dan hidup bersama.     

"Vely, aku sarankan jangan kembali ke rumahmu dan jangan biarkan suamimu mempengaruhi keputusanmu. Pikirkan tentang kebahagiaanmu dan keselamatanmu." Sheina mengusap pundak Vely.     

Vely menghapus jejak-jejak air mata di wajahnya. "Aku akan memikirkannya."     

"Bersembunyilah sejauh mungkin darinya." Bisik Sheina.     

"Hubungi aku lagi saat kau sudah siap dengan jawabanmu. Selama kau belum siap, kau bisa bersembunyi dulu dari suamimu." saran Sheina dan Vely mengangguk. Dia pamit undur diri dan tidak ada seorangpun yang tahu kemana dia akan pergi.     

***     

Makan siang dan Sheina memilih untuk makan di food court, kali ini dia mentraktir Oliver untuk makan siang sembari terus berusaha membujuk bosnya agar diperbolehkan membawa Vely pulang ke apartmentnya dan memastikan bahwa wanita muda itu aman dari tangan suaminya, tapi Oliver tetap menolaknya.     

"Aku tidak akan membuatmu mempertaruhkan keselamatanmu lagi demi menolong klien." Ujar Oliver dengan kesal. "Bisakah kau memikirkan dulu apa yang akan kau lakukan sebelum mengatakannya, apalagi membuat janji dengan klienmu untuk apa yang kau sendiri tidak yakin." Oliver terdengar mengomel dan Sheina tak banyak membantah.     

Gadis itu benar-benar fokus pada gangguan emosional yang dialami oleh Vely karena begitu seringnya menjadi koerban kekerasan. Dan anehnya dia bisa mersaa kasihan pada pria yang sudah membuat banyak bekas luka di tubuhnya, juga wajahnya. Bahkan pria yang dengan tega mendorongya dari tangga yang mengakibatkan dia mengalami patah tulang juga keguguran.     

"Sheina." Oliver menyebut nama Sheina sekali lagi dan membuyarkan lamunan gadis itu.     

"Aku akan mengintai, apakah dia kembali ke rumahnya atau tidak." ujar Sheina.     

"No." Geleng Oliver. "Resikonya sangat besar, bagaimana jika suaminya itu mengamuk dan bukannya menghajar isteriya tapi menghajarmu?"     

Sheina bergidik, "Aku takut pria gila itu membunuh isterinya sendiri, Vely begitu ketakutan, harusnya kau bicara denganya tadi dan melihat ekspresinya." Ujar Sheina.     

"Tetap saja, kau tidak boleh ke rumah itu."     

"Jika kau tak percaya padaku boss, bagaimana jika kita pergi bersama?" Sheina tersenyum lebar. "Kita bukan sengaja datang, tapi hanya melihat dari jauh." Ujar Sheina.     

"Aku tidak pernah mengerjakan hal-hal remeh seperti ini sebelum kau datang." Kesal Oliver dan itu membuat Sheina terkikik karena Oliver tampak menyudahi makan siangnya dan berniat segera menemukan keberadaan Vely, sebelum suami kejamya menemukan dan menghajarnya habis-habisan, apalagi sampai membunuhnya.     

"Dengan atau tanpamu, aku akan tetap pergi." Ujar Sheina setelah menyelesaikan makan siangnya. Gadis itu membayar makanannya dan bergegas keluar dari restoran, sementara itu Olvier masih dalam keraguan apakah akan membiarkan Sheina pergi sendiri atau tidak. Pada akhirnya dia luluh dan menyetir mobilnya untuk melihat ke rumah Vely dan memastiakan bahwa wanita itu tidak kembali ke rumah dan bertemu suaminya lagi.     

***     

Setelah menemukan alamat rumahnya, Oliver segera menepikan mobil dan menunggu di dalam mobil bersama dengan Sheina. "Kita pengacara, bukan detektif." Gerutu Oliver.     

"Ya aku tahu, tapi ini bagian dari pekerjaan kita." Ujar Sheina.     

"Tidak ada lain kali." Oliver baru saja merebahkan dirinya ke sandaran kursi saat Sheina melihat pintu terbuka dan Vely berlari tapi ditangkap oleh suaminya dan diseret masuk.     

"Oh no." Sheina menggeleng, dia bergegas turun dari mobil bahkan sebelum Olvier benar-benar menyadari apa yang dilihat oleh Sheina. Gadis itu berlari melewati pagar dan mendobrak pintunya. Entah mengapa pintu rumah itu tak terkunci kuat, hingga dobrakan Shiena langsung membuka pintu itu dan bahkan Sheina terguling jatuh ke lantai. Dia mendongak dan melihat Vely tengah dijambak oleh suaminya yang memegang senjata api.     

"Siapa kau?!" Teriak pria itu.     

"Pergilah . . ." Bisik Vely ditengah linangan air mata dan suara bergetar ketakutan. "Pergi." Bisiknya.     

"Mr. Monroe, jangan sakiti dia. Dia isterimu." Ujar Sheina meyakinkan.     

"Dia mau menceraikanku, apa kau tahu?!" Pria itu tampaknya mengalami gangguan kejiwaan hingga tak bisa menilai tindakannya itu.     

Oliver melompat keluar dari mobil dan segera menyusul Sheina, dia yang berniat membantu Sheina mendadak mengangkat tangannya karena pria di dalam rumah mengarahkan pistolnya ke arah Oliver.     

"Jadi kau adalah alsan isteriku ingin meninggalkanku?" Ludwiq mulai meracau, dia menjambak Vely semakin keras hingga wanita itu menjerit kesakitan, dan dia tetap menodongkan pistol pada Oliver.     

"No . . ." Vely berusaha menjelaskan. "Aku mencintaimu, dan aku tidak akan menceraikanmu." Ujar Vely.     

"Omongkosong, hari ini aku mengikutimu sampai ke kantor pengacara dan kau pasti akan menceraikanku." Ujarnya ditengah keringat yang mengucur deras. Dia mencengkeram rambut Vely semakin keras dan wanita itu menjerit lagi.     

Oliver merangsek masuk dan berusaha melindungi Sheina, dia membuat posisinya berada di depan Sheina dan mendorong wanita itu untuk keluar dari rumah itu.     

"Pergilah keluar." Bisik Oliver, "Cari bantuan." Ujarnya dan Sheina mengangguk paham. Dia beringsut keluar dan berusaha menelepon 911, saat tiba-tiba terdengar seuara ledakan dua kali. Jantung Sheina berhenti berdetak, ponselnya terjatuh ke rerumputan. Siapa yang tertembak? Pertanyaan itu yang terlintas di benaknya, tapi dia tak berani beranjak dari tempat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.