Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 142



Bab 142

0Kulitnya yang putih halus kini merah membengkak. Zhuge Yue membentak, "Kenapa kamu masih bilang kalau ini tidak sakit?" Meskipun sudah menuangkan air dingin berulang kali, bengkaknya masih tidak berkurang sama sekali. Saat Zhuge Yue hendak memanggil pelayannya untuk membawakan obat, dia mengangkat kepalanya, dan melihat bagian atas tubuh Chu Qiao sudah basah, lekukan tubuhnya tercetak di pakaiannya yang tebal. Hal itu, bersama dengan rambutnya yang berantakan, secara mengejutkan ternyata sangat menggoda.     

Menyadari pandangan Zhuge Yue, Chu Qiao mencondongkan tubuhnya menjauh dan tangannya menutupi dadanya, sambil membentak, "Kamu sedang lihat ke mana?"     

Merasa canggung dalam hatinya, Zhuge Yue dengan keras kepala membalas, "Tubuh yang tidak jelas pria atau wanita seperti itu tidak akan membuatku bergairah bahkan jika aku lihat."     

Chu Qiao cemberut, dan jelas marah karena komentar menghina tersebut. Melihat Zhuge Yue hendak berdiri, gadis itu menarik ujung pakaian pria itu, dan menyentak keras saat dia masih tidak sadar! Ruangan itu memang sangat licin. Dengan suara keras, Zhuge Yue jatuh di lantai dengan berlebihan, tanpa keelokan ataupun keanggunan.     

Melihat keadaan pria itu, Chu Qiao mulai tertawa terbahak-bahak, namun dia tidak menyangka kalau Zhuge Yue akan membalasnya dengan cara yang sama. Sambil menarik betis gadis itu, dan memanfaatkan keadaannya yang masih lemah, Zhuge Yue menyentak dengan sekuat tenaga. Dan kebetulan, gadis itu terjatuh tepat ke dalam dada Zhuge Yue!     

Kamar mandi ini terbuat dari bambu. Dengan atap terbuka, bisa terlihat bintang di malam hari sambil mandi air hangat yang terhubung dengan mata air panas alami. Cahaya dari kedua sisi tidak terlalu terang, hanya menerangi ruangan itu dengan remang-remang. Bulan pada malam itu sangat terang dan putih, dan menggantung tinggi di langit malam yang tidak berawan. Aroma dari bunga apel liar yang sedang mekar terbawa oleh angin malam. Tirai pintu masuk menggantung ke bawah dengan ujungnya yang hijau bergoyang perlahan tertiup angin. Malam itu sunyi senyap.     

Setelah waktu berlalu cukup lama, suara jam air berbunyi, memecah mimpi hening ini. Tangan Zhuge Yue yang hangat menekan bahu Chu Qiao, dan lengan bajunya menggelitik tengkuk gadis itu. Latar belakang mereka diwarnai merah tua oleh pohon-pohon apel liar. Berayun menghipnotis di tengah angin, seluruh pemandangan ini terasa seperti sebuah mimpi. Mata Zhuge Yue bagaikan batu mulia berwarna hitam pekat. Dia terpaku menatap mata Chu Qiao, dan perlahan maju mendekat.     

Terkejut karena gerakan pria tersebut, Chu Qiao memberontak, ingin melepaskan diri, namun tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang keras menekan bagian bawah tubuhnya. Sensasi membara itu sangat asing sehingga dia membeku sepenuhnya, dan matanya membelalak karena terkejut. Begitu dia tersadar kembali, dia segera duduk tegak, dan menjauh dari Zhuge Yue. Kecanggungan di antara mereka menciptakan keheningan yang memekakkan telinga, menyelimuti seluruh ruangan itu.     

Chu Qiao memaksakan sebuah balasan untuk memecahkan keheningan yang canggung ini, walaupun suaranya dipenuhi oleh kemarahan, "Bukankah kamu bilang tubuhku tidak jelas pria atau wanita? Mengapa kamu masih bereaksi seperti itu?" Begitu dia berkata demikian, Chu Qiao tersipu merah karena malu. Keadaan menjadi semakin aneh karena kata-katanya.     

