Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 185



Bab 185

0Air mata mengalir turun dari mata Chu Qiao dalam garis yang lurus. Gadis itu melepaskan mantelnya yang berat dan membiarkannya jatuh di tanah. Pada saat ini, sang jenderal yang telah membuat badai di Meng Barat dan meneror Xia telah menghilang. Dia hanya seorang gadis yang terpuruk. Wajahnya pucat dan rapuh, dan rongga matanya sangat dalam. Tangan gadis itu, yang selalu dia ayunkan dengan semangat ketika memimpin perang, tergantung lemas di kedua sisi. Tatapan di matanya kosong. Air mata mengalir turun di wajahnya yang kurus, menciptakan rasa perih saat dikeringkan oleh angin.     

Saat ini baru gadis itu menyadari kalau cintanya kepada Yan Xun telah terukir begitu mendalam. Setelah terkumpul selama bertahun-tahun, perasaan-perasaan itu seakan telah menyatu dengan aliran darahnya dan menjadi bagian dari tubuh gadis itu. Sebelumnya, gadis itu tidak menyadari ini ketika pria itu bertunangan dengan Zhao Chun Er; gadis itu tidak menyadari ini ketika dirinya terpaksa berpisah dengan pria itu dan berkelana di Tang sendirian; gadis itu tidak menyadari ini ketika dirinya sedang di ambang kematian saat mempertahankan Bei Shuo. Itu karena pada saat itu, tidak peduli sejauh apa pun jarak di antara mereka, hati mereka menyatu. Gadis itu tahu kalau pria tersebut sangat mencintainya, biarpun pria tersebut dipaksa untuk tinggal di sisi orang lain, biarpun jarak di antara mereka sangat jauh, dan biarpun mereka hidup atau mati. Tetapi pada saat ini, pria itu hanya berdiri di belakangnya, memandangi bayangan gadis itu menjauh. Gadis itu baru mengerti kalau semua ini tidak sebanding dengan kecurigaan pria tersebut!     

Kesetiaan dan cinta gadis itu kokoh bagaikan gunung; tidak akan bergeming bahkan jika ada bencana. Asalkan masih ada kepercayaan dari pria itu, Chu Qiao tidak akan berkedip biarpun dia mati. Oleh sebab itu, ketika Yan Xun meninggalkan Garnisun Utusan Barat Daya di Kota Zhen Huang, gadis itu tidak marah. Ketika Yan Xun mengorbankan Yan Bei, gadis itu memaafkannya dalam sekejap mata. Kemudian, ketika Yan Xun membunuh para prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya dan melindungi Cheng Yuan, siapa yang membuat pria itu terus mengambil jalan tanpa kembali itu? Apakah karena trauma yang dialami pria itu? Kebencian yang mendalam di hatinya? Tahun-tahun penuh penindasan dan kegilaan? Atau karena Chu Qiao tidak bisa menahan pria itu?     

Dalam sekejap, gadis itu berjalan ke dalam perkemahan yang gelap gulita. Tenda yang putih itu berdiri tegak, seperti batu nisan. Kedua kaki Chu Qiao lemas, dan gadis itu terjatuh di tanah bersalju. Dia mengulurkan tangannya untuk menopang dirinya berdiri, tetapi tidak sanggup. Tangisan yang telah dia tahan akhirnya keluar. Gadis itu berlutut di tanah, tangannya mencengkeram salju. Rasanya begitu perih, seakan-akan dia sedang memegang pisau es. Bahunya gemetar, tak sanggup menahan kesedihan di dalam hatinya. Air mata mulai mengalir turun di wajahnya.     

Yan Xun, mengapa kamu meragukan aku? Mengapa kamu mencurigai aku?     

Salju menjadi semakin lebat. Chu Qiao berpakaian putih dan terpuruk di tanah bersalju. Gadis itu menutupi mulutnya dan menangis tanpa suara sementara salju mulai menumpuk di bahunya.     

Keesokan harinya, Chu Qiao mengajukan permohonan kepada Yan Xun secara langsung, agar dirinya meninggalkan medan perang di timur dan menuju kembali ke Yan Bei bersama prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya. Gadis itu menuju ke Pegunungan Hui Hui di sepanjang distrik Shang Shen untuk melakukan pekerjaan irigasi dan pertanian, demi membantu warga sipil memperbaiki kehidupan mereka setelah peperangan tersebut.     

