Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 21



Bab 21

0

Dasar rubah licik Zhuge Yue! Chu Qiao berpikir pada dirinya sendiri. Dia berlutut dengan gugup dan buru-buru berkata, "Xing Er tidak berani berbohong."

"Benarkah?" Zhuge Yue memiringkan kepalanya dan tertawa kecil pada dirinya sendiri. "Baiklah, jelaskan padaku kalau begitu."

"Pada tanggal empat bulan sebelumnya, Xing Er dan sekelompok budak perempuan dibawa ke tempat berburu oleh tuan muda Huai. Pada akhirnya, hanya Xing Er yang selamat. Ketika Xing Er kembali, Xing Er sangat ketakutan. Sambil menunggu luka saya sembuh, saya mengambil kesempatan untuk mengepak barang-barang saya dan berencana untuk melarikan diri."

"Melarikan diri?" Zhuge Yue mengangkat alisnya dan bertanya, "Ke mana kamu berencana untuk kabur?"

Chu Qiao dengan lembut menjawab, "Saya tidak tahu. Saya hanya tidak ingin menunggu di sana dan mati. Tuan muda mungkin berpikir bahwa Xing Er sedang memberontak karena berpikir seperti itu, bagaimanapun, kita hanya bisa hidup sekali. Kehidupan Xing Er mungkin dianggap tidak berharga di mata orang lain, tetapi bagi Xing Er, hidupnya sendiri sangat berharga. Namun, ketika aku hendak melarikan diri, aku tertangkap oleh Penjaga Song. Dia kemudian memukuliku dengan kasar. Hari ini, Penjaga Song melihat saya, dia pasti takut saya akan membalas dendam kepadanya. Oleh karena itu, dia berusaha menyakiti saya untuk membungkam saya."

"Oh benarkah? Aku mengerti sekarang. Dia sangat berani." Zhuge Yue minum seteguk teh dan berkata dengan suara tenang, "Apakah kamu ingat kalau dia pernah memukulmu?"

Chu Qiao tertegun karena tatapan Zhuge Yue tajam seperti ular. Chu Qiao segera menundukkan kepalanya dan berkata, "Itu terjadi belum lama. Itu sebabnya Xing Er masih ingat."

"Ingatanmu tidak terlalu buruk." Zhuge Yue mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, apakah kamu ingat bagaimana Jin Cai dan Jin Zhu mempengaruhiku untuk membunuh Lin Xi? Ingat ketika Zhu Shun menjual anggota keluargamu pergi? Ingat ketika seseorang membunuh saudara perempuanmu?"

Hati Chu Qiao terhenti sejenak dan ia membenturkan kepalanya ke lantai. Dia berkata dengan air mata membasahi wajahnya, "Tuan muda, Xing Er ingat segalanya. Xing Er juga mengerti tentang identitasnya sendiri dan tahu tugasnya serta kekuatannya."

"Apa yang kamu mau katakan adalah jika suatu hari dimana kamu memiliki kemampuan yang sama dengannya, kamu juga akan mendapatkan pembalasanmu, bukan?"

Chu Qiao mendongak dengan ketakutan dan berseru, "Tuan Muda Keempat!"

"Tidak perlu menyangkalnya. Ketika aku pertama kali melihatmu, aku sudah tahu kamu bukan anak yang biasa. Aku melihat bahwa matamu menyembunyikan banyak hal."

Dengan air mata mengalir di matanya, Chu Qiao mengerutkan bibirnya dan berkata, "Apa yang Tuan Muda pikir akan Xing Er lakukan? Apakah Tuan Muda berpikir Xing Er akan membunuh orang? Atau apakah Tuan berpikir Xing Er adalah orang yang menyakiti Jin Zhu dan Jin Cai? Xing Er masih muda, meskipun dia penuh dengan kebencian, dia masih tahu apa yang pantas dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, keluarga Xing Er dan ribuan anggota klan terbunuh. Xing Er awalnya orang yang sangat dihormati dan menjadi budak dalam satu malam. Jika benar-benar ada rasa benci, bukankah Xing Er akan membenci kaisar Istana Sheng Jin, Dewan Tetua Agung yang memberikan perintah, dan Pasukan Huang Tian yang membantai keluarga Xing Er? Tuan muda, Xing Er tidak punya kemampuan yang sehebat itu. Saya hanya ingin hidup bahagia. Hal-hal itu terlalu serius, Xing Er tidak sanggup memikul tanggung jawab itu."

