THE RICHMAN

The Richman - Staten Island



The Richman - Staten Island

0Oliver membuat sebuah keputusan yang mencengangkan, memindahkan seluruh keluarganya ke sebuah tempat yang jauh dari Brooklyn dan juga Manhattan, dia memilih staten island sebagai tempat yang aman untuk ditinggali keluarganya sementara waktu. Hal itu terjadi saat beberapa orang asing tertangkap menerobos masuk ke kawasan sunset ark avenue, tempat keluarga Hawkins tinggal selama ini.     

Sementara Lionel, Sheina dan Oliver merapikan rumah, Elea tampak berjalan menyusuri pantai karena suasana hatinya sangat buruk. Pindah ke Staten island dengan mendadak membuatnya marah besar karena harus berpisah dengan Michaell tanpa pesan. Bakan Michaell memutuskan hubungannya dengan Elea secara sepihak saat Elea berpamitan dengannya, dan mengutarakan alasan ayahnya yang juga sulit untuk dia terima sejujurnya.     

Lucas tengah membantu membereskan rumah saat Oliver mendekatinya, "Kau melihat Elea?" Tanya Oliver.     

"Tadi dia keluar." Ujar Lucas singkat.     

"Tolong temukan dia dan suruh dia pulang." Ujar Oliver. Lucas yang mengerti perintah sang prosekutor segera menjalankannya.     

"Ok Sir." Dia keluar dari rumah dan segera berjalan ke arah pantai, meski Lucas tak yakin kemana Elea pergi, tapi pantai adalah tempat terbaik untuk bersembunyi saat suasana hati sedang kacau.     

Rupanya benar tebakan Lucas, di dekat pantai ada sebuah taman dengan bangku menghadap ke arah pantai dan Elea duduk di tempat itu sendiri. Lucas menghampirinya, langkahnya terhenti saat dia tiba di dekat tempat Sheina duduk.     

Lucas berdehem untuk mendapatkan perhatian Elea. Gadis itu menyadari kedatangan Lucas tapi memilih untuk tidak menoleh. "Aku ingin sendiri." Ujar Elea.     

"Ayahmu memintamu pulang." Lucas menjawab, meski matanya menatap ke arah pantai.     

"Itu bukan rumahku." Jawab Elea.     

Rahang Lucas mengeras sekilas, "Ayahmu hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah untuk melindungi keluarganya." Lucas memilih untuk duduk di dekat Elea tapi gadis itu mengambil jarak, dia melipat tangan dan wajahnya bersamaan. Dia benar-benar tak ingin di sentuh ataupun diajak bicara saat ini.     

"Ayahku selalu egois. Dia berpikir tentang dirinya sendiri, dia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain." Jawab Elea ketus.     

"Dia memikirkan keselamatan kalian." Ujar Lucas, pria itu tahu betul siapa yang datang, mereka adalah anak buah Anthonio. Keputusan Oliver untuk memboyong keluarganya adalah keputusan yang tepat.     

Elea menatap ke arah Lucas, "Mereka adalah orang tak di kenal yang masuk ke daerah perumahan tempat tinggal kami. Lagipula mereka memiliki identitas yang jelas, apa yang harus dikhawatirkan? Tidak masuk akal." Kesal Elea.     

"Ok, aku mengerti perasaanmu. Sekarang pulanglah, hari hampir gelap." Lucas membujuk Elea.     

"Kau tak akan mengerti perasaanku." Elea berdiri dengan kesal dan meninggalkan Lucas, berjalan dengan menghentak-hentak karena amarah, sementara Lucas tersenyum untuk dirinya sendiri, mengawasi Elea yang berjalan meninggalkan dirinya.     

"Gadis pemarah." Gumam Lucas sembari berjalan dengan santai mengikuti langkah Elea. Dalam perjalanannya, Lucas mengingat kejadian kemarin pagi saat Oliver memintanya mencari Elea yang tiba-tiba menghilang saat mereka bersiap untuk berangkat ke Staten Island. Rupanya gadis itu tengah bersitegang dengan Michaell di dekat rumah Michaell.     

"Aku harus pergi untuk sementara waktu." Terang Elea, saat Lucas tiba di dekat situ, dia memilih untuk berdiri di kejauhan dan menguping, tapi pembicaraan diantara mereka tampaknya sudah berlangsung setengah jalan.     

"Mengapa kau bisa pergi secepat itu? Berapa lama kau akan pergi?" Tanya Michaell kesal.     

