THE RICHMAN

The Richman - be caught red-handed



The Richman - be caught red-handed

0"Aku berhutang secangkir kopi padamu, dan aku harus membayarnya." Jasper menatap ke arah Ella dan itu membuat gadis muda itu bersemu mereh meski dalam kegelapan semu merah di wajahnya tak tampak, tapi binar di matanya jelas terlihat.     

Ella mengangkat bahunya, "Aku tidak tahu jika itu bagian dari trikmu Mr. Owen."     

Jasper tersenyum. "Pria selalu punya rencana." Ujarnya.     

"Really?" Ella mengrenyitkan alisnya dan menatap ke arah Jasper dan pria itu mengangguk.     

"Kau sedang mencoba memerangkapku Sir?" Goda Ella.     

"Ya." Jasper menjawab singkat. "Kau tinggal di sini?" Tanya Jasper sembari menengadah ke atas, apartment itu bukan apartment murah yang biasa di sewa karyawan dengan pekerjaan paruh waktu atau mahasiswa dengan biaya hidup pas-pasan.     

"Seroang teman memiliki kenalan yang bisa menyewakan apartment dengan harga super murah." Terang Ella, mereka melangkah masuk kedalam dan menaiki lift hingga tiba di lantai tempat dimana unit apartement Ella berada.     

"Thanks sudah menemaniku berjalan pulang malam ini." Ella tersenyum sembari berdiri di ambang pintu.     

Jasper tersenyum, dari saku jaketnya die mengeluarkan mufin dalam plastik yang sempat diberikan Ella untuknya tadi. "Untukmu." Ujar Jasper.     

"Kau tidak memakannya?"     

"Ya." Angguk Jasper. "Aku menyimpannya untukmu."     

Ella tersenyum malu, kali ini Jasper bisa melihat rona di wajahnya. "Apakah ini bagian dari rencana yang kau buat Mr. misterius?" Tanya Ella.     

"Ya." Jasper tesenyum lebar menatap Ella.     

"Ok, thanks. Thanks sudah menemaniku berjalan kaki, dan thanks untuk muffin ini."     

"You're welcome." Jawab Jasper. "Aku berhutang secangkir kopi padamu." Imbuhnya. "Mungkin aku bisa mengajakmu minum kopi atau sarapan pagi?" Tanya Jasper.     

Ella sekali lagi merona, "Akan ku pertimbangkan." Jawabnya.     

"Bisakah aku meminjam ponselmu?" Tanya Jasper dan Ella memberikannya, Jasper tampak mengetik nomor ponselnya dan menyimpannya di daftar kontak Ella.     

"Itu nomor ponselku, just call me whenever you ready." Jasper tersenyum lagi untuk kesekian kali, dan setelah mengembalikan ponsel Ella dia berpamitan.     

"See you." Pamitnya.     

"See you Mr. Jasper Owen." Ella tersenyum sementara Jasper langsung bertolak pergi, dan entah mengapa di saat yang bersamaan George baru saja berdiri di depan pintu unit apartmentnya dan berpapasang dengan pria yang tampaknya baru saja bertolak dari apartment Ella.     

Ella yang sempat melihat George memilih untuk segera membuka kunci apartmentnya dan berniat masuk tapi tiba-tiba George sudah berada di belakangnya.     

"Jadi itu alasan mengapa kau menolak undangan Ellyn?" Tanya George, Ella hampir terlonjak, namun kemudian dia berbalik untuk menatap George.     

"Tidak, kami hanya tidak sengaja bertemu." Jawabnya.     

"Kalian terlihat akrab, tidak tampak baru bertemu sama sekali." George tak percaya dengan jawaban Ella.     

"Apa masalahmu Mr. Bloom, aku bahkan tak pernah ikut campur soal apapun tentangmu."     

George menatap Ella dalam-dalam. "Jika ini caramu membuatku cemburu, kau tidak akan berhasil." Ujar George dengan geram, entah mengapa pria muda itu begitu mudah emosional dan mengapa dia memiliki rasa percaya diri yang berlebihan seolah Ella benar-benar menaruh perasaan padanya.     

"Aku tidak cemburu padamu George, aku tidak peduli kau berkencan dengan siapapun, bahkan puteri dari royal family sekalipun. Itu urusanmu dan bukan urusanku, jadi sebaiknya kau juga berhenti mengurusi urusanku." Ella masuk ke dalam apartment dan mengunci pintunya dari dalam sementara Geroge terlihat frustasi di luar.     

Dengan wajah muram dia kembali ke unit apartmentnya. Terkadang ego seorang pria memang cukup sulit di pahami, mereka memiliki kecenderungan mengingingkan kesempurnaan, tidak cukup puas dengan sebuah pencapaian dan terus ingin mendapatkan lebih. Seperti yang terjadi pada diri Geroge, dia merasa senanag dekat dengan Ellyn, dia nyaman dan bisa menghabiskan waktu bersenang-senang dengannya karena gaya hidup mereka hampir sama. Tapi dia juga tidak rela jika ada pria lain yang mendekati Ella, gadis sederhana yang sempat membuatnya merasa menjadi pahlawan yang begitu dibutuhkannya, tempat gadis rapuh itu bergantung sementara Ella tidak merasa seperti itu sama sekali.     

