THE RICHMAN

The Richman - Big News



The Richman - Big News

0Hari ini Eleonnore di jadwalkan untuk tiba di rumahsakit dan melakukan tindakan caesar, dan sekitar pukul enam belas waktu setempat akan menjalani proses melahirkan dengan tindakan caesar. Pihak management rumahsakit sibuk melakukan menyambutan dan mempersiapkan VVIP room untuk salah satu anggotar Royal Family itu.     

Ella ikut hadir dalam penyambutan, dan sekilas Queen yang ikut mengantar sang puteri untuk melahirkan itu melihat Ella. Ella merunduk memberi hormat tapi mereka berlalu dan langung masuk ke ruangan.     

"Mommy akan menunggu di istana sayang, kau akan baik-baik saja."     

"Ok mom." Jawab Ellyn.     

"Your Majesty, kami memastikan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien." Sang dokter yang bertanggung jawab untuk operasi caesar memberikan komentar ditemani enam orang tim dokter lainnya.     

***     

Tepat pukul delapan belas, jurubicara resmi istana mengumumkan kelahiran prince "Arnold Raymond" tepat pukul enam belas lebih lima puluh menit. Dan semua berita isinya sama, tentang kelahiran keponakan dari King Robert Owen Fredric Jr. Bahkan King Robert secara langsung melakukan kunjungan kerumahsakit untuk membesuk keponakannya itu. Sebuah keakraban positif yang di tunjukan oleh Royal Family pada rakyatnya.     

Ella hadir dalam kunjungan King Robert, namun naas karena saat itu King Robert bersama dengan wanitanya, Wilhellmina yang menempel ketat dan sengaja ingin tersorot kamera tampaknya.     

"Mss. Dimitry." Robert menyempatkan diri berbincang di luar ruang perawatan sementara semua keluarga tengah bahagia di dalam ruang perawatan untuk menyambut bayi Arnold.     

"Your Majesty." Ella mengangguk sopan.     

"Bisa kita bicara empat mata?" Tanya Robert, dan Ella menoleh pada direktur utama rumahsakit yang ikut menemui sang raja.     

Ella sempat menoleh pada sang direktur utama dan wanita itu memberikan kode untuk mengiyakan, tak ada yang bisa di tolak saat bossnya memintanya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.     

"Right this way, your Majesty." Ella membawa Robert ke ruang rapat kecil di lantai atas rumahsakit. Robert mengikutinya dan mereka berakhir di dalam ruang rapat itu berdua.     

"Bisakah berhenti berpura-pura di hadapanku?" Tanya Robert begitu dia masuk ke dalam ruang rapat dan mengunci pintunya. Kebiasaan yang sering dia lakukan setiap kali berbicara empat mata dengan gadis itu. Ella tertunduk, tak berani menatap, apa lagi menjawab.     

"Jadi selama ini kau bersembunyi dariku, di negaraku sendiri?" Tanya Robert, emosinya tampak terpancing, dia terlihat gusar saat menghadapi Ella.     

"Your Majesty . . ." Ella menatap pria itu. "Sudah lima tahun, . . . bisakah kita tidak membahasnya lagi?" Ella menatap nanar pada sang raja, dan bukannya setuju dengan permintaan Ella, Robert masih melihat kilatan itu di matanya, kilatan yang sama seperti lima tahun lalu, sebelum mereka berpisah, saat mereka berciuman, dan saat mereka saling menatap.     

Robert mendekat ke arah Ella dan menatap wanita itu. "Katakan bahwa sekarang kau tidak peduli lagi padaku."     

"I'm not." Geleng Ella, berusaha menatap Robert dengan seluruh kekuatannya.     

"Katakan bahwa kau tidak mencintaiku." Robert berbicara diantara sela-sela giginya yang teraktup rapat. Tangannya mencengkeram lengan Ella dengan erat di kedua sisinya hingga gadis itu tampak kesakitan.     

"Say it." Desak Robert.     

"Anda menyakitiku, your majesty." Rintih Ella dan Robert melepaskannya dengan kasar hingga gadis itu terhuyung.     

"Teganya kau menyiksaku selama lima tahun terakhir!" Robert terlihat sangat marah. "Aku meminta sedikit waktumu, aku memintamu bersabar sampai aku menemukan jalan keluar dan kau tetap meninggalkanku seperti pencundang!" Pria itu benar-benar meluapkan kemarahannya kali ini. Kerinduan yang terpendam sekian lama bermanifestasi menajdi kekecewaan dan kemarahan saat bertemu lagi.     

