THE RICHMAN

The Richman - Mss. Teacher



The Richman - Mss. Teacher

0Adrianna datang dan menjemput si kembar, tapi tampaknya mereka mengikuti kelas balet hari ini jadi masih ada waktu sekitera satu jam untuk menunggu.     

"Mrs. Bloom." Sapa sang guru muda, dia adalah wali kelas si kembar.     

"Oh Mss. Parker." Adrianna tersenyum menatap gadis itu.     

"Anda menjemput si kembar?" Tanyanya ramah.     

"Ya, ibunya sedang sibuk membantu adikku merapikan rumahnya. Jadi aku datang untuk menjemput si kembar, tapi mereka masih di kelas balet." terang Adrianna.     

"Anda menyetir sendiri?" Tanya Claire khawatir.     

"Em . . . tidak, aku datang dengan taksi." Bohong Adrianna.     

Clair mengkerutkan alisnya, "Kebetulan kelasku sudah berakhir, akan kuantar anda dan si kembar pulang. Bukankah kita juga searah?" Senyum Clair benar-benar menghangatkan hati Adrianna. Niat terselubung mendadak muncul di benak Adrianna. "Tentu, aku akan sangat berhutang budi padamu Mss. Parker." Senyum Adrianna menyentuh matanya dan Claire meninggalkannya.     

"Akan kuselesakan sedikit perkerjaanku. Anda ingin menunggu di sini?" Tanya Claire.     

"Ya, silahkan selesaikan. Aku akan melihat anak-anak menari." Adrianna tersenyum dan Claire undur diri dari arena latihan balet itu. Segera setelah Claire pergi, Adrianna mengirim pesan singkat pada George.     

"George, datanglah ke rumah satu jam dari sekarang. Ada yang ingin ku katakan padamu, ini penting." Tulis Adrianna pada puteranya itu. Tapi begitu menerima pesan singkat dari ibunya, George justru menjadi panik dan segera menelepon ibunya.     

"Mom . . . are you ok?" Tanya George.     

"Can't talk here, Pulanglah satu jam dari sekarang." Jawab Adrianna dan segera mematikan ponselnya. Adrianna bahkan sempat meminta supirnya untuk pulang membawa mobilnya, dan meninggalkannya bersama anak-anak di sekolah.     

Benar saja, satu jam kemudian anak-anak selesai latian dan mereka pulang bersama dengan Mss. Claire menuju rumah.     

"Mrs. Bloom anda baik-baik saja?" Tanya Claire sementara dia mengemudi, dia melirik Adrianna yang duduk diam saja dibelakang sembari memegangi perutnya.     

"Em, kurasa asam lambungku naik." Bohong Adrianna.     

"Anda ingin aku membawa anda ke rumahsakit?" Claire mulai terlihat panik.     

"Tidak, aku akan baik-baik saja setelah meminum obatku. Sayangnya obatku tertinggal di rumah."Bohong wanita tua itu lagi.     

"Ok, bersabarlah, kita akan segera sampai." Ujar Claire sementara si kembar yang mulai panik itu menanyakan pada neneknya berulang-ulang, "Grand ma, are you ok?"     

"Yes, sweetheart, I'm ok." Wanita tua itu benar-benar pandai sekali bersandirwara, hingga Claire bahkan tak menyadari bahwa dia sedang berbohong. Sekitar sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah dan Claire membantu wanita tua itu untuk sampai ke kamarnya, membantunya hingga meminum obat dan beristirahat. Dia bahkan membantu mengurus si kembar karena entah mengapa Adrianna berhasil meminta semua orang untuk pergi dari rumah hari itu.     

Claire baru saja selesai degnan anak-anak dan membantu mereka untuk bisa tidur siang, sementara dia memeriksa Adrianna dan dia juga tertidur setelah minum obat. Claire berjalan ke dapur dan menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Dia tidak biasa mengurus orang lain selain dirinya sendiri. Beberapa waktu lalu neneknya memang tinggal dengannya, tapi karena Claire terlalu sibuk maka dia memilih untuk kembali ke rumah paman Claire di Kanada dan tinggal dengan anak-anaknya di sana.     

Claire terkesiap saat seorang pria masuk dan memanggil ibunya. "Mom . . . dimana semua orang?" Gerutu George, dia menuju ke kamar ibunya dan Claire menyusulnya.     

