Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 13



Bab 13

0

"Baik, Tuan Muda. Terima kasih!" Anak itu dengan penuh hormat menundukkan kepalanya. Setelah beberapa lama, dia tiba-tiba bertanya, "Apakah Tuan Muda percaya bahwa Kakak Jin Zhu dijebak oleh Kakak Jin Cai?"

Zhuge Yue mengerang pendek. "Jin Cai bukan orang yang berani, dan bahkan jika dia punya nyali pun, dia tidak cukup pintar untuk membuat rencana ini. Zhu Shun adalah salah satu tetua di sini, tetapi dia membuat kesalahan dan dihukum karena itu. Egonya terlalu besar, dan dia ingin mencari-cari alasan untuk kesalahannya, dan itu tidak apa-apa. Namun, dia tidak seharusnya melempar kesalahannya kepada pelayan saya, menyebarkan cerita palsu tentang pertikaian antara para pelayan di Lapangan Bukit Hijau untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. Dia masih tidak belajar dengan baik dari pengalaman masa lalunya. "

"Lalu mengapa Tuan Muda tidak membantu Kakak Jin Cai? Dia akan dipukuli sampai mati oleh pengadilan."

"Jika dia benar-benar melakukannya, justru aku sebenarnya akan menyelamatkan dia. Tetapi dia dengan mudahnya jatuh ke perangkap orang lain, dan itu sudah cukup untuk membuktikan kebodohannya. Tidak ada gunanya membiarkan orang sebodoh itu tinggal bersamaku."

Sinar matahari masuk ke dalam ruangan dari celah-celah jendela dan aroma menyegarkan bunga plum perlahan menyerbak.

Pada ujungnya Zhu Shun sudah melayani di kediaman Zhuge selama lebih dari sepuluh tahun dan tidak menghabiskan waktunya sia-sia. Meskipun ia benar-benar percaya bahwa pertikaian antara Jin Cai dan Jin Zhu membuat ia terlibat dan dicurigai, ia takut Zhuge Yue tidak akan memercayainya dan mungkin berpikir bahwa ia mencoba untuk melempar kesalahannya dengan menjebak Jin Cai. Oleh karena itu, Zhu Shun tidak membiarkan pengadilan memukuli Jin Cai sampai mati, tetapi dia ingin menunggu sampai hari berikutnya untuk melapor kepada Tuan Muda Pertama, yang akan senggang di hari itu.

Pada malam hari, pengadilan sunyi senyap. Dalam pepohonan yang gelap, daging Jin Cai tampak telah terkoyak, dengan bekas cambukan di mana-mana. Dia tampaknya telah menerima hukuman yang berat. Chu Qiao berdiri di depan Jin Cai, mengambil segayung air dan menyiramnya ke wajah Jin Cai. Jin Cai mengerang sedikit dan perlahan bangun. Setelah melihat Chu Qiao, dia mengamuk dan dengan keras berteriak, "Dasar anak j*lang! Kamu masih berani datang menemuiku?!"

Chu Qiao dengan tenang berdiri di depannya dan mendengarkan kutukan dan caciannya tanpa bersuara. Setelah beberapa saat, dia tersenyum lembut dan berkata, "Jika kamu benar-benar ingin mati, jangan ragu untuk terus berteriak."

Pakaian Jin Cai ternoda merah, wajahnya putih pucat saat dia terengah-engah dengan mata penuh kebencian.

Chu Qiao menggelengkan kepalanya dan berkata perlahan, "Bahkan jika saya tidak memiliki niat untuk menyakiti ular, ular itu masih ingin menggigit saya. Saya telah memperingatkan kamu sebelumnya, seharusnya kamu jangan berulang kali melawan saya. Jika kamu tidak menguntit saya, kamu tidak akan menderita konsekuensi ini. Pada akhirnya ini adalah kesalahan kamu sendiri. Kenapa kamu masih menyalahkan orang lain? "

"Dasar kamu j*lang jahat, bahkan jika aku mati, aku akan jadi hantu dan menghantuimu!"

Chu Qiao menghela napas. "Jadi kamu benar-benar ingin mati?"

