THE RICHMAN

The Richman - Three Weeks



The Richman - Three Weeks

0Tiga minggu penuh perjuangan bagi Sheina untuk bisa kembali bangun setelah dua operasi besar yang dia jalani. Dokter mengatakan bahwa pemulihannya terbilang sangat baik karena Sheina bahkan tak mengalami cedera ingatan sama sekali. Dia mengingat semua dengan jelas dan dia bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya kecuali bagian lengan yang memang masih butuh waktu untuk sembuh total.     

Tulang lengannya tak benar-benar patah, hanya ada retakan yang butuh waktu untuk kembali pulih dan untuk memastikan kondisinya stabil dan sehat seperti sediakala, Oliver tidak membiarkannya datang ke kantor untuk melakukan apapun. Bahkan pria itu meminta pihak rumahsakit untuk menahan Sheina lebih lama di rumahsakit agar ada alasan untuknya tak datang ke kantor.     

"Aku berhutang pada Mrs. Bill." Rengek Sheina.     

"Aku sudah mengambil alih kasusnya dan sekarang sedang ditangani polisi." Jawab Oliver.     

Sheina menghela nafas dalam, "Apa dia datang untuk menemuiku?" Tanyanya.     

Oliver menggeleng pelan. "Ada satu hal yang perlu kau tahu, tapi tidak sekarang." Oliver tak ingin respon berlebihan Sheina yang mungkin terjadi saat dia mendengar kabar tentang Mrs. Bill akan mempengaruhi proses penyembuhannya yang sebenarnya sudah mendekati sempurna saat ini.     

"Apa yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Sheina pada Oliver. Pria itu tak bisa menyimpan rahasia ini dari Sheina, karena dia sudah menduga saat Sheina bangun dengan ingatan yang kembali pulih, pertanyaan pertama yang akan dia tanyakan adalah bagaimana keadaan Mrs. Bill, gadis muda keras kepala ini benar-benar berdedikasi untuk pekerjaanya dan orang-orang yang meminta bantuannya.     

Oliver menatap Sheina, dia meraih tangan gadis itu. "Aku akan menceritakan semuanya, tapi aku ingin kau memastikan bahwa kau bisa menerima berita ini, seburuk apapun itu." Oliver menatap Sheina, mengukur ekspresinya.     

"Ya." Angguk Sheina. "Katakan." Imbuhnya. Separuh dirinya sudah mempersiapkan untuk mendengar kabar paling buruk setelah apa yang dia alami hingga seburuk ini. Bahkan beberapa hari setelah dia siuman hingga sekarang ini, hampir setiap malam, Sheina masih terbangun dengan mimpi buruk tentang kejadian malam itu saat seseorang menembak mobilnya dan membuatnya panik hingga membanting stir dan terguling beberapa kali dan tertabrak oleh kendaraan dari seberang dan terseret beberapa meter jauhnya.     

"Mrs. Bill tewas dalam sebuah penembakan di rumahnya, hal yang sama seperti yang terjadi padamu." Ujar Oliver, pria itu segera mengulung Sheina dalam pelukannya saat menyadari bahwa Sheina membeku sementara air matanya mulai jatuh satu persatu.     

"Ini salahku." Bisik Sheina di tengah isakannya. "Harusnya aku mendengarkanmu." Imbuhnya.     

"Semua sudah terjadi dan polisi sedang menangani kasus ini." Oliver mengusap-usap punggung Sheina.     

"Puterinya belum ditemukan dan dia sudah harus kehilangan nyawanya karena egoku." Sheina menatap Oliver.     

Pria itu menghembuskan nafas kasar, "Puterinya ditemukan tewas sebulan lalu tanpa identitas. Begitu kau mengungkapkan kasus itu di media, kepolisian menemukan tanda-tanda fisik yang sama dengan yang terdapat pada korban pembunuhan sebulan lalu yang ditemukan tanpa identitas. Dan DNA nya cocok dengan DNA mendiang Mrs. Bill saat dilakukan autopsi pada jasadnya." Terang Oliver.     

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa." Sheina menelan ludahnya dengan susah payah, dia bahkan menghapus jejak airmata dari wajahnya.     

"Harusnya aku bisa berbuat lebih banyak."Sesalnya sekali lagi.     

Oliver menatap Sheina, "Puteri Mrs. Bill tidak akan ditemukan jika kau tidak memblow up berita itu ke media, jenasah puteri Mrs. Bill akan tetap menjadi mayat tanpa identitas. Setidaknya sekarang Mrs. Bill dan puterinya bisa berisirahat dalam damai, mereka sudah bertemu di dunia yang lainnya." Oliver membesarkan hati Sheina.     

"Satu hal yang harus kau lakukan saat ini adalah segera sembuh." Oliver mengusap tangan Sheina.     

