THE RICHMAN

The Richman - Jealous



The Richman - Jealous

0Ben duduk menghadapi laptopnya meski sudah terlalu larut sementara Leah baru saja menidurkan baby Sheina yang beberapa hari tinggal bersama mereka tapi sangat rewel. Mungkin karena bayi juga butuh menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kantong mata Leah mulai terlihat dan lingkaran hitam dimatanya juga terlihat semakin jelas. Leah yang awalnya cukup modis kini lebih sering mengenakan kaos dan celana panjang dengan rambut di gulung begitu saja.     

"Hei . . ." Dia menyapa Ben setelah duduk di sofa dengan posisi setengah berbaring karena begitu kelelahan.     

"Kau terlihat sangat menyedihkan." Ujar Ben.     

"Sangat." Jawab Leah.     

"Mungkin seharusnya kita membayar babysister sayang, jangan memaksakan dirimu jika kau tidak sanggup." Ben mengalihkan pandangannya dari laptop dan pekerjaannya pada Leah dan isterinya itu sudah jatuh tertidur di sofa. Ben menghela nafas dalam, "Subborn." bisiknya dalam hati. Sudah berulang kali sejak tiga hari lalu Ben menawarkan untuk menyewa jasa babysister karena Leah tampak kelelahan merawat baby Sheina tapi Leah terus menolak, dia selalu beralasan bahwa kedatangan baby Sheina adalah sesuatu yang sudah dia nantikan dan dia tidak akan memberikan kesempatan untuk merawat bayi itu pada wanita lainnya. Tujuan utamanya mengadopsi bayi Sheina adalah untuk bisa merasakan menjadi seorang ibu.     

Ben baru saja akan memindahkan Leah saat tiba-tiba wanita itu bangun karena tangisan baby Sheina. "Ouhh . . ." Leah terbangun dan segera mengambil baby Sheina dari dalam box bayinya dan menggendongnya.     

"How can I help you?" Ben mendekati Leah dan mengambil alih baby Sheina kemudian menggendong bayi itu sembari terus bergerak pelan. Entah mengapa, mungkin tubuh Ben lebih hangat hingga membuat baby Sheina menjadi lebih cepat tenang dan kembali tertidur.     

"Wow . . . it's amazing Mr. Ben Anthony." Puji Leah.     

"I don't know how it's works." Ben berbisik diiringi seulas senyum, karena selama bayi Sheina tinggal bersama mereka, ini kali pertama Ben memberanikan diri untuk menggendongnya, selama ini dia hanya menjadi pentonton sementara Leah yang mengurus baby Sheina seratus persen. "Aku juga takjub." Ujarnya kemudian.     

"Tidurlah sebentar, aku akan mengurusnya." Ben menatap Leah dan wanita itu awalnya sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju.     

"Are you sure?" Tanyanya.     

"Sangat yakin, tidurlah aku akan mengurusnya." Ujar Ben, dia juga bangga untuk pertama kali dia merasa benar-benar menjadi seorang ayah. Leah mengecup bibir Ben dan beranjak ke ranjang untuk berbaring. Ben menyusul, dia setengah berbaring dan menyandarkan punggungnya pada dua bantal yang di tumpuk sementara baby Sehina terlelap di pelukannya yang hangat. Tangan Ben mendekap lembut bayi itu dan menyelimutinya sementara Leah berbaring di sisinya.     

Untuk beberapa saat Ben masih bisa berjuang untuk tidak tertidur, tapi rasa kantuk itu perlahan datang dan menguasainya hingga dia juga jatuh tertidur bersama bayinya dan juga isterinya. Namun baru beberapa menit baby Sheinta bergerak dan Ben terbangun untuk mengusap-usap punggungnya. Lucunya baby Sheina tidak menangis seperti yang beberapa jam lalu terjadi. Saat dia mulai susah di tidurkan kembali, Ben membuatkan susu untuknya sambil menggendong bayi itu dengan satu tangan dan memberikannya susu. Setelah baby Sheina kenyang dan bisa bersendawa dengan menepu-nepuk ringan punggung bayi itu, Ben kembali mengayunnya ringan hingga jatuh tertidur dan membawanya dalam pisisi setengah duduk, membiarkan bayinya bergelayut di perutnya dan terlelap.     

Tampaknya perut sixpack dan suhu tubuh hangat ayahnya mampu membuat baby Sheina tidur lebih nyenyak. Bahkan setelah bangun pukul tiga pagi, baby Sheina kembali terlelap hingga pukul tujuh pagi. Bahkan saat Leah terbangun, dia masih sempat melihat bayinya tertidur lelap di perut ayahnya sementara tangan Ben mengitarinya agar tak jatuh dan selimut lembut itu menutupi tubuh baby Sheina.     

"Tampaknya kau menyukai otot perut daddy hah . . ." bisik Leah dalam hati, dia hanya tersenyum menatap bayinya. Sementara menunggu Ben dan bayinya bangun, Leah bangun lebih dulu dan menyiapkan sarapan Ben, pakaian yang akan dia kenakan juga bubur bayi untuk sarapan baby Sheina. Leah praktis mengurus semuanya sendiri sejak dia berkomitmen untuk menjadi ibu rumahtangga seutuhnya sementara suaminya bekerja.     