Chu Qiao berlutut di tanah dengan punggungnya lurus dan kepala tegak tegap, bahunya gemetar terus menerus seolah dia sangat ketakutan, dan bahkan air mata tidak akan keluar.

Zhuge Yue bolak-balik melihat pada anak itu dengan tatapan tajam yang mulai melunak ketika mendengarkan isak tangis anak yang menyedihkan itu. Zhuge Yue meletakkan cangkir tehnya, bersandar di sofa dan berkata perlahan, "Bangun."

Chu Qiao mengerutkan bibirnya, matanya yang merah dan berair melebar.

Zhuge Yue melihat anak di depannya itu. Melihat tubuhnya yang kecil, wajah memerah dengan tangan kecilnya yang mengepal dengan gugup seolah-olah dia berusaha sangat keras untuk tidak menangis, Zhuge Yue mendesah. Dia telah mengalami banyak pengkhianatan, maka dia mulai menjadi sangat curiga terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya, sampai-sampai dia bahkan mencurigai seorang anak kecil.

"Oke. Aku telah bersalah padamu. Menangislah kalau kamu mau menangis." Bagi orang-orang Zhuge Yue, ini sudah dianggap sebagai permintaan maaf karena dia tidak pernah begitu sopan kepada orang lain, kecuali kepada anak yang berdiri keras kepala di depannya, dengan matanya yang besar, bulat, dan berair.

Zhuge Yue tiba-tiba merasa kesal tanpa alasan khusus. Dia mengibaskan tangannya dan berkata, "Pergilah. Jangan berdiri di sini dan menatapku."

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Chu Qiao berbalik dengan marah dan mulai pergi.

"Berhenti di sana!" Zhuge Yue tiba-tiba berteriak. Chu Qiao dengan patuh berdiri di sana, dengan memunggungi Zhuge Yue.

Zhuge Yue mengambil botol kecil yang terbuat dari porselen dari laci samping dan perlahan berjalan menuju Chu Qiao. Dia meraih pundak Chu Qiao dan ingin membalikkan tubuhnya. Namun, jari-jarinya merasakan ketegangan di pundaknya. Zhuge Yue mengangkat alisnya sementara Chu Qiao berjuang untuk tetap menghadap ke depan dan menolak untuk berbalik. Karena Zhuge Yue lebih tua darinya, dengan sedikit tenaga, dia berhasil memutar tubuh Chu Qiao. Seorang anak berwajah penuh air mata berdiri di depannya. Saat melihat Zhuge Yue, semakin banyak air mata mengalir di wajahnya.

"Sudah, tidak apa-apa. Berhentilah menangis. Aku hanya memarahimu sedikit." Tuan muda itu berkata sambil mengerutkan kening, "Kamu sendiri melakukan kesalahan dan tidak mengharapkan orang lain menyalahkanmu?"

"Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Tuan muda yang menyuruhku menunggang kuda. Aku belajar dengan baik dan tidak ada yang mengatakan apa pun." Gadis berusia delapan tahun itu akhirnya melepaskan amarahnya dan berbicara melawan kepada tuannya. Sambil berbicara, dia terus menangis dan ingus mengalir ke mulutnya.

Zhuge Yue sedikit mengernyit dan mengeluarkan saputangan untuk menyeka air mata dari wajah anak itu. Sambil menyeka air matanya, dia berkata, "Kamu masih punya nyali untuk menangis? Kamu menghilangkan kudaku hari itu, dan hari ini kuda poni berharga dari barat juga mati karena kamu. Kamu masih tidak mengakui kamu bersalah?"