Jin Cai terkejut, sementara Chu Qiao terus berbicara, "Aku tidak bermaksud menyakitimu, dan semua yang terjadi hari ini hanya untuk memberimu pelajaran. Sayang Tuan Muda Keempat menolak untuk menyelamatkanmu. Sepertinya kau akan segera menemani Jin Zhu di Danau Ting."

Wajah Jin Cai menjadi lebih pucat setelah dia mendengar ini. Dia melihat Chu Qiao dan dari matanya sekilas terlihat dia memohon untuk hidupnya. Dia buru-buru berkata, "Xing Er, kita bukan musuh bebuyutan di masa lalu, kita juga tidak ada dendam satu sama lain baru-baru ini. Kematian Lin Xi adalah semua ide Jin Zhu, saya hanya mengikutinya saja. Jika kamu bisa datang ke sini tanpa diketahui, saya yakin kamu pasti bisa menyelamatkan saya. Tolong selamatkan saya, saya tidak ingin mati! " Setelah itu, dia gemetar dan mulai menangis.

Chu Qiao menghela napas, meletakkan tasnya dan berkata, "Jangan menangis. Kamu pikir malam ini saya ke sini hanya untuk mengobrol denganmu? Kamu tidak pantas mati, dan karena saya yang menyebabkan sampai kamu berada dalam situasi ini, saya pasti tidak akan meninggalkanmu. Kenakan pakaian ini dan aku akan segera membawamu keluar. " Dia maju ke depan dan melepaskan tali yang terikat pada tubuh Jin Cai.

Jin Cai senang dan bertanya, "Bisakah kita melarikan diri? Keamanan di sini sangat ketat."

"Jangan khawatir, aku sudah menyuap penjaga di pintu belakang. Tuan Besar akan segera pulang. Kamu hanya pembantu yang tidak penting; tidak akan ada yang mau repot-repot menyelidiki. Asalkan kamu bisa melarikan diri, kamu tidak akan mati."

Jin Cai berjalan rapat di belakang Chu Qiao, dan mereka berdua keluar dari jendela dan melewati bebatuan di Lapangan Bukit Merah. Tiba-tiba mereka mendengar langkah kaki di kejauhan. Itu adalah penjaga yang berpatroli. Kedua gadis itu segera berjongkok dan tidak berani melangkah maju.

Chu Qiao berbalik dan menyerahkan tasnya ke Jin Cai. Dia berbisik, "Aku akan mengalihkan perhatian orang-orang itu, kamu pergilah ke gerbang barat. Aku sudah membuat perjanjian dengan penjaga gerbang. Begitu kau ada di sana, sebutkan namaku dan kamu akan bebas pergi. Ini ada sedikit uang dan pakaian, itu milik Kakak Zhi Xiang, ukurannya sedikit kecil dan saya tidak tahu apakah kamu bisa memakainya. Saya tidak punya banyak uang dan hanya itu yang bisa saya berikan kepadamu. Jaga dirimu sendiri setelah pergi dari sini dan tolong buatlah pilihan yang tepat. " Dia berbalik dan pergi ke sisi lain, membuat beberapa suara saat dia pergi sehingga penjaga yang bertugas akan memperhatikan dan mengejar ke arahnya.

Jin Cai membuka tas dan melihat ada sejumlah uang yang sangat sedikit sehingga dia bahkan tidak mampu membeli angsa panggang. Dia mengangkat alisnya. Pakaiannya pun robek atau kotor, dan sangat jelek serta mengeluarkan bau yang aneh. Dia menjadi semakin tidak senang. Dia berpikir bahwa alih-alih menjadi pelayan yang layak, kini dia menjadi buron. Jika dia tertangkap, dia pasti akan mati. Ini semua karena Jing Xing Er, yang bertindak seolah-olah dia adalah orang yang baik. Begitu tidak tahu malu.

Jin Cai mengambil uangnya dan melemparkan tas itu ke lantai. Dia tidak peduli dengan konsekuensi yang harus dihadapi Chu Qiao jika ada orang yang menemukan tas ini dan isinya setelah dia berhasil melarikan diri.

Angin dingin bertiup dan menarik-narik sudut pakaiannya, bulan bersinar terang di atas bumi.

