THE RICHMAN

The Richman - A trap for the bastard



The Richman - A trap for the bastard

0Matahari terbenam dan hari mulai gelap sementara itu Hartman dengan susah payah memastikan bahwa Gaspard dan antek-anteknya akan datang ke salah satu apartment milik George dimana pesta yang sengaja dibuat untuknya lengkap dengan penari tanpa busana dan minuman terbaik. Semua ini adalah tempat yang di design Hartman untuk membujuk Gaspard dan orang-orangnya.     

"What is that?!" George terlihat kesal saat melihat apartmentnya berubah menjadi club malam dalam sekejap.     

"Maaf Sir, Gaspard memberikan syarat harus ada pesta."     

George menghela nafas dalam, dia bahkan begitu kikuk melihat beberapa wanita berkeliaran dengan busana yang sangat minim di apartmentnya sendiri.     

"Mengapa begitu banyak penari telanjang di sini?!" George berbicara dari sela giginya yang terkatup, tanda bahwa dia tidak senang dengan semua ini. George memang menjanjikan pelayanan lebih untuk Gaspard sialan, si bodoh hedonis yang beruntung karena harta ayahnya begitu banyak dan bisa dia hamburkan untuk apa saja setelah ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan helicopter beberapa bulan lalu. Dan sialnya George haruse bertemu dengannya sebagai sama-sama pewaris perusahaan, bedanya George setengah mati mempertahankan perusahaannya, sementara Gaspard siap menghancurkan perusahaan yang ditinggalkan ayahnya kapan saja karena kebodohan dan sifat hedonismenya.     

"This is the only way sir." Sesal Hartman.     

George menghela nafas dalam, "Ok, let's make it quick."     

"Yes Sir."     

George terlihat sangat kikuk berada diruangan dengan lampu remang-remang lengkap dengan musik keras yang mulai berdentum. Bagaimana tidak, pria terpelajar dengan pemikiran logis dan hidup sangat sehat sejak limat tahun terakhir itu tidak lagi menyukai hiburan semacam ini. Hampir sebagian waktunya dia habiskan untuk bekerja selama lima tahun terakhir, dua tahun berama ayahnya dan tiga tahun terakhir dia tertatih sendiri. Waktunya begitu berharga untuk dihabiskan pada hal-hal bodoh semacam ini. Yang dia pedulikan hanyalah perusahaan dan ibunya, dua hal paling berharga dalam hidup.     

"It's not my style anymore." Gumamnya tapi pada akhirnya George menyerah dan menunggu si bodoh Gaspard muncul di hadapannya.     

Setelah menunggu cukup lama akhirnya Gaspard Smith datang. Pria itu datang dengan jas berwarna putih yang membuatnya terlihat begitu parlente. Rambutnya yang plontos lengkap dengan kalung emas sangat besar diikuti beberapa orang dengan jas hitam yang mengawal ketat pria bertato itu. Tampaknya mereka adalah orang-orang kepercayaan Gaspard.     

George menyambut dengan senyum ramah dengan didampingi oleh Hartman dan beberapa pramusaji langsung menghidangkan minuman terbaik.     

"Mr. Smith." George menjabat tangan Gaspard dengan formal tapi pria itu memberikannya pelukan dengan gaya sweak, dan itu membuat Gaspard lebih cocok sebagai rapper daripada putera mahkota sebuah perusahaan besar seperti Smith.co.     

"Mr. Bloom." Suara serak Gaspard tampak berusaha mengintimidasi George. Tapi pria itu tetap tidak terpengaruh.     

"Mungkin kita bisa mulai dengan makan malam." George membuka percakapan. "Sambil kita membahas soal rencana kersama." Dibagian lain ruangan ini disediakan sebuah meja dengan set makan malam. George benar-benar berharap Gaspard lebih memilih makan malam dan kemduian membicarakan soal investasi dibandingkan dengan menikmati hiburan murahan dan tanpa adanya kesepakatan di belakang.     

"Aku lebih suka melihat tarian dan ikut menari daripada makan Mr. Bloom." Gaspard memamerkan deretan gigi putihnya itu pada George dan George mengangguk.     

"Ok, kita bisa mulai pestanya setelah anda menandatangani kontrak." George mengangguk dan Hartman segera menyodorkan map itu beserta pena untuk tandatangan. Gaspard sempat mengrenyitkan alisnya dan itu membuat George sangat tidak sabar, tapi dia tetap berusaha bersikap baik.     

"Mulai musiknya." Perintah George dan DJ memutar music dengan sangat keras.     