"Bukan … bukan aku yang ingin menunggang kuda. Selain itu, Pangeran … Pangeran Yan juga sudah mengembalikan kuda yang hilang. Aku mendengar beritanya." Anak itu sangat keras kepala dan terus mempertahankan pendapatnya, sementara air matanya mengalir jatuh di pipi, membasuh saputangan Zhuge Yue.

Zhuge Yue hendak mengambil saputangan lain, tetapi anak itu mengambilnya dan menggosok hidungnya untuk menyeka ingusnya. Terkejut, Zhuge Yue menatap kosong pada saputangan yang kini kotor dan lengket. Anak itu melanjutkan dan berkata, "Bahkan kuda poni yang berharga itu dibunuh oleh Tuan Muda sendiri."

"Jadi, maksud kamu, kamu tidak melakukan kesalahan?"

Anak itu menundukkan kepalanya dan bergumam, "Apa yang kukatakan adalah kenyataan."

Sinar matahari bersinar dari sudut jendela ke bahu mereka. Karena anak itu mungil, bahkan ketika dia berdiri tegak, dia hanya setinggi pundak Tuan Muda. Wajahnya merah seperti apel.

"Ini untuk kamu." Zhuge Yue meletakkan botol porselen di tangannya dan berkata, "Pulanglah dan gosokan pada dirimu sendiri."

Bagaimana pun, rentang perhatian anak kecil itu pendek dan dia mudah teralihkan perhatiannya. Zhuge Yue tersenyum malu sambil melihat anak itu, yang mengangkat botol porselen dan bertanya dengan ragu, "Apa ini?"

"Obat untuk menyembuhkan lukanya."

Sebelumnya, ketika kuda-kuda berlari terlalu cepat, telapak tangan Chu Qiao tergores. Anak itu menggigit bibirnya, mengangguk dan berkata, "Tuan Muda Keempat, bolehkah Xing Er permisi sekarang?"

Tuan muda itu kembali ke tempat duduknya dengan kepala tertunduk dan dengan ekspresi seolah-olah dia tidak ingin melihatnya lagi. Dia melambaikan tangannya sambil berkata, "Kamu boleh pergi sekarang."

Chu Qiao baru saja akan membuka pintu ketika Zhuge Yue tiba-tiba berteriak, "Xing Er, lain kali kalau kamu melihat Pangeran Yan, jangan mendekatinya."

Chu Qiao memiringkan kepalanya dan balas menatapnya dengan tatapan bingung.

Zhuge Yue mengerutkan kening frustasi dan berteriak, "Apakah kamu mengerti?"

"Dimengerti!" Anak itu menjawab dengan keras dan berbalik untuk pergi. Tubuhnya yang kecil melintasi ambang pintu yang tinggi, membuatnya hampir jatuh.

Anak ini mulai semakin berani. Wajah tuan muda itu suram sambil bernapas dalam-dalam.

Tepat saat Chu Qiao membuka pintu, dia melihat wajah khawatir Zhu Cheng. Dia buru-buru berlari mendekat, melihat wajah berlinang air mata Xing Er dan bertanya dengan cemas, "Apa yang Tuan Muda katakan? Apakah dia marah?"

Chu Qiao menatapnya, mengangguk dan kembali ke kamarnya.

Zhu Cheng memasuki ruangan dengan ketakutan dan melihat Zhuge Yue dengan kepala tertunduk. Dia tidak berani membuat suara dan hanya berdiri di sana dengan tenang. Setelah beberapa saat, tiba-tiba sesuatu terbang ke arah kepalanya. Zhu Cheng ketakutan. Dia bahkan tidak berani mengelak dan berpikir pada dirinya sendiri, matilah aku. Namun, benda yang mengenainya lembut, dan karena itu kepala Zhu Cheng bahkan tidak sakit. Dia melihat ke bawah dan melihat bahwa ternyata itu saputangan kotor dengan kata "Yue" yang dijahit di atasnya.

