THE RICHMAN

The Richman - Temptation Part II



The Richman - Temptation Part II

0George kembali ke kamarnya dan baru saja rebah di ranjangnya. Kepalanya masih terasa berdenyut-denyut mencerna semua kejadian yang terjadi belakangan ini. Beberapa temannya begitu santai menjadi "Sugar dady" sementara hubungan rumahtangga mereka justru terlihat sangat harmonis, contohnya adalah Daniel Silverster. Pria itu menjadi sugar daddy sudah sejak bertahun-tahun lalu tanpa isterinya tahu dan kalaupun wanita itu tahu, mereka tak berpisah sampai detik ini. Marrie, isteri Daniel bahkan selalu memuji-muji betapa romantisnya suaminya dirumah, apalagi saat mereka tengah berdua saja.     

Ditambah venomena swinger, pasangan yang berkomitment dan dengan kedok untuk membuat pasangan lain merasakan sensasi menjalani hubungan dengan format yang berbeda dengan bertukar pasangan. George bukan pra yang lahir di jaman kakeknya ataupun ayahnya. Richard Anthony terkenal dengan gaya flamboyannya yang tak puas dengan satu gadis saja hingga dia memiliki prinsip tak ingin berkomitment dengan wanita manapun, namun ternyata neneknya Christabell mematahkan prinsip sang kakek.     

Aldric ayahnya memang tak memiliki sejarah buruk dalam hubungan dengan pasangannya, Ibunya, Adrianna adalah wanita paling berntung. Setelah puas menikmati hidup penuh cinta dengan Aldric ayahnya, kini di masa tuanya di bisa mengenang masa-masa muda dengan menikahi Javier, cinta pertamanya di masa sekolah dulu.     

Dan sekarang dia sendiri, George teringat kejadian beberapa waktu lalu saat sebuah panggilan dengan kode negara Inggris menghubunginya. George berpikir mungkin itu teman-teman masa kuliahnya, tapi ternyata itu Ella.     

"Hi George." Suara di seberang terdengar sangat familiar.     

"Siapa ini?" Tanya George untuk memastikan, meski jantungnya sudah melonjak-lonjak saat mendengar suara itu dan menduga siapa yang meneleponnya.     

"Ini aku Ella." Jawab wanita itu.     

"Emanuella?" George memastikan sekali lagi.     

"Ya." Jawab suara di seberang. "Maaf karena baru menghubungimu sekarang." Suara di seberang terdengar menahan emosi yang entah apa, lebih terasa seperti penyesalan.     

"Aku justru bertanya mengapa kau menghubungiku?" Tanya George.     

"Aku tidak memiliki orang lain untuk berbagi cerita." Jujur suara di seberang.     

"Kau baik-baik saja?" Tanya George, rasanya semua ingatan tentang masa lalu bangkit satu persatu dan memenuhi kepalanya.     

"Tidak." Jawab Ella, dia menghela nafas dalam. "Aku sangat menderita di tempat ini." Jujurnya.     

"Apa yang terjadi?" Meskipun dia sama sekali tak ingin mencampuri urusan rumahtangga Emanuella, tapi dia merasa tidak tega jika mengabaikan panggilan yang dibuat oleh Ella untuknya itu.     

"Aku sudah menikah selama lebih dari enam tahun dan aku belum juga dikaruniai seorang anak." Jujur Ella dengan suara yang mulai parau, mungkin saja air matnaya masih berllinangan saat mengatakan hal itu.     

"Kau masih harus bersabar."     

"Tidak George, pihak istana mendesakku untuk mundur dari pernikahanku dan membiarkan suamiku menikahi wanita lainnya." Ujar Ella ditengah isakannya.     

"Tapi bukankah kalian menikah secara agama, kau tidak bisa bercerai begitu saja gadis itu.     

"Ya, tapi istana tidak bisa menunggu ketidakpastian." Jawab Ella. "Mereka memilih merahasiakan kemandulanku dan berencana untuk mengganti cerita di balik semua ini dengan kasus perselingkuhan. Bahkan aku belum pernah menemui pria ini, mereka rela memutar balikkan fakta demi menjaga reputasi keluarga mereka dan mengabaikanku."     

"Raja tak mungkin berpisah dengan ratunya dalam sebuah perceraian, kalian berdua menjadi ikon kerjaan dan kebanggaan masyarakat." George membesarkan hati Ella.     

"Itu dulu, saat monarki masih berjaya. Saat ini, sebagian besar rakyat justru meminta monarki diabolish." Jujur Ella.     

George menghela nafas dalam, "Jadi apa yang kau inginkan dariku?" Tanya George.     

"Jika semua media memberitakan tentang diriku, apa kau akan tetap percaya padaku George, kau tahu aku tidak seperti itu bukan?" Tanya Ella dan itu membuat rahang George mengeras sekilas.     