"Aku belum tahu, ayahku memasak kami pindah secepatnya." Terang Elea tapi wajah Michaell sudah tampak masam.     

"Itu hanya alasanmu saja, sejak brandalan itu masuk ke rumahmu kalu menjadi aneh." Kesal Michaell.     

"Mich, jangan bawa-bawa Luke. Kami bahkan tak pernah bicara." Elea tampak frustasi menghadapi Micahell.     

"Sebaiknya kita berpisah." Michaell meninggalkan Elea dan masuk kedalam rumah. Gadis itu tertegun menatap kekasihnya dan wajah sedihnya terngiang-ngiang di ingatan Lucas dan mengganggunya. Saat itu Luke benar-benar ingin menghajar Michaell yang kekanak-kanakan, meninggalan Elea tanpa rasa empati sama sekali. Dan sekarang Lucas mengekor, seperti djavu melihat gadis itu berjalan dengan kemarahan dan kekesalan yang sama.     

***     

Setibanya di rumah, Elea segera masuk ke kamarnya dan mengunci diri. Meskipun kamarnya masih berantakan tapi dia melarang siapapun menyentuh barang-barangnya. Dan kemarahannya jelas dia tujukan pada sang ayah yang dengan sewenang-wenang memindahkan semua orang ke rumah baru itu.     

Tak berapa lama, tiba waktunya makan malam. Semua orang berkumpul melingkari meja dalam diam, Elea juga ada di tempat itu, wajahnya masih terlihat sangat marah sampai sekarang.     

"Elea, kau masih marah pada daddy?" Tanya Olvier pada puteranya, tapi Elea memilih tidak menjawab.     

"Daddy punya alasan mengapa kita semua harus pindah dengan terburu-buru." Oliver mencoba untuk menjelaskan.     

"Oliver Hawkins is Oliver Hawkins." Elea dengan kesal berdiri dari tempatnya duduk dan menginggalkan beranda rumah tempat mereka makan malam bersama malam ini.     

Semua teridam, Sheinna memilih untuk diam karena itu bentuk protesnya pada sang suami. Bahkan saat Elea meninggalkan meja makan, Sheina duduk diam saja, begitu juga dengan Oliver.     

"Aku akan mengejarnya." Lucas bangkit dari tempatnya duduk dan meninggalkan tempat itu. Lionel juga memilih untuk meninggalkan meja makan dan masuk ke kamarnya, dia segera sibuk dengan gadgednya sementara itu di ruang makan, Sheina dan Oliver bersitatap dalam diam.     

"Siapa mereka?" Tanya Sheinna kemudian, dia menaruh curiga pada orang-orang yang mendadak di tangkap oleh polisi hanya karena masuk ke kompleks perumahan mereka. Bahkan polisi yang menangkap jumlahnya lebih dari lima orang, dan itu jelas serius.     

Oliver tampak enggan menjawab. "Sudah ditangani."     

"Oliver, berhentilah bermain teka-teki denganku." Ujar Sheina dengan suara tertahan. Sebenarnya emosinya sudah di ujung tanduk, tapi dia tetap berusaha untuk meredam semua itu demi menjaga perasaan anak-anaknya.     

"Kau tahu, aku sudah sangat frustasi dengan hubungan kita. Aku tidak lagi mengenalmu, Oliver Hawkins." Sheinna membereskan piring kotor dan membawanya masuk kemudian menyibukkan diri di wastafel demi menghindari pembicaraan buntu dengan suaminya itu.     

Rahang Oliver mengeras, dia tetap harus diam karena banyak hal yang lebih baik dia sembunyikan dan dia rasakan sendiri tanpa harus melibatkan anak-anak dan isterinya. Yang ingin dia lakukan hanya menyelesaikan kasus-kasus yang ditanganinya, tetap fokus pada tujuannya, dan melindungi keluarganya. Oliver sadar betul bahwa dia tak bisa sehangat dulu, dan sebebas dulu, saat dia masih menjadi advocad, setelah memilih profesi sebagai seorang prosekutor, banyak ancaman yang datang silih berganti dari orang-orang atau pihak-pihak yang kasusnya ditangani oleh Oliver.     