"Buang itu."

Zhu Cheng tiba-tiba teringat wajah Chu Qiao yang berkaca-kaca, dan dia ingat sesuatu. Setelah jeda singkat, Zhu Cheng mengangguk dan menjawab, "Baik, tuan."

Namun, saat dia hendak pergi, dia mendengar Zhuge Yue berkata, "Tunggu sebentar." Zhu Cheng menoleh dan menunggu instruksinya seperti seorang budak.

Wajah Tuan Muda memerah tanpa peringatan apa pun. Zhuge Yue berpikir untuk waktu yang lama tetapi tidak mengatakan apapun.

Zhu Cheng dengan hati-hati mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi cemberut Zhuge Yue, seolah dia akan membuat keputusan besar. Zhu Cheng menyadari bahwa ini adalah ekspresi yang biasanya dimiliki Tuan Muda ketika dia sedang menyelesaikan masalah yang sulit, jadi Zhu Cheng menjadi sangat waspada, menunggu perintah. Akhirnya, sebuah suara berwibawa berkata kepada Zhu Cheng, "Pergi dan cuci itu sekarang. Bawa kembali padaku setelah selesai dibersihkan."

"Apa?" Zhu Cheng berteriak, terkejut.

Kemarahan Zhuge Yue mulai meningkat. "Kenapa? Apa kamu tidak mengerti ucapanku?"

"Saya mengerti. Saya akan melakukannya sekarang."

Chu Qiao berjalan menyusuri koridor dengan kepala tertunduk dan mengabaikan semua orang yang dilewatinya. Tepat setelah dia menutup pintu, wajahnya tidak lagi terlihat seperti orang yang baru disalahkan. Wajahnya sangat tenang dan matanya sangat cerah. Dengan tangannya di dada, dia duduk di bangku dan menuangkan secangkir teh tetapi tidak meminumnya.

Akhirnya, tantangan hari ini sudah berakhir. Tidak peduli seberapa banyak Zhuge Yue percaya padanya, seharusnya aman untuk sementara ini.

Ketika angin kencang meniup pakaiannya yang basah, dia merasakan dingin yang menjalar di punggungnya. Setelah minum teh, dia mulai tenang. Dia menutup matanya dan menghela napas lega.

Apa pun itu, rencananya harus dijalankan karena tidak cukup waktu.

Musim dingin tahun ini sangat dingin, seiring angin menyayat kulit.

Di tengah-tengah langit yang gelap, bintang-bintang terang menyinari bumi. Musim dingin tiba di sini dan ada salju di mana-mana. Festival Yuan baru saja berlalu dan Kota Zhen Huang merayakan awal kemalangan.

Kota Zhen Huang tertutup es. Jalan-jalan di antara istana dan kediaman para Dewan Tetua Agung diterangi dengan lampu dan sibuk dilalui kereta kuda. Tentara yang pergi ke barat untuk bertempur dalam perang dikalahkan dan darah mereka dapat tercium dari sungai yang mengalir turun dari bukit. Semua orang tahu tentang kekalahan itu.

Tentara Quan Rong datang untuk memprovokasi negara, membuat para bangsawan menjadi sangat marah. Mereka merasa seperti kekuasaan mereka ditantang dan mereka merasa terancam, menimbulkan perang baru. Sebelum itu, seseorang harus bertanggung jawab atas kekalahan sebelumnya untuk mempertahankan martabat kekaisaran.

Titah berlapis emas itu dikirim keluar dari istana Sheng Jin, melewati kawasan rumah Dewan Tetua Agung dan melalui alun-alun Zi Wei, jalan utama Jiu Wai, altar Cheng Tian, ​​pintu utama Qian Kun menuju perbatasan.

Malam sebelum kekacauan, orang-orang tidak menyadari dimulainya perang dan tidur nyenyak di rumah mereka.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.