THE RICHMAN

The Richman - Escape



The Richman - Escape

0Oliver pergi bersama Sheina untuk berbicara di luar soal rencana perceraian mereka. Sementara itu Elea berniat untuk menangkan pikirannya, dia berencana untuk pergi berbelanja mengingat tak semua pakaiannya terpacking dan dibawa ke Staten Island. Elea baru masuk ke dalam mobil dan berniat menyalakan mesin mobil saat kaca jendela mobilnya di ketuk dengan cepat oleh Lucas.     

"What?" Tanya Elea dari dalam mobil.     

"Open the door." Jawab Lucas.     

"Why?" Alis Elea berkerut.     

"Pelase open the door." Lucas memohon dengan mengatupkan kedua tangannya dan Elea membuka center lock mobilnya hingga Lucas bisa membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil milik Sheina yang akan dikendarai oleh Elea puterinya itu.     

"Aku butuh tumpangan." Ujar Lucas.     

"Kau sudah bilang pada ayahku kemana kau akan pergi?" Tanya Elea.     

Lucas menggeleng, "Kemana kau akan pergi?" Tanya Lucas.     

"Belanja, beberapa pakaianku tertinggal di Brooklyn." jawab Sheina.     

Lucas tersenyum sekilas, "Ok, ayo kita berangkat. Segera nyalakan mesin mobilnya." Lucas meminta Sheina segera menyalakan mesin mobilnya. Elea menatap pria itu bingung dan terpaksa menyalakan mesin mobilnya. Dia berkendara menuju pusat perbelanjaan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama duapuluh menit, Elea sampai di sebuah area parkir yang tampak penuh hari itu.     

"Damn!" Umpat Elea, dia kesulitan untuk memarkirkan mobilnya.     

"Turunlah, biar ku parkirkan." Ujar Lucas.     

"Kau yakin?" Tanya Elea.     

"Ya." Elea keluar dari mobil begitu juga dengan Lucas. Ementara Elea menunggu di luar, Lucas duduk di belakang kemudi kemudian menutup pintu dan menguci center locknya. Dengan begitu terampil Lucas memutar mobil seolah-olah dia akan memarkirkan mobil itu, tapi ternyata dia memutar posisi kepala mobil hingga menghadap ke pintu keluar. Elea yang menyadari hal itu langsung mengejark mobil ibunya dengan panik.     

Lucas melihat ke arah spion bagian tengah dan melihat bayangan Elea berlari, "Tolong mengertilah, aku hanya meminjam mobil ini." Gumamnya, dan dengan sangat sial, mendadak sebuah mobil muncul di hadapan Lucas dan menghalangi laju mobilnya, terpaksa Lucas menekan pedal rem dan mobil berhenti. Elea segera mengetuk-ngetuk kaca mobil dan berteriak -teriak dari luar. Gadis itu tak memberikan pilihan pada Lucas selain membuka pintu untuknya.     

"Get in the car." ujar Lucas.     

Elea memutar matanya dan masuk, "Kau berniat mencuri mobil ibuku setelah ayahku menolongmu?!" Teriak Elea di dalam kabin mobil, hampir memekakkan telinga Lucas dan itu membuat Lucas mengangkat tangannya.     

"Aku akan menjelaskannya di perjalanan, tapi saat ini aku butuh mobil ini untuk sampai di tempat tujuanku." Lucas menjelaskan singkat tentang apa yang dia lakukan, tapi Elea tampak belum paham apa yang di maksudkan Lucas itu.     

"Sekarang katakan padaku, siapa kau sebenarnya?" Tanya Elea.     

Lucas menghela nafas dalam, "Aku berharap kau tidak akan melompat keluar dari mobil setelah mendengar siapa aku yang sebenarnya." Ujar Lucas.     

"Katakan terus terang, jangan berbelit-belit?" Ancam Elea.     

Lucas menghela nafas dalam, "Ayahku adlaah seorang bos mafia dan ayahmu terlibat dalam penangkapannya." Ujar Lucas, dia sempat khawatir dengan reaksi Elea, tapi di luar dugaan, gadis itu justru terbahak mendengar penuturan Lucas. "Yang benar saja." ujar Elea meremehkan.     

"Marcus Durant, itu nama ayahku. Dia bersedia menjadi saksi untuk kasus yang ditangani oleh ayahmu, dengan syarat agar ayahmu melindungiku." Ujar Lucas dengan wajah serius, mendadak Elea membeku, setelah dia menyadari dengan siapa dirinya duduk saat ini.     