***     

Ella masuk ke dalam kamarnya dan bergegas untuk mandi dan berganti pakaian dengan piyama tidurnya. Setelah berada di atas tempat tidur dia mengambil ponselnya dari atas meja kemudian mencari nomor ponsel Jasper Owen yang di tinggalkan pria itu di daftar kontaknya sebelum pulang tadi.     

"Hi . . ." Tulis Ella, tapi sebelum mengirim pesan itu dengan satu sentuhan jarinya, Ella bahkan harus berpikir ribuan kali tampaknya. Berulang kali Ella meletakkan ponselnya di meja lalu mengambilnya lagi, menatap ke layar ponsel dengan dua huruf tertulis "Hi" dan siap di kirim. Ella bahkan sempat menutupi ponselnya dengan bantal sementara dia meringkuk di balik selimut, lalu dia menjadi semakin tidak bisa menahan diri hingga akhirnya mengambil ponsel itu lagi dan menekan tombol kirim yang tertera pada layar.     

Pesan terkirim, beberapa detik kemudian pesan itu terbaca dan tak lebih dari lima detik kemudian sebuah panggilan masuk ke ponsel Ella. Gadis itu jungkir balik di atas kasur untuk meredam bunyi ponselnya, dia benar-benar tidak siap berbicara melalui telepon dengan Jasper, karena mengingat pria itu begitu intens, dan mendominasi membuat Ella mejadi gugup meskipun mereka sudah tidak berada dekat lagi.     

Ella menatap muffin di atas meja kecil di sebelah tempat tidurnya, dan sekali lagi ponselnya berbunyi.     

"Halo . . ." Tidak ada pilihan selain menjawab teleponnya.     

"Hai." Sapa Jasper dari seberang, meskipun hanya mendengar suaranya, tapi Ella masih bisa dengan jelas membayangkan wajah pria itu dengan tatapan dan senyumannya yang mematikan.     

"Hai." Ella memeluk lututunya, sementara wajahya bersemu dan dia tampak mengigit bibir bawahnya.     

"Sedang apa kau?" Tanya Jasper.     

"Em . . . bersiap tidur." Jawab Ella.     

"Ok, selamat tidur." Jasper menjawab singkat.     

Ella tampak tak rela jika pembicaraan malam itu berakhir dengan begitu singkat dan tidak mengandung arti sama sekali. "Kau?" Ella balik bertanya pada Jasper.     

"Melakukan beberapa pekerjaan yang belum selesai." Jawab Jasper, benar saja dia tengah duduk di meja kerjanya dengan setumpuk pekerjaan yang ada di hadapannya.     

"Ini sudah terlalu larut, mengapa tidak pergi istirahat?" Tanya Ella.     

"Aku menunggu teleponmu." jawab Jasper dan jawaban itu berhasil membuat darah Ella berdesir hingga gadis itu harus memegangi dadanya.     

"Jangan bersemu merah, aku sulit membayangkan wajahmu bersemu merah." Entah mengapa Jasper terdengar seperti sudah seribu gadis jatuh ke dalam pelukannya. Dia tidak perlu mengatakna hal-hal yang berlebihan, hanya satu kalimat dan itu bisa membuat seorang gadis meleleh dibuatnya.     

"Aku tidak merona." Bohong Ella.     

"Aku mengatakan padamu untuk menghubungiku saat kau siap untuk secangkir kopi bersamaku, apa kau secepat itu memutuskan sesuatu?" Tanya Jasper dan itu membuat mata Ella membulat dan dia terlihat begitu terkejut, dia bahkan tak ingat bagian itu.     

"Benarkah?" Tanya Ella, pura-pura tidak mengingatnya, sebenarnya saat Jasper mengatakan hal itu Ella baru saja mengingat kalimat Jaspert tersebut.     

"Aku tahu kau mengingatnya nona muda, kau belum pikun." Jawab Jasper. "Besok setelah kau pulang kerja." Ujar Jasper.     

"Em . . ."     

"Aku tidak membuka penawarn atau penolakan, aku akan menjemputmu besok. Sekarang istirahatlah, good night. "Jasper mematikan sambungan telepon mereka bahkan sebelum Ella menjawabnya. Sementara Jasper tersenyum penuh kemenangan di meja kerjanya, Ella tertegun menatap layar ponselnya. Jantungnya berdetak tak menentu, aliran darahnya berdesir semakin kencang.     

"Jasper Owen." Gumam Ella dan sekali lagi gadis itu bersemu. Tapi dia tampak begitu malu bahkan pada dirinya sendiri hingga akhirnya memutuskan untuk meletakkan ponselnya di atas meja lalu menutup dirinya dengan selimut dan jatuh tertidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.