Pada saat itu, di dalam kamar Zhu Shun, napas berat seorang pria dan rintihan lembut seorang wanita beserta dengan obrolan kotor bisa didengar. Malam musim dingin ini sangat dingin, dan para penjaga sudah lama menemukan tempat-tempat hangat untuk tidur. Anak kecil itu berjingkat-jingkat menuju ke pintu Zhu Shun. Dia sangat berhati-hati agar tidak terlihat dan juga tidak terdengar.

Chu Qiao berlutut di luar pintu kamar Zhu Shun. Matanya bersinar seperti berlian di dalam malam yang gelap gulita, menunjukkan sikapnya yang bijaksana dan tenang. Pria di dalam kamar mengerang, diikuti suara dia mengenakan pakaiannya. Chu Qiao mengambil batu dan melemparkannya ke pintu. Batu itu hanya membuat suara yang kecil, tetapi cukup untuk didengar oleh orang-orang di dalamnya. Zhu Shun meninggikan suaranya, "Siapa di luar sana?"

Chu Qiao tidak menjawab tetapi mengambil batu lain dan melemparkannya lagi ke pintu.

"Saya datang!" kata pria itu frustrasi. "Tengah malam begini, siapa itu?"

Pintu sudah terbuka tetapi tidak ada yang terlihat, Zhu Shun mengangkat alisnya tercengang, menjulurkan kepalanya, dan mulai berjalan keluar. Begitu dia mengangkat kakinya, dia tersandung oleh tali yang tidak dia perhatikan lalu terjatuh ke tanah.

"Aduh!" dia menjerit kesakitan dan hendak mengutuk. Sebuah karung hitam menutupi kepalanya, menghalangi pandangannya. Dia terkejut dan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Dia mulai berteriak dan mengayunkan tangannya ke sekeliling.

Malam itu gelap dan sangat dingin. Chu Qiao memegang belatinya yang tajam, mata dan bibirnya menunjukkan ekspresi dingin. Dia mengarahkan belatinya ke tangan gemuk Zhu Sun dan membacoknya. Jeritan keras yang terdengar seperti babi di rumah jagal memekik. Zhu Shun memegang pergelangan tangannya dengan kesakitan dan berguling-guling di tanah. Chu Qiao segera melarikan diri ke arah barat, ke arah hamparan bunga.

Di belakangnya, langkah kaki para penjaga yang tergesa-gesa mengikuti dan jeritan tajam dari seorang wanita terdengar. "Apa yang terjadi? Ah! Siapa yang melakukan ini padamu, Kepala Pelayan Zhu?"

Pakaian wanita itu masih berantakan. Dia terkejut dan berkata, "Saya tidak sempat melihat dengan jelas siapa orang itu. Saya hanya bisa mengatakan bahwa orang itu pendek, sepertinya … kelihatannya seperti anak kecil."

"Ke arah mana orang itu lari?"

"Barat!"

"Kejar!"

Langkah kaki lebih dari sepuluh orang berlalu di depannya dan melewatinya. Dia mencoba sebisa mungkin untuk berjongkok dan bersembunyi di antara semak-semak. Suara-suara itu perlahan menjauh dan sekitarnya mulai tenang kembali. Anak itu menepuk tanah dan kotoran dari tubuhnya sebelum berdiri dan mulai berjalan pergi dengan santainya. Langkahnya luar biasa santai dan percaya diri.

Ketika ia melewati bebatuan di Lapangan Bukit Merah, ia melihat tasnya dengan isinya berhamburan berantakan, seperti yang diperkirakannya. Dia mencibir, mengambil tasnya dan berjalan menuju Lapangan Bukit Hijau. Dengan berhati-hati dia memanjat melalui jendela belakang dan berganti pakaiannya menjadi piyama putih. Suara-suara di luar menjadi semakin berisik dan obor-obor membara, menerangi langit.

Chu Qiao mengusap rambutnya dan menggosok matanya sebelum membuka pintu dengan ekspresi mengantuk. Dia kebetulan bertemu dengan beberapa orang pelayan muda lainnya yang baru saja membuka pintu mereka.

"Apa yang terjadi?"

Beberapa di antara pelayan ini sudah berusia tiga belas hingga empat belas tahun tetapi status mereka tidak setinggi Chu Qiao. Mereka menggelengkan kepala mereka tanpa ekspresi. Kemudian, suara pintu terbuka bisa terdengar dari Aula Xuan, dan mereka buru-buru berlari ke sana.