Wajah Zhuge Yue juga agak kaku, namun bagaimanapun, dia tetap bersikap tenang, dan menjawab dengan sindirannya yang biasa, "Kamu pria atau wanita masih belum jelas, tetapi tampaknya sudah jelas kalau aku seorang pria."     

Chu Qiao akhirnya mencapai puncak kemarahannya, dan dia berteriak, "Kamu benar-benar tidak tahu malu!"     

Melihat gadis itu dari sudut matanya, Zhuge Yue mengabaikan komentarnya. "Kamu masih belum melihat yang lebih parah."     

Setelah berdebat seperti yang biasa mereka lakukan, suasana kembali seperti biasa. Dengan hilangnya kecanggungan di antara mereka, tiba-tiba mereka mulai merasakan dinginnya angin malam yang terus bertiup sejak tadi. Pemandian terbuka ini benar-benar dingin untuk siapapun yang tidak di dalam air.     

Zhuge Yue berdiri, dan bertanya, "Kamu bisa jalan?"     

Chu Qiao bisa berjalan, namun dengan pakaiannya yang basah hampir sepenuhnya, akan menjadi canggung untuk berjalan seperti itu.     

Sambil mengumpat dengan suara kecil, Zhuge Yue berjalan mendekat. Melepaskan jubah luarnya dan melemparkannya ke Chu Qiao, lalu berjalan keluar dengan santai. Setelah berjalan beberapa langkah, dia menyadari kalau Chu Qiao tidak mengikuti dari belakangnya seperti yang dia harapkan. Dengan frustrasi, dia membentak, "Kamu ikut atau tidak?"     

Chu Qiao masih berusaha memakai jubah itu, dan karena luka bakarnya, tentunya gerakannya menjadi lebih lamban. Mendengar pria itu memarahinya, tentu saja dia merasa kesal juga, dan dia membentak balik, "Mengapa kamu berisik sekali?"     

Melihat gadis itu kesulitan memakai jubah tersebut, Zhuge Yue mendekat dengan bermuka masam. Cukup dengan beberapa gerakan cepat Zhuge Yue membantu gadis itu memakai jubahnya dengan benar, dan sambil menarik lengan bajunya, dia menyeret Chu Qiao ke arah kamar tidur.     

Saat ditarik oleh pria tersebut, Chu Qiao tersandung dan hampir terjatuh. Dengan kesal, Chu Qiao berkata, "Apa kamu tidak bisa lebih pelan? Apa kamu baru makan bubuk mesiu?"     

"Coba kamu komentari aku sekali lagi?"     

"Memang kamu bisa apa, hah?"     

Setelah pelayan membawakan obat untuk luka bakar, Zhuge Yue mengangkat lengan Chu Qiao yang terbakar dan dengan cekatan mengoleskan krim di atas kulitnya yang masih merah dan membengkak menggunakan sebuah kuas.     

"Oleskan krim ini dua kali sehari; satu kali di pagi hari dan sekali lagi pada malam hari. Ini akan sembuh dalam beberapa hari. Jangan sampai terkena air, dan hindari makanan pedas."     

Kuas itu terbuat dari bulu halus binatang, dan terasa sangat geli ketika menyentuh kulit. Zhuge Yue sedang duduk di sebuah kursi yang sedikit lebih tinggi daripada kasur. Pakaian pria itu memantulkan cahaya remang-remang dari lilin, wajahnya yang tampan terlihat sedikit melamun, namun dia dengan berhati-hati mencelupkan kuas itu di krim tersebut, dan mengoleskannya dengan merata di area yang bengkak itu.     

"Zhuge Yue, aku harus pergi, aku benar-benar harus pergi."     

Mengangkat kepalanya, Zhuge Yue menatap tajam ke arah Chu Qiao. Dengan wajah yang serius, Chu Qiao menatap pria itu dengan tegas, matanya jernih dan penuh tekad.     

"Aku tahu hanya mengucapkan terima kasih tidak berarti apa-apa. Kamu sudah menolongku berulang kali dan menanggung begitu banyak risiko dan tekanan hanya untuk membantu aku. Semua pengorbanan yang kamu lakukan untukku, aku mengingat semuanya dengan baik."     