Elea menelan ludah, "Kau serius?" Tanyanya.     

"Sanga serius." jawab Lucas, dan itu membuat Elea membetulkan posisi duduknya, mendadak dia merasa tidak nyaman di dekat pria itu.     

"Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya harus kembali ke tempat dimana aku seharusnya berada." ujar Lucas, dan itu membuat Elea menatapnya. "Jadi kau melarikan diri dari ayahku?" Tanyanya bingung.     

"Ya." Jawab Lucas.     

Mendadak gerakan impulsif muncul, Elea berusaha meraih ponselnya tapi ditepis oleh Lucas hingga jatuh ke bawah dasboard. "Jangan hubungi ayahmu, please." Pintanya. "Aku pergi untuk kebaikanmu dan keluargamu, aku tidak ingin membahayakan Prosekutr Hawkins." Jelas Lucas.     

"Apa maksudmu?" Tanya Elea.     

"Mereka menginginkanku, dan jika aku menyerahkan diri semua masalah akan selesai. Ayahmu tidak harus membahayakan keluarganya demi melindungiku." Lucas menjelaskan tapi Elea masih tidak bisa menangkap artinya.     

"Apa maksudmu, aku benar-benar tak mengerti." Elea menatap Lucas.     

Lucas menghela nafas dalam, "Jika kau melihat orang-orang dengan pakaian formal masuk ke kawasan perumahan dengan sebuah mobil van, mereka adalah orang-orang yang dikirim oleh Anthonio, rival ayahku untuk menangkapku." Ujar Lucas.     

Mata Elea melebar menatap Lucas, tubuhnya membeku menatap pria itu, "Jadi itu alasan ayahku memawa kita semua ke Staten Island?" Tanya Ela lirih.     

"Ya." jawab Lucas singkat, sementara matanya terus menatap ke arah jalan.     

Elea menelan ludah, "Apa yang akan terjadi padamu setelah kau menyerahkan diri pada mereka?" Tanyanya.     

Lucas menatap Elea, "Masalah akan selesai." Jawab Lucas.     

"Apa yang akan terjadi padamu?!" Desak Elea, dan Lucas menatap gadis itu lagi, dia bergidik, rahangnya mengeras dan bibirnya tertarik dalam satu garis.     

"Mereka akan membunuhmu?" Tanya Elea lagi.     

Lucas menoleh sekilas, "Tidak." Gelengnya.     

"Lalu apa?" Tanya Elea.     

"Aku belum tahu." jawab Lucas.     

Elea menelan ludahnya dengan susah payah, "Bagiamana kau bisa seceroboh itu, melakukan apa yang kau sendiri bahkan tak tahu itu benar atau salah?" Protes Elea.     

Lucas mendadak meninggikan nada suaranya, "Di duniaku, benar atau salah itu abu-abu. Tidak ada yang benar-benar putih atau hitam seperti di duniamu." Ujarnya ketus.     

Elea memeluk dirinya sendiri dan memilih menatap keluar jendela. "Turunlah di sini, dan naik taksi pulang." Ujar Lucas dengan suara yang sudah mulai melembut.     

"No." Geleng Elea.     

"Jangan keras kepala. Ini akan sangat berbahaya untukmu." Lucas berusaha meyakinkan Elea. "Jika ayahmu tahu, mungkin dia akan menembak kepalaku." Ujar Lucas frustasi, "Bisakah kau tidak keras kepala seperti ayahmu?" Lucas bergumam. Elea justru memejamkan matanya, mengingat perjalanan ke brooklyn memakan waktu lebih dari dua jam.     

***     

Setiba di sebuah pom bensin, Lucas menghentikan laju kendaraanya. Awalnya dia tampak ragu untuk membangunkan Elea, tapi ini adalah titik dimana rencana pelarian dirinya akan dimulai. Lucas menyentuhkan ujung jarinya ke lengan Elea dan gadis itu terbangun.     

"Kita sudah tiba." Ujar Lucas.     

"Mana mereka?" Elea mengerjapkan matanya melihat ke sekeliling.     

"Sebentar lagi mereka akan tiba." Jawab Lucas sambil melihat ke arah arlojinya. Dia menoleh ke arah Elea dan mengulurkan tangannya. "Terimakasih." Ujar Lucas, tapi Elea memilih menyimpan tangannya.     

"Ok." Lucas menarik kembali tangannya dan mengangguk untuk dirinya sendiri, seolah meyakinkan dirinya untuk yang terakhir bahwa pilihan yang dia ambil adalah pilihan yang tepat.     

