THE RICHMAN

The Richman - Devorce



The Richman - Devorce

0- Satu bulan kemudian-     

Berita tentang perceraian George dan Claire menghebohkan seluruh keluarga, terutama Adrianna dan kedua orang tua Claire. Mereka shock, tak percaya bahwa keputusan itu mereka ambil disaat keluarga mereka tampak baik-baik saja dimata mereka. Claire dan George memang begitu piawai bersandiwara di hadapan keluarga masing-masing sementara bara ketidak cocokan dan perselisihan mereka simpan rapat-rapat dalam hati masing-masing.     

Adrianna datang pada Claire untuk berbicara dari hati ke hati. Mimik keduanya sudah tak lagi penuh dengan derai air mata, apalagi setelah seminggu pertama pasca kabar perceraian mereka didengar oleh keluarga masing-masing.     

"Claire, apa kau tak bisa memikirkan lagi keputusanmu?" Adrianna menatap wanita yang saat ini masih menjadi menantunya itu.     

"Sorry." Geleng Claire. Wanita itu bahkan sudah meninggalkan kediaman Anthony dan membawa bayinya untuk tinggal di apartmentnya sendiri. Dia mengurus bayinya sembari bekerja paruh waktu dari rumah untuk bertahan hidup. Claire bahkan tak sudi lagi menerima uang dari George barang sepeserpun, baik untuknya maupun bayinya. Dia bahkan tak memberikan akses pada George untuk bertemu puterinya itu. Kemarahan terbesarnya terjadi karena Emanuella Dimitry kembali ke Amerika, meski dia tak tahu apakah George dan mantan isteri King of England yang sudah tak memiliki gelar bangsawannya itu menjalin hubungan kembali atau tidak.     

Claire menatap ibu mertuanya, "Kalian tega membohongiku dan menganggapku bodoh selama ini." Ujar Claire.     

"I'm sorry." Adrianna berusaha meraih tangan menantunya itu, tapi Claire menepisnya. Adrianna ingat betul saat Claire berusaha mencari tahu tentang wanita di masalalu George yang menjalin hubungan dengannya, tapi Adrianna membantu puteranya dengan menutup-nutupi wanita di masalalu puteranya itu. Tapi Adrianna tak pernah berpikir bahwa George masih menjalin hubungan dengan Emanuella Dimitry di belakang Claire Parker, isterinya.     

"Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini lebih cepat, bujuk puteramu untuk menandatangani dokumen perceraian dan semuanya akan selesai dengan baik diantara kami berdua. Dia bebas dengan perasaannya, aku tidak lagi peduli dia berhubungan dengan wanita manapun mulai sekarang." Claire menyodorkan amplop coklat pada Adrianna. Selama ini George membuat proses percerian diantara mereka menjadi alot.     

"George masih mencintaimu Claire, dan lihatlah cucuku, dia akan kehilangan sosok keluarga yang utuh karena ego kalian masing-masing." Adrianna menatap Emanuella Clementine cucunya yang tertidur dalam pangkuan ibunya.     

"Dia memiliki aku ibunya, aku akan memberikan segalanya untuknya dan dia tidak akan kekurangan apapun." Tegas Claire. "Satu hal yang pasti, puteriku tidak akan tumbuh menjadi gadis yang pahit hatinya karena melihat pertengkaran ayah dan ibunya terus menerus. Perpisahan kami adalah jalan terbaik untuk membesarkan Clementine." Claire bahkan tak sudi menyebut nama depan Emanuella meski arti nama itu sangat bagus, tapi ketika menyebutnya menjadikan hati Claire sakit, dia lebih suka menyebut nama puterinya dengna Clementine.     

Adrianna tampak begitu sedih, hatinya hancur menyaksikan rumahtangga puteranya hancur berkeping-keping seperti ini. Apalagi kesalah pahaman ini melibatkan dirinya yang berdiri di pihak yang salah. Sebagai seorang itu, dia tak membenarkan tindakan George yang masih berhubungan dengan wanita lain saat sudah menikah dengan isterinya. Meski mereka tak melibatkan hubungan fisik, tapi keputusan untuk menceraikan Claire juga keluar atas inisiasi George meski dia pada akhirnya menjadi alot saat Claire mensyaratkan hak asuh anak jatuh padanya.     

"Tolong aku Mrs. Antony, anda adalah seorang perempuan. Anda tahu bagaimana rasanya berada di posisiku, meski aku tahu itu tidak adil bagimu karena dia puteramu. Aku berharap kau memiliki hati yang cukup untuk berempati padaku." Claire benar-benar memperlakukan semua keluarga George sebagai musuhnya, bahkan termasuk ibu mertuanya saat ini. Bukan musuh dalam arti kata sebenarnya, tapi Claire benar-benar menarik diri dari semua keluarga George.     