"Apa pentingnya pendapatku bagimu?" Tanya George pada wanita itu.     

"Sangat penting, karena kau selalu menjadi satu-satunya orang yang tetap berdiri mendukungku saat yang lainnya berusaha menjatuhkanku." Jujur Ella. "Akan kuhubungi nanti, George." Ujar Ella.     

"Take care." Sebenarnya rasa iba mendadak menyeruak muncul, andaikan jarak mereka dekat, tentu saja George sudah mendatangi Ella dan menanyakan keadaannya. Meski dengan begitu bukan berarti dia tidak mencintai Claire isterinya. Seperti kata orang, seorang pria memiliki sangat banyak cinta bahkan ketika dibagi pada beberapa wanita secara bersamaan, dia selalu memiliki sisa untuk mencintai dirinya sendiri. Hal ini bertolak belakang dengan wanita, saat wanita menikahi seorang pria, dia mengikatkan seluruh hati dan perasaannya pada pria itu. Cintanya hanya bisa dia bagi untuk suami dan anak-anaknya, terkadang dia bahkan tak memiliki sisa cinta untuk diri mereka sendiri.     

Lamunan George buyar saat dia mendengar jeritan dari lantai satu. George tahu betul bahwa itu adalah suara Edith, karena memang hanya ada mereka berdua di dalam rumah itu. George melonjak turun dari ranjangnya dan berlari menyongsong Edith di dalam kamarnya.     

George mengetuk pintu dan Edith membukanya, dia menghambur ke pelukan George. Tanpa sempat menghindar George membeku dipeluk gadis itu.     

"Aku takut." Ujarnya dengan air mata berderai.     

"Kau aman di tempat ini." Jawab George, tangannya ragu untuk membalas pelukan Edith karena mereka adalah dua orang asing dengan status yang berbeda. Edith mungkin gadis tanpa komitment dengan pria lain, tapi George sudah mengikat komitment seumur hidup dengan Claire, isterinya.     

***     

Setelah tenang, George dan Edith duduk di sofa ruang tengah.     

"Apa yang kau takutkan?" Tanya George.     

"Aku mimpi buruk saat mencoba untuk tidur." Ujar Edith. Mata gadis itu cekung dan terlihat lebih gelap dari warna kulit wajahnya.     

"Tapi kau bisa saja sakit jika kau tidak tidur." Ujar George.     

"Aku akan baik-baik saja, silahkan berisirahat. Aku akan duduk di sini." Edith duduk di sofa depan perapian, dia mengatakan dengan melihat perapian menyala, setidaknya dia bisa merasa bahwa dia baik-baik saja, ada kehangatan di dekatnya.     

"Tidurlah, aku akan duduk di sini sampai kau terlelap." Ujar George. Berada di dalam kamarnya tanpa Claire atau tangisan Emanuella juga memubuatnya gila karena dia justru terkenang pada Emanuella Dimitry, wanita di masalalunya. Mungkin dengan tetap duduk di tempat ini, bersama dengan gadis asing yang malang, akan membuat George bisa tetap berpikir lurus.     

"Isteri anda pasti sangat beruntung memiliki suami seperti anda sir." Ujar gadis itu menatap George.     

George menghela nafas dalam, "Aku yang sangat beruntung karena memilikinya." Jawab George. "Dia wanita paling sabar yang pernah kutemui, dan dia mencintaiku. Itu yang paling penting."     

"Aku juga melihat anda pria yang setia." Judith menatap George.     

George menghela nafas dalam, "Kuharap aku tidak mengecewakan isteriku dan puteri kami, itu saja." Senyum tipis sekilas mengembang di wajah George.     

"Aku suka pria seperti anda." Judith beringsut mendekat ke arah George dan mendadak pria itu menjadi siaga.     

"Sebaiknya kau tidur." Ujar George, dia tak ingin Judith memanfaatkan rasa empatinya dan membuat George kehilangan kendali atas dirinya sendiri lalu berbuat hal yang tidak-tidak dengan gadis itu.     

"Entah bagaimana aku harus membalas kebaikanmu, Sir." Mata Judith nanar menatap Goerge.     

"Kau tak perlu membalasnya, aku melakukan ini dengna tulus." Jawab George.     

"Tapi aku merasa berhutang budi." Tukas Judith bersikeras.     

"Don't be." Tolak George.     

"Apa yang bisa kulakukan untuk membayar budi baikmu, Sir?" Judith menatap dalam pada George dan pria itu melipat tangannya di dada. "Istirahatlah malam ini lalu pergi besok pagi, carilah jalan keluar untuk masalahmu, aku tahu kau pasti bisa." George bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Judith sendiri di perapian.     