Sambil mendengarkan gadis itu, Zhuge Yue tidak berbicara, dia meletakkan kuas itu, dan perlahan menutup kembali tempat krim obat tersebut.     

"Tetapi aku tidak bisa membalas kebaikanmu, dan aku memang tidak bisa membalasmu sejak awal. Jadi aku hanya bisa mengucapkan terima kasih. Apakah kamu mengerti?"     

Masih tidak menjawab perkataan Chu Qiao, Zhuge Yue berdiri, dan bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Chu Qiao meraih tangannya, dan memohon dengan keras, "Zhuge Yue, kumohon, biarkan aku pergi! Aku curiga kejadian ini tidak sederhana, dan Zhao Chun Er tidak mungkin bisa merencanakan semua ini sendirian. Pasti ada orang lain di balik layar yang mengendalikan kejadian ini. Mereka sengaja memanfaatkan kebencian antara Kekaisaran Xia dan Yan Bei untuk menciptakan keributan, dan menggunakan aku sebagai pemicunya. Kalau Yan Xun tahu aku berada di Tang Jing, dia kemungkinan besar akan masuk ke dalam perangkap seseorang. Dalang di balik kejadian ini juga bisa mengadu domba Kekaisaran Xia dengan Kekaisaran Tang, menciptakan perang besar. Dalang ini sangat perhitungan, dia membuat Zhao Chun Er menjadi boneka sasaran untuk kecurigaan orang-orang. Setelah kehilangan muka untuk Kekaisaran Xia, jika Kaisar Xia murka, dia tentu akan menyerbu Yan Bei dengan seluruh kekuatan yang bisa dia kumpulkan. Dengan musim dingin yang mendekat, Yan Bei masih kekurangan makanan dan pakaian, dan ini bisa menjadi fatal dengan tidak stabilnya Serikat Da Tong. Tanpa aku di sana, Garnisun Utusan Barat Daya mungkin memberontak. Ada begitu banyak hal yang perlu …."     

"Apa kamu sudah gila?" Zhao Chun Er tiba-tiba menoleh ke belakang. Matanya merah. Memegang erat dagu Chu Qiao, dia membentak, "Lihat keadaanmu sekarang. Kamu baru saja dikepung oleh musuh dan hampir mati beberapa kali. Dengan luka di sekujur tubuhmu, kamu masih sakit. Ada begitu banyak orang di luar sana yang ingin menangkapmu. Selain Li Ce, ada juga pejabat Tang yang ingin menangkapmu untuk rencana mereka sendiri, dan masih ada juga mata-mata dari Kekaisaran Xia, bersama dengan para pengawal Zhao Chun Er. Selain itu ada juga orang-orang yang sekadar menginginkan hadiah dari menangkapmu! Pada saat seperti ini, kamu masih berencana untuk pergi keluar? Apakah kamu pikir dengan seluruh pemerintahannya menentang, Li Ce masih bisa melindungi kamu? Apakah kamu pikir Yan Xun benar-benar akan mengorbankan segala hal demi kamu? Apakah kamu tidak tahu, begitu kamu ditempatkan di meja negosiasi, bahkan Kaisar Tang harus mulai mempertimbangkan pendapat Kaisar Xia? Begitu kamu jatuh di tangan orang lain, kamu tidak memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Apa kamu sudah gila?"     

"Aku tidak gila!" Chu Qiao menyanggah dengan lantang. "Aku tahu apa yang aku lakukan!" Dadanya kembang kempis dengan cepat karena perasaannya yang melimpah keluar, mata Chu Qiao dipenuhi tekad yang sulit dilukiskan. "Sejak dahulu aku selalu begini. Seluruh dunia adalah musuhku. Sejak awal, ketika aku memasuki Istana Sheng Jin bersama Yan Xun, aku sudah menduga hari ini akan tiba. Lalu kenapa? Ada begitu banyak orang yang ingin membunuhku, lalu apa yang kamu mau aku perbuat? Bersembunyi selamanya? Bersembunyi hanya akan membuatku semakin lemah, dan mereka akan lebih mudah mengejarku! Setidaknya keluar pada saat ini akan memberi aku kesempatan untuk melindungi diriku sendiri suatu hari nanti. Zhuge Yue, aku pernah memberi tahu kamu sebelumnya, aku punya keyakinanku sendiri!"     