Zhuge Yue muram dan melihat Chu Qiao yang tidak rapi dan para pelayan lainnya. Dia bertanya kepada pengawalnya, "Apa yang terjadi? Mengapa ada begitu banyak kebisingan?"

"Tuan Muda, sepertinya ada seorang pembunuh gelap. Tangan Kepala Pelayan Zhu terpotong sampai putus. Penjaga di pintu barat menangkap Jin Cai mencoba melarikan diri. Dia sudah dibawa kembali ke pengadilan."

Zhuge Yue terkejut tetapi sebuah tawa mengikutinya. "Siapa yang mengira Jin Cai memiliki watak seperti itu."

Penjaga itu dengan hati-hati melihat Chu Qiao. "Ketika Jin Cai tertangkap, dia berteriak bahwa dia dijebak oleh Chu Qiao dan dia tidak melakukan apa-apa."

Setelah penjaga mengucapkan ini, semua perhatian beralih ke Chu Qiao. Dia mengernyitkan wajah mungilnya dan matanya yang besar tak berdosa berkedip dan mulai berair, dan dia merasa dia sudah difitnah. Dia berbalik dan melihat dengan menyedihkan ke Zhuge Yue dan dengan sedih berkata, "Tuan Muda Keempat, aku … aku sejak tadi berada di kamarku tidur. Aku-aku tidak …"

"Tuan Muda Keempat, Xing Er ada di kamarnya sepanjang waktu, kami semua melihatnya," seorang pelayan kelas tiga melangkah maju dan berkata.

Pelayan lain mulai ikut membela Chu Qiao.

Zhuge Yue menganggukkan kepalanya dan mengatakan kepada utusannya, "Katakan pada pengadilan, jika wanita itu terus melontarkan omong kosong, jangan repot-repot menyidangnya, lemparkan saja dia ke danau. Xing Er baru berusia berapa? Kenapa ucapan Jin Cai semakin lama semakin konyol?"

Pelayan itu segera mengangguk dan pergi.

Zhuge Yue melihat ke para pelayan mudanya dan berkata, "Kembalilah tidur," dan ia kembali ke Aula Xuan.

Chu Qiao berdiri di tempat, wajahnya mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap fitnah yang ia terima. Beberapa pelayan lain menariknya dan berkata, "Xing Er, jangan takut, kami adalah saksimu. Dia tidak bisa menuduhmu."

Chu Qiao menganggukkan kepalanya dan dengan suara tangis, berkata, "Terima kasih, saudari-saudariku."

Saat itu sudah larut malam dan angin dingin terus bertiup. Hari ini adalah hari ketujuh sejak anak-anak dari keluarga Jing telah meninggalkan dunia ini. Orang-orang yang menyebabkan kematian mereka akhirnya membayar hutang mereka dengan nyawa.

Namun, pembalasan yang kecil ini, masih jauh dari cukup.

Insiden "pembunuh gelap" menjadi topik hangat dan menyebabkan kekacauan sampai hari berikutnya. Zhu Shun kini hanya memiliki satu tangan dan meluapkan kemarahannya dengan memerintahkan anak buahnya untuk memukuli Jin Cai sampai mati. Jin Cai sudah terluka sebelumnya, dan terbunuh dalam dua jam. Dia dilemparkan ke danau dengan tikar jerami untuk memberi makan buaya.

Zhuge Yue sudah lama menjadi penyendiri dan tidak suka bergaul. Aula Xuan awalnya hanya memiliki Jin Zhu dan Jin Cai, tetapi hanya dalam beberapa hari mereka meninggal satu demi satu. Sekarang, hanya Chu Qiao yang tersisa. Dia masih muda dan bahkan belum genap delapan tahun. Dia memiliki wajah seperti bayi dan berbicara dengan suara kekanak-kanakan. Tidak peduli seberapa cakapnya dia, orang luar masih merasa aneh tentang terpilihnya dia menjadi penanggung jawab. Dalam waktu kurang dari setengah hari, desas-desus menyebar ke seluruh kediaman, mengatakan bahwa Tuan Muda Keempat mengikuti jejak Tuan Besar, dan kini mulai menunjukkan rasa ketertarikan yang tidak wajar untuk gadis-gadis muda yang belum dewasa.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.