"Mrs. Bloom sedang beristirahat." Terang Claire pada pria yang berdiri menghadap ke pintu, dan saat pria itu berbalik Claire membeku menatapnya, begitu juga dengan Ben yang juga membeku menatap George.     

"You?" Alis George berkerut.     

"Aku guru Clara dan Stef." Jawab Claire cepat. "Tadi ibumu menjemput anak-anak dengan taksi, karena kebetulan aku juga sudah siap untuk pulang, mereka pulang bersama denganku." Ujarnya cepat, dia segera mengambil tasnya dan bersiap pulang.     

"Hei . . ." George menghentikan langkah Claire.     

"Thank you." Ujar George.     

"You're welcome." Jawab Claire cepat sebelum dia melanjutkan langkahnya.     

"Can we talk for a moment?" George mengejar Claire dan wanita itu menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap George.     

Claire menghela nafas dalam, dia berbalik ke arah George dan menatap pria itu, "Kau ingin bertanya tentang malam itu?" Tebak Claire.     

George menatapnya dalam, sesaat kemudian Claire menyerah dia mendekat ke arah George dan pria itu membawanya ke ruangan tengah, dimana ada meja bar di sana.     

"Have a sit please." Ujar George dengan penuh hormat pada Claire. Wanita itu duduk dan meletakkan tasnya di bawah, kemdudian George membuka minuman dalam botol dan menuangnya untuk Claire. Dia menyodorkan gelas itu untuk Claire dan wanita itu tersenyum sekilas, "Thanks." Ujarnya.     

George menatap Claire, "Aku ingin berterimakasih karena sudah mengantar ibuku pulang." Ujar George tulus.     

"Sama-sama." Jawab Claire.     

"Dan soal malam itu, aku anggap tak pernah melihatmu." Imbuhnya.     

Claire menghela nafas dalam. "Aku memang seorang guru playgroup. Tapi jauh sebelum aku menjadi guru, aku adalah seorang penari." Terang Claire, dia bahkan menjelaskan siapa dirinya tanpa diminta oleh George.     

"Itu kehidupanmu, dan kau tak perlu menjelaskannya padaku." Jawab George.     

Claire menyesap minuman dalam gelasnya. "Aku tidak pernah punya hubungan yang baik dengan seorang pria karena profesiku sebagai penari. Entah mengapa orang-orang selalu menganggap remeh profesi penari. Bahkan sebagian menganggap penari seperti kami adalah objek pemuas nafsu."     

George menatap Claire, "Tapi di apartmentku malam itu, kau tidak menari sama sekali." Protes George pada akhirnya.     

"I was trapped." Jawabnya.     

"Tapped?" Alis George berkerut.     

"Ya." Angguk Claire, "Aku menerima bayaran dari pekerjaan yang bahkan belum kulakukan. Mereka mengatakan bahwa kami akan menari untuk pesta ulang tahun pria kaya, aku datang dengan koreografi yang sudah kusiapkan bersama teman-temanku, tapi sesampai di sana kami diminta memakai kostum yang membuat kami terlihat setengah telanjang. Bahkan pria bernama Hartmant meminta kami untuk tidak perlu menari terlalu bagus, yang penting pria-pria di ruangan itu senang." Claire membuka semua kisah dibalik gaun yang mebuatnya terlihat setengah telanjang malam itu.     

"Maaf sudah salah menilaimu." Sesal George.     

"It's ok Mr. Bloom." Claire tersenyum sekilas, "Aku benar-benar ingin menjelaskannya padamu saat aku melihatmu bersama si kembar di halaman sekolah hari itu." Jujur Claire, "Dan aku senang akhirnya hari ini aku punya kesempatan itu." Imbuhnya, dia menyesap seali lagi minuman dalam gelasnya.     

"Mengapa penting bagimu untuk menjelaskannya padaku?" Tanya George.     

"Karena kau adalah paman dari murid-muridku, aku tidak ingin kau membuat opini yang salah tentang guru dari dua keponakanmu." Jawab Claire diplomatis dan George tersenyum.     

"Mungkin kita bisa saling mengenal dengan lebih baik mulai sekarang." George mengulurkan tangan dan Claire sempat menatapnya sekilas, sebelum akhirnya menjabat tangan pria itu.     

"Friend." Senyum George.     

"Friend." Jawb Claire.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.