Yan Xun menatap permohonan gadis itu sangat lama, lalu menyetujuinya dengan sebuah kata "Disetujui". Jumlah huruf dalam kata itu tidak terlalu banyak, tetapi pria itu menghabiskan waktu yang lama untuk menulisnya. Saat dia menorehkan huruf terakhir, langit sudah terang. Sinar matahari menyinari tanah bersalju, membuat lingkungan sekitar tampak semakin sepi.     

Langit sangat cerah pada hari keberangkatan Chu Qiao; kabut, yang masih ada sampai beberapa hari yang lalu,telah sirna. Tidak ada prajurit yang mengantar kepergian gadis itu, bahkan Yan Xun pun tidak datang. Gadis itu menunggang kudanya dan melihat ke atas ke arah langit yang biru, dan melihat elang-elang putih yang berputar di udara. Pekikan elang-elang itu menggema cukup lama di angkasa.     

Yan Xun, aku pergi dulu. Jaga dirimu.     

Pada hari gadis itu meninggalkan Shang Shen, langit juga sama jernihnya. Walaupun tahun baru sudah dekat, cuaca masih dingin tetapi langit cerah, biru dan jernih. Cahaya matahari terasa hangat, tampak seperti helai sutra yang keemasan. Sebaris kuda perang yang tegap dan kekar memacu di padang bersalju itu. Barisan kuda itu memanjang hingga jauh; kira-kira jumlah mereka ada 2.000 orang.     

Saat ini, sudah di penghujung tahun 776 di kalendar Bai Cang. Dalam setengah bulan, tahun baru akan tiba. Dalam perjalanan, Chu Qiao bertemu dengan banyak pedagang yang sedang dalam perjalanan dari daratan utama untuk berjualan. Keadaan ekonomi Yan Bei telah menjadi makmur. Walaupun perang di perbatasan belum berhenti, banyak pedagang dari daratan utama yang mendatangi Yan Bei melalui jalur air di perbatasan selatan untuk menjual barang dagangan mereka.     

Chu Qiao melepaskan topi di kepalanya dan menatap langit biru di atas. Tatapan matanya jernih. Dalam sekejap, satu tahun telah berlalu. Gadis muda itu telah tumbuh tinggi; wajahnya tampak semakin dewasa. Rambut gadis itu diikat rapi. Dia sedang memakai mantel hijau dan menunggangi kuda perangnya yang berwarna merah.     

Ge Qi mendekatinya dari depan di atas kudanya dan berkata, "Jenderal, Komandan He Xiao ingin saya menyampaikan kepada anda, kita akan memasang tenda di kaki Gunung Min Xi malam ini. Beliau telah membuat persiapan sebelumnya bersama dengan pasukan di depan."     

Chu Qiao mengangguk; tiba-tiba, gadis itu mendengar pekikan elang di atasnya. Dia mendongak dan menatap di kejauhan. Begitu mereka melewati Gunung Min Xi, mereka akan tiba di Dataran Huo Lei. Setelah itu, mereka akan mencapai Wilayah Barat Laut Yan Bei yang baru ditaklukkan. Tanah itu sebelumnya dikuasai oleh Xia, tetapi kini telah dimasukkan ke dalam peta Yan Bei. Perang di Jalur Yan Ming telah berlangsung sepanjang tahun.     

Banyak yang terjadi pada tahun itu. Tahun 775 dikenal sebagai tahun yang paling kacau dan bergejolak dalam sejarah Meng Barat; tahun itu pantas untuk berada dalam buku-buku sejarah. Setelah perang antara Xia dan Yan Bei berjalan setengah, serangkaian kejadian terjadi di dalam wilayah Xia. Rakyat di wilayah utara membuat masalah, bersama dengan tujuh orang penguasa mereka. Hal ini menguras sumber daya yang tersedia untuk dikirimkan ke pertempuran di barat laut, termasuk jumlah orang yang bisa ditarik masuk ke dalam pasukan dengan wajib militer. Didorong hingga putus asa, Zhao Che harus mengubah strateginya dari menyerang menjadi bertahan, mati-matian menjaga Jalur Yan Ming, demi mengulur waktu untuk menyelesaikan konflik internal tersebut. Setelah badai berlalu, Kaisar Tang tiba-tiba meninggal dunia. Di tengah kekacauan, sang Putra Mahkota dari Tang, Li Ce, naik tahta. Karena masalah internal di dalam Kekaisaran Tang, pertempuran-pertempuran kecil terjadi di perbatasan yang memisahkan Xia dan Tang. Kalau bukan karena Zhao Yang, yang dikirim ke perbatasan untuk menghentikan pertarungan itu, ada kemungkinan Xia akan menghadapi pertempuran di tiga sisi. Semua orang menyaksikan hal ini. Kekaisaran Xia, hanya dalam satu tahun yang pendek, terlihat jelas sedang menurun. Di barat, mereka tidak berdaya menaklukkan Yan Bei; di utara, mereka tidak bisa menenangkan rakyat mereka; di selatan, mereka tidak bisa menundukkan Song; di timur, mereka terkena imbas karena embargo ekonomi dari Song. Saat ini, Benua Meng Barat tidak lagi dipegang oleh satu negara adidaya yang dominan.     