"Ya." Angguk gadis itu. "Bisakah kau mengantarku ke tempat Mrs. Bill dan puterinya dimakamkan?" Tanyanya pada Oliver dan pria itu mengangguk. Bakhan jika Sheina memintanya menemaninya ke bulan, Oliver tidak akan menolak. Pria itu rela melakukan apapun, meski sampai detik ini dia belum bisa bernafas dengan tenang karena si penembak Sheina belum ditemukan. Begitu juga dengan orang yang menghabisi Mrs. Bill dengan kejam di rumahnya, belum ada tanda atau jejak yang ditemukan oleh kepolisian sama sekali. Dan selama mereka belum ditemukan, hidup Oliver tidak akan pernah tenang.     

Setiap pergerakan yang mereka lakukan mungkin tengah diawasi atau diincar oleh para penjahat itu. Namun setidaknya mereka boleh sedikit bernafas lega karena pada akhirnya Sheina bangun dengan keadaan yang hampir pulih seperti sediakala tanpa cacat sedikitpun.     

***     

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya Oliver bersiap tidur di sofa selama menemani Sheina di rumahsakit tiga minggu terakhir.     

"Hei." Sheina membangunkan Oliver.     

"Hei, kau belum tidur?" Tanya Oliver. Pria itu baru saja selesai dengan pekerjaannya dan bersiap untuk tidur, sementara perawat memberikan Sheina obat melalui suntikan infuse dan dia jatuh tertidur beberapa jam lalu, sekarang saat sudah tengah malam, Sheina justru terbangun. Oliver mendekatinya, "Apa kau merasa tidak nyaman? Kau butuh sesuatu?" Tanya Sheina.     

"Ya." Angguk gadis itu.     

"Katakan, apa yang kau butuhkan?" Oliver terlihat panik, seminggu terakhir setelah siuman, kondisi Sheina memang masih naik turun. Dua hari pertama dia mengeluhkan sesak nafas yang timbul tenggelam, perawat mengatakan bahwa itu terjadi karena memar dibagian dalam dada Sheina akibat benturan yang belum sembuh betul dan itu wajar untuk sebulan pertama. Rasa nyerinya akan berkurang seiring dengan pembengkakan di dalam yang semakin membaik.     

"Kau ingin aku memanggil perawat?" Oliver memegangi tangan Sheina dan wajahnya terlihat semakin panik.     

"Aku butuh pelukan." Sheina menatap Oliver dan pria itu langsung merubah ekspresinya seolah bertanya pada Oliver, "Kau bercanda?" Oliver menyipitkan matanya pada Sheina.     

"Kau tak ingin melakukannya?" Sheina mengerutkan alisnya menatap Oliver.     

"Tentu saja aku mau." Oliver memutari ranjang Sheina dan menyusulnya naik ke atas ranjang rumahsakit lalu memeluk gadis itu.     

"Seperti ini?" Tanya Oliver sembari melilitkan tangannya di atas pinggang Shenina tapi tak benar-benar meletakan beban tangannya ke atas tubuh Sheina, Oliver benar-benar takut pelukannya membuat Sheina tidaknyaman.     

"Ya, ini sangat nyaman." Bisik Sheina.     

"Kau terbangun karena mimpi buruk lagi?" Bisik Oliver.     

"Ya." Jawab Shiena sembari menelan ludah dengan susah payah, dia takut jika dia tertidur lelap lagi, mimpi buruk itu akan datang dengan begitu nyata kembali. Dokter meresepkan obat tidur tiga hari, tapi obat yang mengandung psikotropika bukan untuk diberikan dalam jangka waktu lama untuk menghindari adiksi.     

Empat hari Shiena mencoba tidur dengan usahanya sendiri dan dalam semalam dia bisa terbangun berkali-kali karena mimpi buruk itu terulang setiap kali dia jatuh tertidur lelap.     

"Sekarang tidurlah, aku menemanimu. Kau akan baik-baik saja." Bisik Oliver.     

"Ehem." Sheina menjawab dalam gumaman sementara matanya sudah terpejam. Pelukan Oliver benar-benar menenangkannya. Sejak kecil Sheina memiliki masalah dengan kesepian dan kesendirian juga perasan ditinggalkan. Dan dengan adanya Oliver, semua rasa takut itu lenyap entah kemana.     

Ben ayahnya datang setiap hari, meski hanya satu atau dua jam tapi Ben tak pernah melewatkan waktu untuk membesuk puterinya itu. Oliver mengambil alih semua tanggungjawab tentang Sheina dan Ben tak ingin menentang hal itu, karena dia melihat kesungguhan Oliver dalam menjaga Sheina.     

Hampir setiap hari Adrianna juga membesuk Sheina meski hanya sekedar mengantar makanan untuk keponakannya itu, jika dia tak datang maka Ketty yang melakukannya, sebagai seorang step mother, Ketty berusaha memiliki hubungan yang baik dan akrab dengan Sheina.     

Oliver mengusap lembut sisi kepala Sheina yang tidak mengalami luka jahitan, dan gadis itu tampak sudah jatuh tertidur.     

"Sleep tight, and get well soon." Bisik Oliver, entah didengar atau tidak oleh Sheina, tapi itu adalah harapan yang selalu dia bisikkan setiap malam pada gadis yang dicintainya itu. Melihat Sheina hampir kehilangan nyawanya, melewati beberapa masa kritis bukanlah perkara mudah bagi Olvier.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.