Saat George menunjuk sepupunya, Shiena untuk menjadi pengacaranya, Claire justru memilih Oliver Hawkins sebagai tandingan Sheina. Claire tak peduli lagi pada perasaan orang-orang yang pernah dia sebut sebagai keluarga, yang dia pedulikan saat ini adalah dirinya dan puterinya. Setelah melalui tahun-tahun pernikahan yang berat dan berdarah-darah, Claire memilih untuk menyerah. Setelah perceraian itu terjadi dan final, dia berencana untuk membawa puterinya kembali ke Atlanta, tempat keluarganya berada. Dia akan kembali tinggal berrsama dengan kedua orang tuanya dan membesarkan Clementine bersama dengan mereka.     

"Aku akan berusaha." Adrianna bangkit dari tempatnya duduk dan mengambil amplop coklat itu. Dengan air mata berderai-derai dia meminta ijin untuk memeluk cucunya itu sekali lagi. "Bolehkah aku memeluknya?" Tanya Adrianna, Claire mempertimbangkan untuk beberapa saat, tapi saat dia melihat ketulusan hati wanita tua itu, dia membiarkan Adrianna menggendong Clementine untuk beberapa saat sampai akhirnya Adrianna berpamitan dan meninggalkan apartment tempat mereka tinggal sementara waktu, sebelum kembali ke Atlanta.     

***     

Adrianna datang ke kantor George dan menunggu di ruangan kerja puteranya itu sementara George tengah sibuk meeting. Setengah jam dia habiskan untuk duduk terdiam memandangi foto mediang suaminya dalam ukuran besar yang di pajang di ruang kerja George sebagai bentuk penghormatan bahwa ruangan itu pernah dihuni selama puluhan tahun oleh pria hebat bernama Aldric Bloom.     

Adrianna menitikkan air mata, "Maafkan aku sayang, aku tidak bisa mendidik putera kita dengan baik. Dia menjadi sangat berbeda denganmu." Gumamnya. "Harusnya kau yang tetap hidup dan bersamanya, aku yakin dia akan lebih dekat denganmu dan dia punya tempat untuk meminta pertimbangan dari setiap keputusannya, kau adalah orang yang menjadi panutannya. Dia tersesat setelah kehilanganmu." Imbuh Adrianna dalam linangan air matanya. Meski sekarang ini dia menjalani pernikahan keduanya dengan Javier, tapi itu sama sekali berbeda dengan pilihan George yang memutuskan bercerai dari isteirnya yang masih hidup.     

"Mungkin ini salahku, aku memilih untuk menikah lagi." Sesalnya. Sedikit banyak Adrianna menyalahkan dirinya karena memilih untuk menikah lagi setelah kepergian Aldric suaminya. Dia merasa bahwa keputusan George untuk menceraikan isterinya karena melihat ibunya tak setiap pada mendiang ayahnya. Meskipun bagi George, perceraiannya dengan Claire tak ada hubungannya sama sekali dengan keputusan ibunya menikah lagi.     

Bagi George hubungan tak sehat yang dia jalani dengan Claire sama sekali tak bisa dilanjutkan. Dan setelah mereka berpikir dengan kepala dingin masing-masing, pilihan itu menjadi pilihan tepat.     

George tampak terkejut mendapati ibunya di ruang kerjanya.     

"Mom." George memberinya pelukan singkat.     

"Hai." Adrianna segera menghapus air matanya.     

"Mommy sudah menunggu lama?" George duduk di sisi ibunya di sofa besar dalam ruangannya.     

"Setengah jam mungkin." Adrianna menyodorkan amplop coklat yang sedari tadi sudah diatas meja. "Aku menemui Claire hari ini. Dan dia memintaku membujukmu untu menandatangi surat perceraian itu." Terang Adrianna.     

"Tidak jika dia masih mensyaratkan hak asuh Ella padanya." Tolak George dengan nada kesal.     

"George." Adrianna meraih tangan puteranya itu. "Jika kalian sudah memutuskan untuk berpisah, aku tidak akan menghalanginya. Tapi setidaknya biarkan wanita tua ini membuat satu permintaan." Adrianna menatap George. "Berpisahlah dengan damai, jangan biarkan cucuku menjadi korban keadaan." Air mata Adrianna berjatuhan kembali.     

