THE RICHMAN

The Richman - Prince Lecturer



The Richman - Prince Lecturer

0Hari ini Ella benar-benar kacau karena dia terlambat bangun, ponselnya dia non aktifkan semalam dan satu-satunya alarm yang dia miliki adalah alarm pada ponselnya. Dengan berlari-lari Ella berusaha mencapai kampusnya dan mengikuti kuliah pagi ini, sebuah kuliah terbuka yang Ella sendiri bahkan belum membaca materinya juga belum membaca siapa yang akan mengisi kuliahnya. Tapi yang jelas, salah satu dosennya mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti kuliah ini karena terkait sekali dengan jurusan yang sedang mereka ambil.     

Dengan nafas yang terengah-engah Ella berhasil mencapai kampus dan melewati beberapa pengamanan, tidak biasanya di kampus ada pengamanan seketat ini. Selah melewati beberapa tahapan pemeriksaan keamanan Ella diperbolehkan masuk ke aula. Kuliah terbuka tampak sudah mulai dan seseorang berpakaian setelan resmi tengah berbicara di depan. Ella duduk di bangku belakang, posisinya lebih tinggi dari pada bangku-bangku di depannya, dan saat Ella menatap pria yang berdiri di depan yang tengah berbicara, pria itu juga menatap Ella, seolah seluruh semesta membeku beberapa saat dan menyisakan mereka berdua yang saling bertatapan.     

Ella menelan ludah, mendadak tenggorokannya menjadi kering dan begitu sulit untuk berkonsentrasi karena yang berbicara di depan adalah Prince Robert Owen Fredric Jr, mantan temannya.     

Tampaknya Prince Robert sedang menceritakan tentang bagaimana dia menghabiskan enam bulannya terakhir dalam misi perdamaian di camp pengungsi di Republik Kongo. Di tempat itu semua sungguh terasa mengerikan, dimana anak-anak kelaparan, sulitnya mengakses air bersih, dan bagaimana dia dan pasukannya hadir untuk mereka. Memberi makan yang kelaparan, memberikan perlindungan bagi yang lemah dan memberikan semangat untuk mereka semua agar bisa bertahan hidup.     

"Ada yang ingin bertanya?" Prince Robert membuka sesi tanya jawab dan begitu banyak mahasiswa yang sangat antusias untuk melemparkan pertanyaan, tapi tampaknya tim sudah menseleksi beberapa mahasiswa dengan pertanyaan yang sudah diverifikasi sebelumnya oleh tim khusus yang menyelenggarakan perkuliahan pagi ini.     

"Apa yang anda rasakan saat itu yang mulia?" Tanya salah seorang mahasiswi.     

Robert menghela nafas, "Aku rindu pulang ke rumah." jawab Robert singkat dan itu membuat banyak yang tertawa. "Em . . . sejujurnya yang kurasakan saat itu adalah sebuah keinginan besar untuk membuat dunia lebih baik, sehingga tidak ada lagi anak-anak yang harus tidur di tenda-tenda pengungsian, kelaparan dan sakit. Aku ingin menjadi orang yang cukup kuat untuk melindungi mereka yang lemah." Ujar Robert dan itu mendapatkan tepuk tangan dari semua yang hadir, Ella juga terpaksa bertepuk tangan meski hanya dua tepukan dan itupun kecil, tapi Robert jelas menatap langsung padanya.     

"Yang mulia, apakah anda pernah menyesal menjadi siapa diri anda sekarang?" Tanya salah seorang lagi.     

Robert menghela nafas dalam, "Pertanyaan yang sangat menarik." Dia tersenyum. "Aku lahir untuk sebuah tujuan dan sudah ditentukan bahkan sebelum aku dilahirkan." Dia menebar pandangan pada semua yang hadir. "Untuk beberapa alasan aku sangat bersyukur aku menjadi siapa diriku saat ini, karena dengan menjadi diriku saat ini aku memiliki kekuatan untuk menolong orang lain." Ujarnya, dan lagi-lagi tepukan tangan riuh memenuhi seluruh ruangan. "Namun dalam beberapa hal yang sifatnya pribadi, terkadang menjadi siapa aku sekarang ini membuat keadaan menjadi rumit." Robert mengutarakan kalimatnya itu dan tatapannya terarah langsung pada Ella hingga membuat gadis itu membeku.     

Salah seorang mahasiswi mengangkat tangannya lagi, dan tampaknya seorang dari tim yang ada, tampak seperti pengawal melarang tapi Prince Robert membiarkannya.     

