THE RICHMAN

The Richman - Dealing with Danger II



The Richman - Dealing with Danger II

0Oliver baru saja bersiap untuk persidangannya, tiga menit sebelum dia masuk ke ruang persidangan dan salah seorang stafnya menunjukan berita online dimana Shiena dan wanita yang dibelanya mengungkapkan fakta-fakta mencengangkan dimedia soal hilangnya puteri mereka dan mengatakan bahwa laporan ke pihak berwajib sudah dilakukan berkali-kali. Jovanca bahkan mengatakan pada media bahwa mereka sudah membayar detektif swasta yang hanya membuatnya semakin menderita karena mengeluarkan biaya tanpa hasil, begitu juga pengacara yang sebelumnya menanganinya.     

Sheina dengan tegas mengatakan bahwa untuk sebuah keadilan dia tidak menuntut bayaran, dia hanya ingin kasus ini ditangani dan puteri dari wanita malang itu bisa segera ditemukan, baik dalam keadaan hidup ataupun mati.     

Oliver menghela nafas dalam, menit berikutnya setelah Shiena selesai dengan konferensi pers ini, hidupnya tidak akan tenang. Oliver menghubungi Sheina dan satu kalimat yang dia ucapkan "You disobey me, disrespect me, what else?" Tanyanya dengan suara berat yang tertahan.     

"Sorry." Satu kata yang diucapkan oleh Sheina. "I'll bear the consequences, it on me"     

Oliver tidak menjawab, dia mematikan panggilannya dan berjalan masuk ke ruang persidangan. Setidaknya saat ini dia perlu fokus untuk sidang yang harus dimenangkannya. Sementara itu Sheina baru saja mengantar Jovanca pulang ke rumahnya.     

"Thank you." Wanita itu berterimakasih entah sudah berapa ratus kali padanya.     

Sheina menatap wanita itu, "Ini jalan satu-satunya yang harus kau lewati, aku hanya menemanimu." Ujar Sheina.     

"Kau mengambil resiko besar untuk melakukannya bersamaku." Jovanca meremas tangan Sheina dan gadis muda itu berpamitan. Dia berjalan pulang menuju apartmentnya dengan mobilnya malam itu, entah mengapa dia ingin meminta maaf pada Oliver untuk apa yang dia lakukan hari ini, tapi tidak untuk malam ini. Oliver pasti sangat marah padnya dan bahkan tak ingin menemuinya.     

***     

Sheina berniat masuk ke apartmentnya dan dia melihat pintu apartmentnya rusak. Gadis itu dengan ragu-ragu mendorong pintu apartmentnya dan terbuka, dia menyalakan lampu di sisi dinding dan melihat unit apartmentnya hancur berantakan. Semua barang yang ada di sana kacau bahkan foto ibunya pecah. Tak hanya di luar, bahkan kamarnya juga berantakan.     

Sheina segera keluar dari unit apartmentnya dan berkendara dengan mobilnya untuk mencari bantuan. Dia menghubungi Ben, ayahnya berkali-kali dan entah mengapa Ben tidak menerima panggilannya.     

"Dad, please call me back soon." Sheina meninggalkan pesan suara. Dia beralih menghubungi Oliver tapi ponsel pria itu tidak aktif. Olvier pelase, please . . . Sheina berulang-ulang mencoba menghubungi pria itu tapi tetap tak tersambung.     

"Oliver, aku pulang ke apartmentku dan semuanya sudah hancur. Tolong hubungi aku segera." Sheina melihat ke spion di depannya dan sorot lampu dari mobil di belakangnya tampak mengikuti mobilnya dari dekat. "Aku merasa mobil di belakangku mengikutiku." Sheina segera melempar ponselnya ke bangku sampingnya dan dia memegang stir mobilnya erat-erat, sementara kakinya menginjak pedal gas semakin dalam.     

Dia berusaha meninggalkan mobil di belakangnya tapi tampaknya cukup sulit. Mobil di belakangnya mengikutinya dengan lekat dan saat mobil itu bisa mengimbangi kecepatan mobil Shiena tiba-tiba terdengar suara tembakan, Sheina yang terkejut membanting stirnya hingga mobilnya terpelanting keluar jalur dan ditabrak dari arah berlawanan hingga terseret beberapa meter.     

Beberapa menit kemacetan terjadi, semua orang yang berada di sekitar kejadian berusaha menolong korban yang terjebak di dalam kendaraan termasuk Sheina. Pendarahan di kepala, dan mungkin patah di berbagai bagian tubuhnya. Saat berhasil dikeluarkan dari mobil, seseorang sudah memanggil 911 dan ambulance datang. Sheina dan seorang wanita lainnya yang menjadi korban kecelakaan itu dilarikan kerumahsakit.     