"Ini salahku, harusnya aku tetap setia pada ayahmu jadi tak memberikanmu contoh buruk." Mendadak Adrianna mengalihkan topik pembicaraan. Berhari-hari pasca berita buruk ini terdengar olehnya, suara-suara aneh menyerangnya sewaktu-waktu, seolah menyalahkan Adrianna dengan keputusannya menikah lagi.     

"Mom, ini tidak ada hubungannya dengan mommy." George memeluk ibunya yang mulai histeris itu. "Aku dan Claire tak cocok lagi, tak mungkin kami paksakan." George berusaha menenangkan ibunya.     

"Tandatangani dan biarkan wanita itu pergi. Kasihani dia, George. Kau menjadikannya korban dari keegoisanmu." Adrianna terus menangis dan George terpojok, karena permintaan ibunya baginya adalah harga mati.     

"Aku bisa memberikan semua yang dibutuhkan Ella saat dia tumbuh nanti, dia akan butuh banyak hal. Aku tidak bisa membiarkan Claire membesarkannya dengan banyak keterbatasan." Ujar Goerge.     

Adrianna menghapus air matanya, dia menatap puteranya dengan nanar. "Aku membesarkanmu dengan uang, dan lihatlah dirimu sekarang." Ujar Adrianna. "Aku yakin Claire akan memebsarkan Clementine dengan baik, dia ibunya, dan dia wanita yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia akan menjadikan anakmu wanita yang kuat dan berhati baik. Uang bukan segalanya George." Adrianna mengusap wajah puteranya itu.     

George terdiam sekilas, angkara murka masih menguasainya, meski rasa sayang pada Claire jelas masih ada. Tapi rujuk kembali bukan pilihan untuk saat ini, masalah utama diantara mereka tidak terselesaikan, bahkan setelah mereka mengunjungi konselor pernikahan. Pada intinya Claire mencintai George tapi dia tak bisa melepaskan diri dari rasa cemburu, curiga dan ketidakpercayaannya pada suaminya itu. Tak ada jalan keluar karena Claire tak berniat memperbaiki hubungan diantara mereka lagi. Alasannya tak lain dan tak bukan karena Emanuella Dimitry saat ini berada di New York, dan meskipun dia dan suaminya kembali rujuk, nama Emanuella Dimitry akan selalu menjadi bayang-bayang gelap yang membuatnya tersiksa.     

George menghela nafas dalam, dia menarik kertas dari amplop coklat di tangannya dan membaca isinya. Intinya adalah Claire menuntut perceraian tanpa menuntut harta gonogini. Claire juga tak menuntut biaya hidup apapun dari George untuknya maupun untuk puterinya. Selain itu point penting adalah Claire meminta hak asuh anak jatuh padanya dan Claire akan mengganti nama Emanuella Clementine Blomm menjadi Clementine Joseph Parker. Dia membuang nama Emanuella dari nama panjang puterinya.     

George menatap ibunya, "Kau yang meletakkan bara itu di hatinya." Ujar Adrianna dengan tatapan sedih pada puteranya itu.     

"Padamkan selagi kau bisa, dan berikan kehidupan yang tenang pada puterimu." Adrianna menasehati puteranya itu. Rahang George mengeras sekilas, sebelum akhinrya dia membubuhkan tandatangan di surat cerai itu.     

Adrianna mengambil kertas itu dan memasukkanya kembali ke dalam amplop tepat saat George menerima pesan masuk di ponselnya, dari Emanuella Dimitry. "I miss you, on my apartment 9 pm, don't be late." Tulis Ella. Adrianna sempat menatap puteranya saat puteranya itu membaca pesan singkat di telepon pintarnya yang kemudian buru-buru dia tutup dan dia masukkan kembali ke dalam saku blazernya.     

Adrianna bangkit dari tempat duduknya, dan menatap putearnya itu sekali lagi, namun kali ini tanpa kata-kata. Tapi dari sorot matanya yang dalam, Adrianna seolah mengatakan sekali lagi, "Apa yang terjadi pada menantu dan cucuku adalah salahmu." Sebelum dia menghela nafas dalam dan meninggalkan George puteranya di dalam ruang kerjanya sendiri.     

Dalam proses perceraiannya, George memang menemui Ella beberapa kali untuk memberikan dukungan moral pada wanita itu. Meski dalam prosesnya George tak pernah melibatkan hubungan fisik sama sekali. Mereka hanya bertemu kemudian berbagi cerita dan George memberikan dukungan dan perhatian untuk Ella agar wanita itu tidak terlalu terpuruk. Dia bahkan lupa bahwa di sebuah apartment kecil, isteri dan puterinya tengah berjuang untuk menerima keadaan bahwa suami dan ayahnya memilih berada di dekat wanita lain dibandingkan berada di dekat mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.