"Tidak masalah." Bisiknya. "Your question, please." Prince Robert memberinya kesempatan.     

"Are you dating someone?" Tanyanya dan itu mewakili semua mahasiswi yang ada di tempat itu, suasana menjadi gemuruh tapi kemudian hening saat Prince Robert mengangkat tangannya.     

"Awalnya aku berpikir aku tidak akan pernah mengencani seseorang." Ujarnya dan itu membuat semua mata gadis-gadis yang duduk di bangku menatap langsung ke podium tanpa berkedip. "Aku berpikir jika waktunya tiba aku akan membuat list daftar gadis untuk dijodohkan denganku." Robert mengatakannya seolah itu candaan dan semua orang tertawa.     

"Tapi kemudian seorang gadis mencuri perhatianku." Imbuhnya dan semua bertepuk tangan sekali lagi. "Aku tidak bisa mengatakan siapa dia sekarang, akan ku katakan setelah dia menerimaku." Prince Robert mengatakan sekali lagi seoalah ini adalah guyonan dari pertanyaan yang dilemparkan padanya itu tapi bagi Ella, ini bukan candaan sama sekali.     

Setelah pertanyaan itu kuliah terbuka di bubarkan dan acara disambung oleh pihak kampus sementara pangeran dan para pengawal yang jumlahnya mungkin kurang lebih selusin itu meninggalkan area kampus setelah beberapa saat sempat menghadapi para wartawan yang sudah menunggu diluar gedung.     

Beberapa menit kemudian hampir di seluruh media baik itu cetak, elektronik maupun media sosial langsung menayangkan headline yang kurang lebih sama. "Pangeran mengencani seorang gadis misterius." Dan itu menjadi berita yang di perbincangkan disudut manapun di kota, bahkan di seluruh kampus. Bahkan hastag Patah hati nasional menjadi tranding topik hari itu.     

***     

"Robert, harusnya kau tidak perlu menjawab pertanyaan konyol itu." Sang ratu tampak murka begitu puteranya tiba di istana dan bertemu dengannya di ruangan sang ratu.     

"Mom . . . jangan terlalu di pikirkan." Jawab Robert singkat.     

"Kau harusnya mengencani puteri-puteri dari orang-orang penting Robert. Pernikahanmu haruslah membawa perngaruh baik untuk kerajaan."     

"Aku tahu pada akhirnya aku akan menjalani pernikahan politik seperti yang mommy dan daddy lakukan selama puluhan tahun, tapi ini hanya kencan biasa."     

"Kau tahu siapa dirimu, jangan mengencani gadis sembarangan." Sang Ratu tampak marah sembari meninggalkan ruangannya. Robert menghela nafas dan berjalan keluar dari ruangan ratu untuk menuju ruang kerjanya sendiri.     

Tok Tok     

Seorang pengawal masuk dengan sebuah amplop coklat yang diserahkan pada Robert. "Ini yang anda minta Sir." Ujarnya.     

"Thanks." Robert menerima amplop itu dan membuka isinya, all about Ella. Sementara gadis itu sedang menenangkan diri di perpustakaan. Satu-satunya tempat dimana orang tidak berbicara karena mereka hanya boleh membaca tanpa bersuara. Di tempat itu tidak ada orang yang bisa mengatakan tentang kehebohan kuliah umum hari ini atau apapun tentang Robert Owen.     

Ella duduk menghadapi beberapa buku yang terbuka tapi untuk membaca satu kalimat dan mengerti artinya, Ella harus berulang-ulang membacanya. Bukan karena kalimat itu sulit di pahami, tapi karena pikiran Ella tidak berada bersama raganya di tempat itu. Pikirannya berkelana ke tempat lain sementara raga Ella duduk diam di perpustakaan.     

Gadis itu menutup buku catatannya dan menopang dagunya sembari menghadapi buku lain yang masih terbuka. Bukan untuk membaca isinya melainkan melamun mengikuti kemana arah pikirannya membawanya.     

Tiba-tiba seseorang duduk di hadapannya.     

"Aku mencarimu kemana-mana." Ujar George dan langsung di sambut dengan "Pssstttt . . ." Dari beberapa orang yang berada di sekitar meja Ella. Gadis itu mengambil ponsel, memasang hansfree lalu mendengarkan musik. Dia benar-benar tak ingin mendengar apapun dari siapapun saat ini. Dia hanya ingin sendiri, itu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.