Beberda dengan Aldric dan Adrianna, kekayaan mereka mungkin tak akan habis selama tujuh turunan, bukan hanya karena Aldric juga lahir dan besar di keluarga kaya sementara Adrianna juga demikian tapi perusahaan milik sang ayah mertua Richard Anthony menjadi semakin besar ditangan Aldric, sementara perusahaan milik Ben yang adalah perusahaan rintisan dari nol tak sebesar itu. Ben dan Leah mampu secara finansial tapi tak berlebihan, namun kesederhanaan mereka justru membuat Leah akhirnya bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan Ben yang semula cukup glamour saat masih mendapat support dari orang tuanya dan kini Ben memilih untuk benar-benar berdiri sendiri dan itu membuat mereka menjadi keluarga modern minimalis dimana hanya ada ayah, ibu dan anak.     

***     

"Morning mommy . . ." Ben datang dengan baby Sheina di pelukannya.     

"Oh heii . . ." Leah segera mengambil alih baby Sheina dan memberikan waktu bagi Ben untuk menikmati sarapan paginya.     

"Thanks." Ujar Leah.     

"What for?" Ben tersenyum menatap isterinya itu.     

"Taking care for baby Sheina when I was sleeping." Mata Leah berbingar dan Ben mencium bibirnya dihadapan bayinya itu.     

"I love you." Bisik Ben. "Kurasa itu bagian dari kerjasama yang kita sepakati." Gurau Ben dan Leah segera menyuapi baby Sheina dengan bubur untuk sarapan paginya sebelum dia mandi.     

Ben menyesap kopinya sembari membaca surat kabar, dan matanya terhenti pada sebuah headline, "Eve Dorothy menikahi duda pengusaha kaya raya Thomas Mc Larrent akhir minggu."     

"Kau tampak sangat serius, berita apa yang kau baca?" Tanya Leah, dan Ben menggeleng cepat.     

"Tidak, Bukan apa-apa." Ben segera membalik halamannya dan melipat surat kabar itu, hingga halaman yang semula di baca ben kini berada di sebaliknya dan bisa dibaca oleh Leah.     

"Eve Dorothy, setahuku dia aktirs hollywood yang juga anak salah satu senator." Ujar Leah.     

Ben menjawab singkat. "Pengetahuan politikmu lumayan Mrs. Anthony." Goda Ben.     

"Aku bersungguh-sungguh, dan kalau tidak salah Adrianna pernah mengatakan bahwa kau pernah mengencani anak senator yang adalah aktris hollywood itu saat kau di bangku kuliah." Leah mengungkit girls talk antara dirinya dan sang kakak ipar dan itu membuat Ben membeku.     

"Kami tidak berkencan." Ben meletakkan surat kabar itu dan menatap isterinya.     

"Kau terkejut dia kembali ke Amerika setelah lama tinggal di German?" Tanya Leah.     

"Are you stalking me?" Tanya Ben sembari menatap serius isterinya.     

Leah menghela nafas dalam, "Kita bertemu sangat cepat dan kau melamarku dengan begitu cepat. Aku tidak tahu siapa kau dan bagaimana kisah cintamu sebelum aku. Aku bertanya pada Adrianna, hanya ingin tahu saja." Ujar Leah.     

"Kau bisa bertanya padaku, aku bahkan tak sering bicara pada Adrianna, aku khawatir opini pribadi Adrianna menjadi sumber informasimu satu-satunya dan kau salah menilai tentangku." Ben meyakinkan isterinya itu.     

Leah tersenyum kecut, "Dari semua wanita yang pernah kau kencani sebagai putera salah seorang pengusaha kaya raya, mereka semua berkelas." Ujar Leah terpotong, dia bahkan lupa menyuapkan makanan pada baby Sheina.     

"Apa maksudmu dengan kalimatmu barusan?" Tanya Ben.     

"Terkadang aku merasa insecure." Jujur Leah, "Mungkin aku hanya bagian dari pelariamu dari Eve Dorothy." Ujarnya.     

Ben mengkerutkan alisnya."Apa yang dikatakan Adrianna padamu?"     

"Tidak banyak." Jawab Leah. "Yang kutahu kau mengencani Eve sejak pertama kali masuk kuliah hingga kalian lulus kuliah dan berpisah saat Eve memutuskan untuk pindah ke German."     

Ben terdiam. "Itu masalalu." Jawab Ben sembari bangkit dari tempatnya duduk. "Aku akan mandi dan bersiap ke kantor." Ujar Ben. Sementara itu Leah menjadi kecut hati, kisah soal Eve dan Ben sudah lama dia simpan di dalam hati. Dua hari terakhir setiap kali menyalakan televisi ada berita soal wanita sempurna itu, Eve Dorothy dan kisah cintanya bersama seorang duda kaya raya pemilik klup malam besar di New York juga beberapa jejaring perhotelan di New York dan di kota-kota besar lain di Amerika.     

Bahkan surat kabar itu bukan kebetulan ada di atas meja pagi ini. Leah sengaja membuka halaman tepat dimana berita soal Eve Dorothy itu dimuat. Dan pertama kali yang dibaca oleh Ben juga berita itu. Sebenarnya Ben tak terlalu mengurusi gosip-gosip yang beredar, tapi tampaknya kembalinya Eve Dorothy menjadi kejutan tersendiri bagi Ben Anthony.     

Setiap orang memiliki masa lalu, begitu juga dengan setiap pasangan. Mereka mungkin sangat mencintai pasangan mereka yang sebelumnya, tapi setelah mereka membangun komitmen baru dengan pasangan baru, mungkin saja rasa cinta yang lama itu sudah berubah dan tak ada lagi rasa yang bisa menyaingi orang yang dia cintai saat ini. Namun, terkadang beberapa pasangan memilih berbuat curang pada pasangannya dengan menyimpan bara api dengan pasangan dimasalalunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.