Oliver baru saja keluar dari kantor dan menyadari ponselnya mati beberapa waktu. Hari ini dia begitu sibuk terlepas dari masalah yang dibuat Sheina juga masalah kliennya hingga Oliver melupakan waktunya dan sudah cukup larut.     

Dia masuk kedalam mobil dan meletakkan ponselnya dalam posisi charging. Beberapa menit kemudian dia mulai berkendara dan menyalakan ponselnya, beberapa panggilan tak terjawab dan pesan suara dari Sheina.     

"Oliver, aku pulang ke apartmentku dan semuanya sudah hancur. Tolong hubungi aku segera." Suara Sheina terdengar bergetar karena panik. "Aku merasa mobil di belakangku mengikutiku."     

Oliver langsung menghubungi Sheina dan berusaha menunggu jawaban tapi nihil, berkali-kali dia mencoba dan tidak mendapatkan jawbaan. Oliver menjadi panik, dia bahkan memutar kembali kendaraannya menuju apartment Sheina.     

Namun baru setengah jalan sebuah panggilan masuk dari nomor asing. Rupanya dari rumahsakit yang memberitahu bahwa Oliver adalah orang terakhir yang dihubungi Sheina sebelum dia mengalami kecelakaan dan Oliver diminta datang kerumahsakit saat itu juga.     

Rumahsakit berlawanan arah dengan apartment Sheina dan itu mengharuskan Oliver memutar lagi kendaraannya dan menambah laju kecepatan kendaraannya menuju rumahsakit. Setibanya di sana, Sheina sedang ditangani melalui operasi karena pendarahan otak juga patah di bagian tangan kiri. Setidaknya itu yang dikatakan oleh perawat yang dia temui di emergency room. Dan kini Oliver menunggu kabar dari ruang operasi sementara dia duduk di ruang tunggu. Dia memberikan kabar buruk itu pada Ben dan pria itu dalam perjalanan menuju rumahsakit.     

"Bagaimana keadaan Sehina?" Tanya Ben dengan panik begitu dia bertemu dengan Oliver.     

Oliver menghela nafas dalam."Dia berada di ruang operasi, kita hanya bisa berharap dia bisa melewatinya.     

"Beberapa minggu terakhir dia tidak menghubungiku." Ujar Ben.     

"Dan kau juga tak mencoba menghubunginya?" Alis Oliver bertaut menatap Ben.     

Ben mengeeleng penuh sesal, "Terakhir kali kami berselisih paham dan aku berpikir mungkin selama ini aku terlalu protektif dan mengontrolnya. Dia meminta kebebasan dan aku mencoba memberikannya." Ben berkaca, dia merema wajahnya.     

"Kau juga tidak tahu jika seminggu kemarin dia menemui ibu biologisnya di Atlanta?" Tanya Oliver.     

"No." Ben geridik, "Dia tidak memberitahuku." Pria itu tampak mulai menitikkan air mata. "Hari ini aku sedang bermain bersama si kembar saat dia menghubungiku, dan aku tidak sempat menerima panggilannya." Sesal Ben, dia tertunduk dengan kedua tangan menyangga kepalanya dan mulai menangis.     

Oliver hanya bisa menepuk pundak Ben. Dia memberikan ruang untuk Ben menumpahkan rasa penyesalan dan rasa bersalahnya. Tak hanya Ben yang menyesal dan merasa bersalah, Oliver juga merasakan hal yang sama. Tidak seharusnya dia selemah itu hingga membiarkan Sheina melakukan apa yang dia katakan. Seharusnya Ben lebih tegas lagi menolak Shiena melakukan kebodohannya siang ini dan berakibat membahayakan nyawanya sendiri.     

Tiga jam berlalu dan Sheina masih berada di ruang operasi, sementara itu polisi datang dan menanyakan beberapa hal pada Oliver sebagai bos dari Sheina. Polisi mengatakan bahwa sebelum mobil Sheina terguling, dari pantauan cctv di jalan raya kecepatan kendaraan yang dikendarai Sheina melebihi kecepatan maksimal yang diperbolehkan dan beberapa detik sebelum kecelakaan sebuah mobil tampak berada sejajar dengan mobil Sheina dan tangan seseorang keluar dari kaca mobil lalu menembak ke sisi tepat dimana kendaraan Sheina berada.     

Detik berikutya kendaraan yang dikendarai Sheina terlempar keluar jalur dan masuk ke jalur berlawanan tepat saat kendaraan dari sisi berlawanan melaju ke arahnya dan menghantamnya hingga terguling dan terseret bebrapa meter. Mendengar semua fakta dan juga fakta bahwa apartment Sheina sempat dihancurkan sebelumnya, Oliver menyadari bahwa ini adalah buntut dari tindakan Sheina siang tadi, memblow up kasus Susan Bill, puteri Jovanca Bill yang hilang dalam sebuah penculikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.