Setengah tahun yang lalu, Yan Xun secara resmi naik tahta di Gunung Luo Ri, menyatakan Yan Bei sebagai negara yang merdeka. Mereka dikenal sebagai Negara Yan, menamai kalender mereka sebagai kalender Chu Yuan. Selain Xia, kekaisaran lainnya yaitu Tang dan Song tidak keberatan dengan hal ini. Dengan demikian, Yan Xun telah secara resmi menjadi penguasa sah dari Yan Bei, memantapkan posisinya di dalam negara tersebut.     

Pada hari itu, Chu Qiao tidak hadir. Dia menyuruh anak buahnya untuk pergi, dan mendaki Pegunungan Hui Hui sendirian. Istana Na Da terletak di puncak Pegunungan Hui Hui - itu adalah istana yang dibangun Yan Shicheng untuk istrinya, Bai Sheng. Bangunan itu terbuat dari batu putih dan tenggelam dalam kebun bunga merah dan kuning yang luas. Tempat itu terlihat seperti pemandangan dalam lukisan—damai dan tenang, tanpa ada tanda-tanda gangguan manusia. Atapnya yang melengkung, membuat pemandangan itu bagaikan surga. Air mengalir dan bergemercik, seakan sedang menggambarkan cinta yang dituangkan kepada istri sang raja.     

Gadis itu duduk di puncak Pegunungan Hui Hui, mendengarkan nyanyian santai para penggembala di peternakan mereka di bawah sana. Suara itu sangat menyejukkan, dan memiliki kekuatan untuk menenangkan semua orang yang mendengar suara itu. Gadis itu menatap ke kaki langit, melihat bayangan kelabu Gunung Luo Ri, dan tersenyum. Walaupun saling berjauhan, gadis itu seolah melihat pria itu dalam jubah megahnya, bermandikan kejayaan. Bibir Chu Qiao tersungging saat gadis itu tersenyum dan mendongak. Angin meniup wajahnya dan membuat pakaiannya yang berwarna hijau bergoyang lembut, tampak seperti bunga teratai hijau yang sedang mekar.     

Yan Bei di saat ini tidak lagi seperti di masa lalu. Dengan dukungan ekonomi dari Song, Yan Xun mendapatkan keunggulan dalam perang ini, dan usaha Chu Qiao dalam membangun kembali dan membenahi daratan utama, menandakan kebangkitan ibu kota kekaisaran yang baru ini. Teknologi persenjataan Yan Bei jauh melampaui ketiga kekaisaran yang lain. Di bawah pimpinan Chu Qiao, mereka membangun pabrik-pabrik persenjataan militer, membangun lebih dari 30 area pertambangan yang besar, melakukan pekerjaan irigasi, membuat tanah Yan Bei menjadi cocok untuk bercocok tanam, dan membuat area penghasil pangan yang luas di dekat Pegunungan Hui Hui di sepanjang distrik Shang Shen. Pada musim gugur tahun itu, Yan Bei menghasilkan pangan sebanyak dua kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya, sehingga mereka sanggup memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Mereka juga sangat mementingkan pengembangan di bidang kesehatan, membangun sekolah-sekolah militer, dan meningkatkan hubungan perdagangan antara mereka dengan Kekaisaran Song dan Tang. Walaupun saran Chu Qiao untuk meniadakan perbudakan tidak disetujui, di dalam wilayah yang dipimpin gadis itu, sudah sangat jarang terlihat budak. Peraturan pemerintah yang liberal, ditambah dengan masyarakat yang patuh hukum dan tertib, menarik banyak warga sipil dan pengusaha. Dalam waktu kurang dari setahun, Pegunungan Hui Hui telah berubah menjadi area pemukiman yang luas. Nuansa pedesaannya telah digantikan oleh nuansa distrik bisnis, mirip seperti di barat laut.     