Hal itu membuat Gaspard mengubah ekspresinya, dia mulai mengangguk-angguk mengikuti alunan musik, dan entah mengapa saat dua orang wanita keluar dari balik pintu dengan pakaian minim yang hampir mempertontonkan seluruh bagian tubuh mereka langsung mengalihkan perhatian Gaspard. Tapi Hartman dengan cepat menyodorkan pena itu dan Gaspard tidak berpikir panjang, dia langsung membubuhkan tandatangan itu di lembar yang sudah di tandai. George tersenyum lega dan dia bahkan tidak peduli dengan sisa pestanya. Apa yang menjadi tujuannya sudah tercapai dan kini dia tinggal duduk di sofa itu menunggu si bodoh Gaspard selesai dengan hasrat seksual dan otak mesumnya.     

"Silahkan nikmati pesta ini sepuasnya Mr. Smith. Kami sudah membayar semua penari untuk anda dan orang-orang anda, kuharap anda mendapatkan pelayanan terbaik." George menjabat tangan Gaspard dan pria berjas putih itu langsung berdiri dan mulai menari. Menggesek-gesekkan tubuhnya pada tubuh para penari itu. Sementara sang boss menggila dengan nafsunya para pengawalnya tampak diam memperhatikan. Tapi dua atau tiga orang ikut menari, mungkin mereka bukan pengawal melainkan teman Gaspard.     

Gaspard meninggalkan dua gadis yang tengah meliuk-liukkan tubuhnya dengan berbagai atraksi yang merangsang birahi para pria di ruangan itu kecuali George dan Hartman yang sudah mati rasa dan lelah berhubungan dengan perempuan.     

Gaspard mendekati George dan tersenyum. "Anda sangat baik Mr. Bloom."     

"Kita akan menjadi rekan bisnis yang hebat kurasa." George membalas senyum pria bodoh itu singkat. Dia benar-benar bisa menjadi pria yang sangat manis demi urusan bisnisnya lancar. George memilih untuk mengambil gelas bir dan duduk di sofa yang empuk, dan memilih sedikit menjauh dari meja bar tempat penari-penari itu meliuk-liuk dengan setengah telanjang. Lagipula segelas bir untuk merayakan investasi puluhan juta dollar tentu bukan sesuatu yang berlebihan.     

George menyesap bir di dalam gelasnya dan menebar pandangan, "Shit!" Umpat George saat melihat Hartman, sekretarisnya berdiri membeku saat dua penari setengah telanjang mendekatinya dan meliuk-liuk sembari menempelkan tubuh mereka pada Hartman, sementara pria itu justru mendadak terlihat seperti mayat hidup.     

George tersenyum dan mengangkat gelas pada Hartmant sambil berkata. "Enjoy it."     

"Help me sir." Hartman menatap George meminta tolong dan George mentertawakannya. Pria malang itu terjebak dalam jebakan yang sebenarnya dia siapkan untuk Gaspard dan George tak peduli lagi pada apapun karena tujuannya sudah tercapai.     

Saat semua penari menggoda para pria yang ada di ruangan itu, seorang wanita dengan gaun transparan berwarna nude, senada dengan kulitnya, berambut coklat, mata besar dan bibir penuh menghampiri George dan dengan seenaknya duduk dipangkuan George.     

"Hi Mr . . .?" Wanita itu menatap George dengan lengan terkalung di leher George. Suaranya tenggelam di balik dentuman keras musik.     

"Hei . . . bisakah kau turun dari pangkuanku?" Tanya George kikuk.     

"Why?" Wanita itu mempertanyakan perintah George.     

"Kau ingin aku melakukannya untukmu?" Wanita itu turun dari pangkuan George dan duduk bertumpu pada lutut kemudian menyentuh gesper milik George membuat pria itu terkesiap.     

"Apa yang kau lakukan?" Tanya George sedikit marah.     

"Memberikan pelayanan terbaik pada semua tamu, karena kami dibayar mahal untuk ini." Kata wanita itu sambil berusaha membuka kancing celana milik George tapi pria itu mencengkeram lengan wanita itu hingga membuat lengannya menjauh.     

"Kau tidak perlu melakukannya untukku."     

"Semua pria mendapatkan pelayanan, kecuali anda. Kita bisa masuk ke kamar jika anda membutuhkan privasi."     

"Tidak, aku tidak butuh apapun lagi karena apa yang benar-benar ku butuhkan sudah ku dapatkan." Tolak George dengan tegas, dia bahkan meninggalkan apartmentnya itu tanpa menghiraukan sang perempuan meski jujur saja dia sangat menarik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.