Dan untuk kali ini, dia terpaksa melibatkan seluruh keluarganya. Ancaman Sheinna soal perceraian juga bukan ancaman yang bisa disepelekan, oleh karenanya Oliver memilih untuk berada dekat dengan isteri dan anak-anaknya, dengan harapan dia bisa memperbaiki hubungan keluarga itu, tapi ternyata semua semakin rumit.     

***     

Sementara itu di tepi pantai, Elea kembali duduk termenung memandang ke lautan lepas. Meskipun langit cukup cerah hari itu, tapi udara di luar sangat dingin, dan Lucas yang awalnya melihat itu dari kejauhan memutuskan untuk mendekat. Kebetulan dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, dia melepaskan dan memberikannya pada Elea. Gadis itu sedikit terkejut, tapi akhirnya menerima jaket itu.     

"Mengapa kau selalu ingin tahu urusanku?!" Protes Elea.     

"Aku hanya memastikan kau tidak menceburkan dirimu ke tengah laut." Jawab Lucas.     

Elea menatap Lucas, "Ayahmu adalah seorang jaksa, sama seperti ayahku. Apakah kehidupan keluargamu serumit ini?" Tanya Elea polos, dan itu membuat Lucas gelagapan tak dapat menjawab. Dia terdiam untuk beberapa waktu.     

"Apa ayahmu bisa tetap hangat pada ibumu?" Tanya Elea.     

Lucas menundukkan kepalanya sekilas, "Ibuku sudah meninggal sejak aku berisua delapan tahun." Jawab Lucas jujur. Hanya itu kejujuran yang bisa dia ucapakan dengan jelas pada Elea, karena selain itu, cerita tentang keluarganya hanyalah kebohongan belaka, dan Luke tampak berat hati ingin mengatakan kebohongan pada Elea.     

Elea menatap Lucas dengan empati, "Maafkan aku." Sesalnya.     

"Itu sudah sangat lama." Ujar Lucas.     

Elea menengadah ke langit, "Ayahku adalah orang yang keras, dia workaholic dan tidak pernah memikirkan perasaan ibuku. Dan yang lebih parah dari itu, aku mendengar mereka bertengkar dan membahas soal perceraian." Ujar Elea.     

Rahang Lucas mengeras, saat itu dia juga menjadi saksi, saat dia bersembunyi di kamar Elea dan melihat semua kejadian itu, tapi Lucas toh memilih bungkam seolah tak tahu hal itu.     

"Ibuku bertahun-tahun hidup menderita bersama kami, jauh dari ayah. Aku sering sekali tidak sengaja melihat ibuku menangis." Mata Elea berkaca.     

"Ayahmu menyayangimu dan keluargamu." Ujar Lucas meyakinkan Elea.     

Elea menatap Lucas, "Dia menyayangi dirinya sendiri, dan pekerjaannya." Sangkal gadis itu dengan tatapan kecewa.     

"Jangan terlalu keras padanya, dia sudah berusaha melakukan yang terbaik demi kalian." Lucas masih berusaha melunakkan Elea. "Ayahku tak akan berkorban sebesar yang ayahmu lakukan untuk keluargamu." Ujar Lucas dan itu membuat Elea membeku menatap pria itu. Kilatan kesedihan terlintas di mata Lucas.     

"Kau baik-baik saja?" Tanya Elea.     

"Ya, sebaiknya kita kembali ke rumah. Keluargamu akan khwatir jika kau tak segera kembali." Lucas tersenyum sekilas kemudian berdiri dan menunggu Elea bangkit. Selanjutnya mereka berjalan beriringan kembali ke rumah.     

"Aku benar-benar tak mengenalmu." Ujar Elea membuka suara dalam perjalanan.     

"Aku bukan orang yang tepat untuk dikenal." Ujar Lucas, dan jawabannya itu membuat Elea menatapnya.     

"Apa maksudmu?" Tanya Elea.     

"Kehidupanku rumit, dan aku tidak suka berbagi tentang siapa diriku dan apa yang kualami." jawab Lucas.     

"Misterius." Elea bergumam untuk dirinya sendiri.     

"Em, sebaiknya kita tidak saling mengenal. Demi kebaikanmu." Ujar Lucas sesaat sebelum mereka masuk ke dalam rumah. Lucas masuk ke kamarnya di lantai bawah dekat dengan kamar Oliver, sementara itu kamar Elea, Lionel dan Sheinna berada di lantai atas. Malam itu, Elea tak bisa tidur karena memikirkan kalimat- kalimat yang dilontarkan oleh Lucas dalam bentuk teka-teki itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.