Garnisun Utusan Barat Daya pada akhirnya tetap dibubarkan, dan mereka sudah bukan lagi bagian dari pasukan perang Yan Bei. Karena mereka mendirikan perkemahan mereka di dekat Sungai Xiuli, mereka kini disebut sebagai Pasukan Xiuli. Chu Qiao juga dikenal warga sekitar sebagai Jenderal Xiuli. Saat ini, Pasukan Xiuli berjumlah 9.000 orang. Dengan tahun baru yang semakin dekat, ini adalah terakhir kalinya mereka mengirimkan ransum ke pasukan garis depan sebelum akhirnya memulai cuti mereka.     

Sebelum senja, Chu Qiao dan rombongannya telah mencapai Gunung Min Xi. Ada banyak padang luas di Yan Bei. Walaupun Gunung Min Xi dikenal sebagai gunung, pada kenyataannya, itu hanya sebuah bukit kecil yang tingginya tidak sampai 100 meter. Ketika Chu Qiao dan rombongannya tiba, He Xiao dan pasukannya telah mendirikan tenda dan mempersiapkan makanan. Chu Qiao menenggak seteguk kuah yang hangat dan berisi, rasa lelah sepanjang hari mulai mereda saat dia minum.     

Saat paling indah di Yan Bei adalah malam hari. Hari itu adalah hari ke-15 di penanggalan lunar, dan bulan purnama bersinar terang di langit, menerangi padang salju yang putih. Di sepanjang gunung ada anak-anak sungai yang telah membeku hingga keras. Hari sebelumnya, ketika Chu Qiao melintasi Kota Ma Wei, walikota mereka memaksa untuk memberinya sebuah hadiah. Karena gadis itu tidak bisa menolaknya, dia memilih sebuah kotak dari kereta kuda yang besar. Ketika ia membuka kotak tersebut, di dalamnya ada sebuah mantel hijau. Mantel itu terbuat dengan indah dari bulu musang, dan tampak berkilau. Mantel tersebut sangat halus; bukti bahwa ini adalah harta berharga yang berkualitas tinggi.     

Empat buah perapian dinyalakan di dalam tenda itu, membuat suasana menjadi sesak. Chu Qiao mengenakan mantelnya dan berjalan keluar dari tenda, sampai kaki gunung. Bayangan gadis itu terlihat kesepian; cahaya bulan yang pucat membungkus bayangan gadis itu. Pemandu jalan yang memimpin jalan memberi tahu gadis itu kalau ini adalah kuil untuk Dewi Yan Bei. Tempat ini dibangun oleh leluhur Yan Bei ratusan tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, beliau selalu mengawasi seluruh wilayah Yan Bei.     

Chu Qiao mengangkat kakinya dan berjalan di sepanjang jalur gunung yang kasar. Hujan salju yang lebat telah menumpuk di jalan setapak, membuatnya berjalan di salju yang setinggi lutut. Selama dua jam, gadis itu berjalan dan terus berjalan, sampai akhirnya dia mencapai puncak gunung. Ini adalah istana yang sepenuhnya terbuat dari batu. Tempat itu tidak terlalu besar; tingginya setara dengan tinggi empat orang. Di sisi timur dan barat bangunan masing-masing ada satu gerbang. Chu Qiao berdiri di gerbang barat, menatap patung yang hampir menyentuh atap. Patung itu tampaknya menduduki sebagian besar ruangan di dalam kuil. Kuil ini sudah bobrok; salju menyempil masuk melalui retakan di atap. Sarang laba-laba dan debu tersebar di seluruh kuil. Namun, di atas patung yang berdiri menjulang di dalam kuil itu tidak ada setitik debu pun. Wajah dewi tersebut sangat tenang. Saat melihatnya, Chu Qiao membayangkan ibu Yan Xun di Panggung Jiu You bertahun-tahun lalu. Matanya tenang dan lembut. Lekukan batu itu menunjukkan gaun yang sedang berkibar di udara. Perutnya sedikit menonjol; menunjukkan kalau ia sedang mengandung.     

Ketika Chu Qiao masih muda, Yan Xun pernah memberitahunya kalau Dewi Yan Bei adalah seorang perempuan. Dewi tersebut memiliki dua sisi: di satu sisi adalah pejuang yang pemberani dengan kapak di tangannya, yang mewakili penaklukan dan pembantaian. Sisi lainnya adalah sosok ibu yang hangat dan lembut dan sedang mengandung, yang mewakili perhatian dan kemakmuran. Saat ini, saat gadis itu berdiri di depan patung tersebut, dia menyadari kalau kata-kata pria itu memang benar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.