"Jangan menyalahkan dirimu terlalu berlebihan soal hubunganmu dengan pacarmu. Dan jangan terlalu keras pada ayahmu, dia sangat menyayangimu." Lucas mengatakan semua itu sebelum dia keluar dari dalam mobil, dan Elea menatapnya beberapa waktu. Entah mengapa hatinya bergejolak menatap pria itu. Dia berjalan menjauhi mobil, sementara itu Elea berpindah posisi dan duduk di belakang kemudi. Dari dalam kabin dia mengawasi Lucas yang berdiri di kejauhan, sekali sebelum mencapai tempatnya berdiri, Lucas menoleh dan mengangkat tangannya seolah melambai.     

Elea hanya mengawasinya, dia memutar mobilnya dan meninggalkan tempat itu, tapi saat dia hampir keluar dari area pom bensin, dia melihat sebuah mobil van hitam berhenti. Beberapa orang turun, mereka memiliki gaya seperti orang-orang yang menyusup masuk ke perumahan di Brooklyn, Elea menginjak pedal rem dan mobilnya berhenti. Dia melihat ke spion dan Lucas tampak di pegangi oleh dua orang sementara seorang lainnya menghajarnya. Jantung Elea bardepar kencang, pilihannya adalah meninggalkan tempat itu dan menyelamatkan diri, tapi mungkin Lucas akan mati di pukuli. Atau mengambil resiko mungkin tertangkap bersama Lucas, atau mungkin juga bisa menolong pria malang itu.     

Elea memutar kemudi dan berjalan dengan cukup lambat menuju ke arah Van, memastikan Lucas melihatnya, dan tampaknya si brandalan itu meski bibirnya terluka dia masih bisa menyunggingkan senyum di wajahnya melihat mobil Elea berjalan menuju ke arahnya.     

Lucas memberontak dan menghajar orang-orang yang memeganginya kemudian saat dia memiliki kesempatan untuk lari, Elea menginjak pedal gas, berhenti sesaat untuk memberikan kesempatan pada Lucas masuk ke dalam mobil dan menginjak pedal gas meninggalkan tempat itu.     

"Kau gila!" bentak Lucas. "Bagiamana bisa kau membahayakan dirimu seperti ini!" Bentaknya lagi.     

"Aku tidak bisa membiarkanmu mati di pukuli!" Jawab Elea dengan teriakan, dia sangat ketakutan dan gugup.     

"Ok, tenang, jangan gemetar, fokus pada jalanan. Injak pedal gas dalam-dalam dan tetap fokus." Lucas tahu bahwa tidak ada gunanya marah saat ini, karena dia bersama Elea maka keselamatan gadis ini menjadi prioritas baginya.     

"Mereka mengikuti!" Jerit Elea ketakutan.     

"Jangan panik, terus menyetir!" Jawab Lucas.     

"Mereka semakin dekat." Elea kembali berteriak ketakutan.     

"Fokus pada jalanan, di depan polisi . . ." Lucas menunjuk dan Elea segera membanting stirnya menepi, sementara van hitam itu terus berjalan. Mereka tidak mungkin mengejark Lucas sampai ke hadapan polisi.     

Lucas melompat turun dari mobil dan membuka pintu kemudi. "Sayang, kau baik-baik saja?" Tanya Lucas pada Elea untuk mengundang perhatian polisi.     

"Apa yang terjadi, Sir?" Tanya dua orang polisi menghampiri.     

"Kekasihnya mendadak mengalami serangan kepanikan, kurasa kami butuh istirahat beberapa waktu." Ujar Lucas.     

"Tapi bibir anda berdarah." Ujar sang polisi.     

"Ya, kecelakaan kecil." Bohong Lucas.     

"Ok, silahkan turun dari mobil." Kedua polisis memberikan tempat duduk untuk Elea dan juga kotak obat agar Lucas mengobati lukanya. Elea menatap pria itu saat Lucas sibuk mengobati sudut bibirnya yang berdarah.     

"Kau berhutang banyak penjelasan padaku." ujar Elea, sembari menatap Lucas.     

Pria itu hanya membalas tatapan Elea tapi tak memberikan jawaban. Polisi menghubungi Oliver untuk menjemput Elea dan sudah barang tentu, Oliver akan memaki-maki dirinya yang berniat untuk melarikan diri darinya apalagi membahayakan nyawa puterinya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.