"Persetan dengan keyakinanmu!" Zhuge Yue meraung, suaranya dipenuhi kemarahan dan perasaan tertekan. Dengan mata yang hitam pekat, dia menatap mata Chu Qiao, dan dengan nada yang hampir gila, dia membentak, "Keyakinan? Sepenting itukah? Lebih penting daripada nyawamu sendiri?"     

"Iya!" Chu Qiao menjawab tanpa ragu, "Kamu tidak mengerti! Ini satu-satunya alasan aku tetap hidup. Ada begitu banyak orang yang membutuhkan aku. Aku harus pergi!" Pada saat itu, seakan-akan ada angin topan yang bertiup di dalam benak Zhuge Yue yang kacau, membuang semua sisa-sisa kekangan pada dirinya. Zhuge Yue seperti binatang buas yang sudah lama ditindas, saat dia tiba-tiba mendekat dan mendorong Chu Qiao. Dengan campuran perasaan marah dan gairah, dia menekankan bibirnya pada bibir gadis itu!     

Dengan ciuman hebat itu yang memicu sebuah api di dalam hatinya, Chu Qiao benar-benar terpana. Aroma yang akrab mengisi lubang hidungnya, saat aroma tubuh pria itu membungkusnya di dalam pelukan yang lembut. Ini bukan lagi sebuah ciuman yang sederhana. Ada begitu banyak perasaan yang disampaikan dalam waktu yang singkat itu, meluap dan melewati kemampuan Chu Qiao untuk mengolah informasi.     

Chu Qiao mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan, dan tidak lama kemudian, cengkeraman pria itu padanya mengendur, dan tatapan pria tersebut menyampaikan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kesedihan. Seperti mengejek dirinya sendiri, Zhuge Yue tertawa, "Apa kamu masih belum menyadarinya juga? Aku juga membutuhkan kamu!"     

Chu Qiao kembali terperangah. Suasana yang berat mengelilingi ruangan itu. Lilin di meja sudah terbakar hampir sepanjang malam, dengan jejak lilin yang meleleh diam-diam mengalir turun, bagaikan pahatan. Tenggorokan gadis itu serasa terhalang oleh sesuatu, dan bahkan napasnya tidak lagi lancar, saat Chu Qiao berusaha keras mencari kata-kata untuk menjawabnya.     

Zhuge Yue menatap gadis itu, matanya dipenuhi kesedihan. Tidak mengatakan apa pun lagi, tampaknya dia sedang tenggelam dalam kenangan di masa lalu. Perasaan kekanak-kanakan yang dia tidak tahu cara untuk mengungkapkannya, hari-hari itu tidak akan kembali lagi, dan anak panah itu yang ditembakkan dan membuat mereka selamanya terpisah.     

Setelah menarik napas dalam-dalam, Chu Qiao mulai menutupi rasa terkejutnya, rasa lemah, dan semua perasaan lain yang sempat timbul di matanya. Akhirnya, dia menelan sisa-sisa keraguannya yang terakhir, dan memohon sekali lagi, "Kumohon …."     

Cahaya lilin tetap terang seperti biasa, tetapi seluruh ruangan itu tampaknya menjadi remang-remang. Tertutup oleh lapisan tirai tipis, wajah pria itu tidak terlihat karena cahaya berasal dari belakangnya, tetapi masih bisa terlihat raut wajahnya yang tegas membentuk wajah yang tampan. Walau demikian, ekspresinya lebih serius dari biasanya.     

Berdiri dengan sigap, dia mendengus, "Pada akhirnya, ternyata hanya aku yang berpikir terlalu banyak. Pintu terbuka lebar kapanpun kamu mau pergi. Aku permisi dahulu." Setelah berkata demikian, dia tidak bimbang lagi, dan melangkah pergi.     