"Anda mendapatkan calon isteri terbaik, apalagi yang anda sesali?" Ella berbisik lirih, dan itu membuat Robert yang semula berjalan ke arah jendela besar untuk menatap keluar, berusaha menurunkan emosinya berbalik dan mendekati Ella kembali.     

"Aku tidak mencintainya!"Tegasnya. "Setiap malam aku terbangun dengan mimpi buruk yang sama, saat kau meninggalkanku hari itu, selama lima tahun, Can you imagine how tormented I have been?!" Robert menatap Ella dalam-dalam, matanya berkaca dan itu membuat air mata Ella berjatuhan. Tak hanya Robert yang sering terbangun dengan mimpi buruk, Ella pun demikian.     

"Kau tahu bahwa kau dan aku tidak mungkin bersama bukan?" Ella berbisik di sela isakannya, dia tidak lagi peduli pada siapa dia berbicara. Bagi Ella yang ada di hadapannya saat ini hanyalah pria yang begitu dicintainya tapi tak akan mungkin pernah dia dapatkan.     

"Kau yang memutuskan itu menjadi tidak mungkin." Robert meraih wajah Ella dan memeluk gadis itu, tangis Ella justru pecah saat Robert mendekapnya erat-erat. Semua perasaan yang selama ini seolah mati tampaknya hanya bersemayam dan menunggu waktu untuk meledak kembali. Robert mengusap air mata Ella dan mereka saling menatap.     

"Jangan lari lagi dariku, please." Bisik Robert setengah memohon.     

Ella menggeleng pelan, dia bahkan tak yaking gelengannya itu sebuah penolakan atau justru persetujuan untuk tidak lari lagi.     

"Aku akan meminta Marcus menjemputmu malam ini dan membawamu ke Secret Garden." Ujar Robert, dia berniat meninggalkan ruangan itu. Berada di ruang rapat berdua saja dengan Ella tentu akan menimbulkan kecurigaan dari semua orang, apalagi pihak rumah sakit yang tak pernah tahu hubungan mereka sebelumnya.     

"Don't pelase, aku tidak ingin membuatnya terluka." Ella berbisik lirih, tapi masih bisa terdengar oleh Robert. Langkah pria itu terhenti dan segera berbalik pada Ella. "Who?" Tanyanya cemas.     

"Wanita yang bersamamu."     

"Aku akan membereskannya." Ujar Robert, pria itu mengecup bibir Ella sekali lagi sebelum pergi.     

"Wait." Ella lagi-lagi menghentikan langkah pria itu, perlahan Ella mendekatinya, "Mengapa kau tidak bertanya padaku, apakah aku sudah menikah, sedang berkencan dengan pria lain atau . . ." Ella belum selesai dengan kalimatnya saat Robert menjawab.     

"Saat kau muncul kembali di hadapanku hari itu, aku mencari tahu semua tentangmu lagi. Kau bahkan tak sanggup mengencani pria lain . . ." Robert maju selangkah dan berbisik, "Itu karena kau adalah milikku, dan akan selalu seperti itu." Robert mengusap wajah Ella dan menempelkan pipinya ke pipi gadis itu sambil berkata. "I'll ses you to night." Bisiknya sebelum meninggalkan ruangan.     

Ella segera menghapus air matanya dan dengan ponselnya dia memastikan penampilannya tetap rapi sebelum keluar dari ruangan.     

"Keruanganku." Sang direktur utama tak menunda untuk menginterogasi bawahannya itu. Apa yang dia lakukan dengan King of England di ruang rapat.     

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya sang direktur.     

Ella menelan ludah, "King Robert sangat puas dengan pelayanan yang kita berikan dan berharap agar kita bisa menjalin kerjasama lagi suatu saat nanti." Bohong Ella, namun kebohongan itu seketika membuat wajah sang direktur utama cerah dan senyum mengembang di wajahnya.     

"Tentu saja, itu berita yang sangat bagus. Good job Mss. Dimitry." Puji sang Direktur. "Kau boleh pulang." Ujar sang direktur utama. Ella berpamitan dan meninggalkan ruang kerja sang direktur utama. Langkahnya benar-benar bimbang karena janji sang raja, bahwa malam ini dia akan meminta Marcus untuk menjemputnya dan membawanya ke Secret Garden. Moment saat mereka berkunjung ke desa Bibury kembali menyeruak, saat mereka menghabiskan malam bersama tanpa melakukan apapun. Akankah malam ini sama?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.