Judith menghela nafas, dia mengambil ponsel dari dalam saku celana pendek yang dia kenakan lalu mematikan rekaman suara dari ponsel itu. Judith membalas pesan singkat dari sesorang di dalam ponselnya.     

"Beritahu aku apapun reaksi yang kau peroleh!" Perintah pesan singkat dari nomor ponsel yang bahkan tak dikenali Judith itu. Gadis itu mengirim pesan suara yang dia rekam beberapa kali ke nomor ponsel wanita itu.     

Judith menghela nafas dalam, "Suami anda pria yang setia." Ujar Judith, meski seluruh tubuhnya masih mendidih setelah melihat betapa tampan George Anthoy dan betapa menariknya pria itu. Judtih bahkan heran mengapa Claire begitu curiga pada pria yang lurus pemikiran dan pendiriannya. Bahkan digoda dengan sedemikian rupa, George tak berniat sedikitpun untuk menghianati isterinya, disaat dia memiliki banyak kesempatan dan keleluasaan.     

Sementara itu di dalam kamarnya, George mengunci pintu kamarnya dari dalam dan berusaha tertidur. Bohong jika dia mengatakan bahwa Judith tidak menarik. Dia begitu polos, lugu dan lemah. Sosok yang menggingatkannya pada Emanuella Dimitry saat mereka pertama kali bertemu. Dan hati George juga meleleh saat melihat Judith karena gadis itu benar-benar meningatkannya pada wanita di masalalunya.     

Sementara itu di kamar tidurnya, Claire menitikkan air mata saat mendengar rekaman percakapan antara Judith, wanita yang bekerja pada sebuah agensi rahasia yang menyediakan jasa "penggoda" untuk memastikan kesetiaan pasangan anda. Tak hanya menyediakan penggoda perempuan, mereka juga menyediakan jasa penggoda laki-laki.     

Sejujurnya mengapa dia bertahan dengan George karena pria itu adalah pria yang baik, dia tidak pernah menyakitinya secara fisik atau melakukan kekerasan dalam rumahtangga. Dia juga memiliki harta kekayaan yang akan menjamin anaknya hidup dalam kemakmuran dan berkelimpahan. Tapi fakta bahwa Claire diam-diam menyelidiki masalalu George dan menemukan fakta tentang Emanuela Dimitry tanpa sepengetahuan suaminya itu membuat Claire tak berhenti di situ. Rasa penasarannya semakin besar apalagi setelah George setuju dengan begitu mudah untuk memberi nama anak mereka dengan nama Emanuella. Nama yang sama percis dengan nama wanita di masalalunya itu.     

Sebenarnya Claire bukan tanpa sengaja memberikan nama itu pada puteri mereka. Dia justru ingin menjadikan Ella sebagai pengingat bagi ayahnya untuk melupakan wanita di masalalunya saat melihat puteri mereka tumbuh dewasa.     

Keputusan menyewa jasa agensi juga dilakukannya setelah Claire sering mengalami mimpi buruk dan terbangun di tengah malam bukan karena harus menyusui puterinya, tapi dia berimpi tentang banyak hal yang mungkin dilakukan suaminya diluar sana dengan ketampanan, kemapanan dan kekayaan yang dia miliki sementara itu Claire dirumah membesarkan anaknya.     

Bukan tanpa sebab Claire merasakan perasaan insecure itu, dia merasa bahwa setelah sekian lama George tak terbuka soal Emanuella Dimitry, dia menganggap bahwa Emanuella adalah wanita yang benar-benar dicintainya sementara dirinya hanyalah pelarian saja. Olehkarenanya Claire selalu merasa tidak aman dengan posisinya sebagai isteri George saat ini.     

Beberapa waktu lalu bahkan seorang temannya mengatakan pada Claire untuk menemui psikiater karena apa yang dia rasakan, kecemasan, ketakutan dan kecemburuan itu sudah mempengaruhi mentalnya, dan selain tidak baik untuk kesehatan mentalnya juga tidak baik untuk kesehatan hubungannya dengan George dan juga Ella, puteri mereka.     

Bakan kunjungannya beberapa hari di rumah orang tuanya bukan tanpa sebab, dia hanya ingin menguji kesetiaan suaminya itu saat dia tak berada dekat dengannya. Dan ternyata George setia sejauh ini, tapi informasi yang diberikan judtih padanya tak memperbaiki perasaannya sama sekali, Claire masih tetap merasa cemburu dan ketakutan jika suatu saat dia akan kehilangan cinta suaminya itu.     

Memang perempuan terkadang senang menempatkan diri mereka di posisi yang sulit. Mencari tahu banyak hal yang membuat mereka penasaran. Dan setelah menemukan jawaban, rasa penasaran itu bukannya pergi justur semakin besar dan semakin menyiksa diri mereka sendiri. Dan itu juga yang terjadi pada Claire.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.