Menatap bulan yang lembut dan bintang-bintang yang berkilauan, Chu Qiao duduk di atas kasur. Tiba-tiba, dia merasa sangat lelah. Mendesah panjang, hatinya dipenuhi kegetiran dan ketidakpastian.     

"Aku harus kuat!" dalam kesunyian itu, si gadis berbisik pada dirinya sendiri. Dalam kesendirian malam, suara itu terdengar begitu sedih dan terkucil, dan dia berkata lagi, "Waktu akan menghapus semua perasaan ini. Bertahanlah, dan semuanya akan berlalu." Mengangguk seakan-akan sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Chu Qiao berdiri dan melihat ke arah barat laut. Dengan tegas, dia mengangguk, "Aku akan pergi ke Yan Bei."     

Tepat ketika dia melangkah keluar dari pintu, dia melihat Yue Qi berdiri di sana menunggunya. Melihat dia keluar, Yue Qi memberitahunya, "Tuan sudah menemukan jejak Yan Xun, dan memerintahkan pada saya untuk membawa anda kepadanya."     

Mendengar itu, Chu Qiao terperangah. Secara tidak sadar, dia menengok ke kejauhan, namun hanya melihat bayangan samar di paviliun yang tersembunyi di balik tanaman dan kabut. Sosok itu sedang memegang payung, perlahan berjalan ke dalam lapisan gunung hiasan yang menghiasi halaman tersebut. Sosok itu terlihat begitu dekat namun tidak terjangkau.     

"Nona Chu, silakan ikuti saya."     

Angin di padang terbuka itu cukup kencang, terus menerus menghantam wajah mereka. Setelah sekitar dua jam perjalanan, Yue Qi, beserta beberapa orang pengawal lainnya, berhenti di padang yang tandus. Pengawal muda itu turun dari kudanya, dan mengabari Chu Qiao, "Nona Chu, saya sudah mengirim orang untuk mengabari Pangeran Yan. Tampaknya Putra Mahkota Li Ce juga berada di dalam tendanya. Harap tunggu di sini sebentar, mereka akan segera datang kemari."     

Chu Qiao mengangguk berterima kasih, "Terima kasih banyak."     

Yue Qi menjawab, "Anda tidak perlu berterima kasih padaku. Aku hanya mengikuti perintah dari Tuan."     

Chu Qiao menunduk, dan ragu untuk sejenak, lalu mendongak dan berkata, "Tolong kembali, dan sampaikan terima kasihku padanya."     

"Baik." Yue Qi mengangguk. "Kami hanya mengantar anda sampai di sini. Pangeran Yan akan segera tiba. Kami permisi dahulu."     

"Baik, berhati-hatilah."     

Mengatupkan kedua tangannya, Yue Qi memberi salam pamit. "Semoga kita bisa berjumpa lagi." Setelah itu, dia melompat naik ke atas kudanya lagi, dan pergi dengan cepat.     

Angin di padang tandus itu membelai pakaian Chu Qiao. Gemuruh suara kuda bisa terdengar dari kejauhan, dengan awan debu yang mengabarinya tentang kedatangan mereka. Namun ketika angin hangat ini meniup mata Chu Qiao, dia hanya merasa kelenjar air matanya dirangsang, dan dia menundukkan kepalanya lalu berbisik dengan suara yang bahkan dia sendiri tidak bisa dengar.     

"Tolong jaga dirimu baik-baik …." Lalu, ia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskannya perlahan-lahan, seakan-akan dia ingin mengeluarkan seluruh perasaan itu bersama dengan napas ini. Setelah itu, dia berjalan menuju kelompok orang yang sedang mendekat, meninggalkan ibu kota Tang yang hiruk pikuk ini.     

Di kejauhan, di puncak sebuah gunung, seorang pria sedang memandangi sosok gadis yang menjauh tersebut. Setelah meneguk satu cangkir arak yang terakhir, dia menuruni gunung itu dengan kudanya. Angin pegunungan membuat jubah ungunya berkibar-kibar, dan cahaya matahari menyinari wajahnya yang rupawan dan membuat bayangan yang memanjang.     

Dengan terbenamnya matahari, burung-burung kembali ke sarang mereka. Semuanya berulang ke awal, kembali ke titik di mana semuanya dimulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.